3

45 2 0
                                    


Sudah tiga hari kami tidak bertegur sapa. Sebenarnya aku yang lebih terlihat mengindarinya karena yang ku lihat diri seperti biasa saja kepadaku.

Sejujurnya aku tidak marah dengannya, hanya saja aku malu jika mengingat insiden mencium handuk itu. Aku benar-benar terlihat seperti orang mesum.

"Baka baka baka." Aku terus saja bergumam sambil memukul kepalaku pelan. Aku tidak tau sampai kapan aku mendiamkannya seperti ini, aku kesal mengapa ia terlihat biasa saja? Atau memang aku yang berlebihan.

Aku menghela nafas frustasi. Rambut panjangku terlihat berantakan karena sejak tadi aku terus saja meremas rambutku.

Sejak aku menghindarinya, aku selalu pergi ke atap sekolah di waktu istirahat. Walaupun cuaca sedang panas, aku masih terus bertahan disini.

"Sampai kapan kau akan seperti ini?"

Aku menolehkan kepalaku ke arah asal suara yang sudah sangat ku halaf. Pria itu, Miyuki berjalan menghampiriku dengan ke dua jemarinya yang dimasukan ke dalam kantung celananya.

Aku berusaha untuk tidak mempedulikan dirinya dengan berpura-pura mengamati lapangam baseball yang terlihat jelas dari atap sekolah.

Miyuki menyenderkan tubuhnya di dinding lalu menatapku dengan jengkel.

"Hey kau mendengarku tidak?"

Aku masih saja membisu dan berharap jika pria itu segera pergi dari sini.

"Kalau kau tidak mau berbicara, aku akan menciummu."

"APA KAU BILANG!" Refleks aku berteriak setelah mendengar ucapannya.

Dia tertawa cukup keras melihat reaksiku yang sangat marah karena ucapannya.

Dengan kesal aku mencubit pinggangnya keras, agak cukup susah mencubitnya karena sudah tidak ada lagi lemak disekitar pinggangnya, yang ku rasakan hanyalah ototnya saja.

"Aw!" Dia mengusap pinggangnya dengan kesakitan.

"Hahaha rasakan!" Aku tertawa melihatnya tersiksa olehku. Dan tiba-tiba suasana diantara kami kembali lagi seperti sedia kala.

"Bagaimana latihanmu?" Tanyaku.

Miyuki melipat kedua tangannya di atas dinding lalu menaruh dagunya disana. "Bukankah tanpa ku jawab kau sudah mengetahuinya?"

Aku memukul kepalanya dengan cukup keras. "Jangan memulai lagi deh."

"Kau kasar sekali sih!?" Dengus Miyuki sebal sambil mengusap kepalanya yang cukup pening.

"Yasudah cepat jawab saja." Pintaku dengan paksa.

Dia tersenyum dengan lepas dan terus memandang ke arah lapangan baseball yang ada di bawah sana. "Sangat menarik." Ucapnya excited.

"Benarkah?" Tanyaku dengan penuh ketertarikan.

"Anak kelas satu itu sangat hebat, beruntung sekali aku menjadi catcher untuk mereka. Lemparan mereka sangat kuat."

Aku tersenyum mendengarkan cerita Miyuki. Inilah alasan mengapa aku sangat nyaman berada disampingnya, dia adalah seseorang yang sangat mencintai baseball dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah. Aku senang sekali dapat melihat perkembangannya.

"Minggu depan akan ada pertandingan persahabatan antara Seidou dengan Daichi. Kau akan menonton kan?"

Aku tersenyum dengan penuh semangat. "Tentu saja!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Saat ini aku sedang duduk di Basecamp tempatku mengamati para pemain Seidou berlatih. Latihan mereka semakin diperketat dan tentu saja tim inti tengah bersiap-siap untuk menghadapi tim Daichi.

My Catcher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang