2

206 14 4
                                    


Hari telah menginjak petang dan aku masih berada di sekolah. Jangan tanya kenapa, karena aku memang selalu seperti ini.

Setiap hari aku selalu pulang berbarengan dengan selesainya waktu latihan para tim baseball. Aku selalu melihat mereka latihan dengan keras sambil sesekali ku catat perkembangan mereka melalui catatanku.

Aku mendudukkan diriku di dekat pohon yang letaknya tak jauh dari lapangan. Rupanya sudah banyak dari mereka yang berlatih begitu pun dengan Miyuki.

Tidak tau mengapa aku selalu terpesona jadi melihatnya sedang mengenakan atribut bertempurnya. Dia terlihat lebih keren menurut ku, berbeda seperti ia yang berada di kelas.

"Kau disini lagi?"

Aku menolehkan kepalaku dan ku lihat Chris-Senpai berjalan kearahku dengan tenang.

"Aku bosan setiap hari kau bertanya seperti itu senpai." Chris hanya tertawa mendengar ucapan ku. Aku tau ia hanya basa basi saja menanyakan hal itu.

"Aku heran kenapa kau tidak menjadi manajer tim saja? Catatanmu sungguh menakjubkan."

Aku menghembuskan napasku pelan, lalu merapihkan rambut panjangku yang terkena hembusan angin.

"Sudah ku bilang, aku lebih nyaman mengamati dari jauh." Aku tersenyum kearahnya sekilas lalu kembali melihat ke arah lapangan dengan masih mempertahankan senyumanku.

"Apakah ini semua untuk Miyuki?"

Aku menatapnya dengan pandangan gugup. "Buat apa aku melakukan hal ini untuk si bodoh itu!" Ucapku dengan pipi yang memerah.

"Bajingan itu selalu saja beruntung." Ucapnya pelan.

"Apa kau bilang senpai?"

"Bukan apa apa." Dia mengusap rambutku dengan cukup kencang hingga rambutku menjadi berantakan.

"Aku pergi dulu." Dia berjalan meninggalkanku yang sedang mengutuknya dengan kata-kata kasar.

"Dasar Chris-Senpai bodoh!" Kesalku.

Aku merapihkan suraiku dengan cepat dan mulai mengamati lapangan kembali. Disana terlihat Miyuki sedang mentertawakan juniornya yang tidak boleh mengikuti latihan.

"Dasar anak itu, tidak pernah berubah dari dulu."
.
.
.
.
.
.
.
Hari sudah menjelang malam, aku mulai merapihkan seluruh peralatanku lalu berjalan ke arah lapangan. Anak baseball sudah mulai merapihkan lapangannya, dan masih ada pula yang sedang berlari dengan menarik ban mobil.

Ku lihat Miyuki sedang berbicara dengan rekan setimnya sambil sesekali mengusap wajahnya dengan handuk. Ah aku mengenali handuk itu, handuk itu adalah handuk pemberianku ketika awal masuk ke Seidou."

"Kazu-kun!" Panggilku dengan suara cukup keras.

Semua mata menatapku lalu kembali mengobrol seperti biasa. Aku tau mereka pasti sudah terbiasa dengan kedatanganku ini.

Aku sedikit berlari menghampirinya lalu menyerahkan air lemon kepadanya. "Untukmu."

Dia mengambil pemberianku lalu menatapku dengan wajah khawatir. "Lain kali tak usah menungguku seperti ini. Ini sudah larut dan aku tidak bisa mengantarmu pulang."

"Aku tidak menunggumu. Aku tak sengaja tertidur di perpustakaan hingga larut." Ucapku bohong dan aku yakin dia tidak akan percaya.

"Kalau begitu aku pergi dulu." Aku pergi meninggalkannya tanpa menunggu balasan darinya. Sepertinya besok aku tidak akan menghampirinya lagi, aku takut rekannya akan salah paham padanya.

"Pacarmu datang lagi." Tanya Tetsu.

"Sudah ku bilang dia hanya teman." Ucap Miyuki lelah.

"Terserahlah, yang penting performamu jangan sampe terganggu."

"Aku tau."
.
.
.
.
.
.
.
Aku berjalan melalui koridor sekolah yang ramai sambil membaca buku catatanku. Aku sangat kagum dengan Miyuki, semakin hari pukulan home run nya semakin bertambah jumlahnya.

Brukk

Tak sengaja aku menabrak seseorang dihadapanku hingga aku jatuh terduduk. Sepertinya akan menjadi masalah karena aku melihat roti yang orang itu beli jatuh berserakan berdekatan dengan catatanku.

Aku mengambil satu per satu roti yang ada di lantai dengan panik. Setelah itu aku mengembalikannya kepada pria yanga ada di hadapanku.

"Maafkan aku." Aku menyerahkan rotinya lalu membungkukkan badanku dengan penuh sesal.

Dia terus saja terdiam sambil menatap ke arah lantai. Aku memperhatikan pandangannya, sampai aku tersadar kalau pria ini menatap foto Miyuki yang ada di catatanku.

"Ah!" Aku mengambil catatanku dengan wajah panik lalu segera bergegas meninggalkan lelaki itu.

Pria itu menatap kepergianku sambil bergumam. "Bukankah itu Miyuki-Senpai?"
.
.
.
.
.
.
Aku mengambil nafas dengan rakus lalu menghembuskannya dengan keras. Sudah lama tidak berolahraga membuat tubuhku ini mudah sekali lelah.

"Kau habis dikejar kingkong?"

Aku memutar kedua bola mataku jengkel, mengapa teman kecilku ini tidak pernah berubah. Tetap saja bodoh, walaupun sejujurnya ia cerdas.

"Menurutmu?" Tanyaku.

Dia hanya menaikan kedua bahunya acuh lalu kembali menyantap bekal yang ku buat untuknya. Aku cukup kaget dengan porsi makan Miyuki setelah ia masuk ke Seidou, ia makan seperti kingkong.

Aku mendudukkan diriku dikursi Miyuki, lelah sekali berlari dari lantai satu hingga ke kelas. Wajahku pun sudah dibanjiri keringat, dan aku mulai tidak nyaman karena terasa lengket.

"Ambil handukku cepat, aku geli melihatmu berkeringat ketika makan."

Aku mengendus sebal lalu mengambil handuk nya yang ada di dalam tas dengan kasar. Tidak peduli seisi tasnya berantakan karena ulahku.

Aku mengusap wajahku dengan handuk nya. Aroma maskulinnya menguar dari handuk dan terasa sangat nyaman. Aku tidak tau jika aroma Miyuki bisa membuatku tenang seperti ini.

"Hentai." Aku menolehkan wajahku ke arah Miyuki. Disana kulihat dia menatapku dengan tatapan aneh.

"Apa kau bilang?" Tanyaku.

"Dasar kau hentai! Aku meminjamkanmu handuk bukan untuk di cium ya, tapi untuk mengelap keringatmu."

Aku gelagapan dan berusaha membuat diriku tenang. Malu sekali rasanya tertangkap basah seperti ini.

"Enak saja, aku tidak mencium handukmu!" Ucapku dengan nada sedikit gugup.

"Jangan bohong! Aku melihatnya!"

"Kau salah melihat Kazu-kun!! Aku berdiri lalu melemparkan handuk ke wajahnya.

"Dasar menyebalkan!" Aku menghentakkan kakiku dengan keras lalu berjalan meninggalkan kelas.

"Kazu-kun baka!"

Tbc

My Catcher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang