11. Pintu doraemon

2.9K 390 85
                                    

Umur berapa kalian?

**

Nahla baru tahu jika gedung kafe memiliki pintu Doraemon menuju ruang bawah tanah yang sangat luas, mewah, harum dan aesthetic sekali. Di dominasi warna gelap dengan lampu-lampu mewah. Dinding yang dilengkapi dengan berbagai macam karya seni sangat menunjukkan jika pemiliknya sangat mencintai seni.

Langkah kaki Nahla mengikuti Regan dengan ekspresi takjub dan sulit sekali berkata-kata untuk menjelaskannya. Nahla seperti masuk dalam dunia yang belum ia datangi sebelumnya, dunia yang sangat liar namun nyaman secara bersamaan. Sepertinya ini adalah basecame tersembunyi berkedok kafe.

Tempat tersebut di isi dengan berbagai macam permainan timezone. Sepertinya Kananta memindahkan permainan yang ada di Mall ke tempat ini. Selain itu ada permainan billiard, bowling, gym, peralatan DJ, bar kecil dengan lemari besar berisi minuman alkohol yang tertata rapih. Lalu ada supermarket kecil. Ada sofa untuk beristirahat dengan layar tv besar untuk hiburan. Masih banyak lagi barang yang memenuhi ruangan tersebut.

Nahla hanya melihat Alister dan satu orang pria, kalau Nahla tidak salah namanya Kananta-pemilik bangunan ini.

"Pinjam mobil." Regan mengambil asal kunci yang tergeletak di meja. Alister terlihat tidak perduli karena fokus vidio call bersama seorang perempuan. Sementara Kananta sedang olahraga.

Saat Nahla berjalan melewatinya, tiba-tiba Alister mengangkat satu kakinya ke atas sandaran sofa menghadang Nahla. Pria itu menutup handphone kemudian menatap Nahla.

"Kabarin gue kalau ada apa-apa." Kata Alister pelan memastikan Regan tidak mendengarnya.

Nahla terdiam lalu mengangguk dua kali. Lalu Nahla beralih menatap Kananta yang memberi kode tangan untuk menelponnya. Sepertinya lingkup pertemanan Regan terlihat cuek dan tidak perduli namun dibalik itu semua mereka saling menjaga satu sama lain.

Ada satu hal yang membuat Nahla kembali terpukau. Ada parkiran basement yang masih tergabung ruang bawah tanah. Ada sekitar lima mobil mewah terparkir disana.

Nahla duduk di samping kemudi, memasang sabuk pengaman. Regan menyalakan mesin mobil, kemudian gerbang di hadapannya terbuka ke atas. Mobil keluar melalui jalan khusus sebelum akhirnya muncul di jalan raya.

Nahla mengirim pesan pada dua temannya dengan alasan pulang terlebih dahulu. Lalu Nahla memilih diam. Mobil melaju di jalanan, tidak ada percakapan di antara keduanya. Nahla tidak ingin membuka percakapan terlebih dahulu.

"Kita ke Jakarta, Na." Regan menoleh sekilas.

"Apa?"

Regan diam cukup lama, bisa Nahla baca dari pergerakan Regan yang tampak ragu ingin menjelaskan. Apa ini ada kaitannya dengan kepergian lelaki itu yang tiba-tiba lalu menghilang?

"Em, kita ke Jakarta." Kata Nahla menatap Regan dari samping. Nahla tidak butuh penjelasan, karena Nahla tahu kenapa Regan bersikap seperti ini.

Perjalanan dari Bandung ke Jakarta di tempuh kurang lebih tiga jam karena keduanya sempat berhenti untuk makan malam. Setelah itu Nahla tertidur di mobil sampai ia terbangun mobil Regan sedang mengantri masuk menuju gedung rumah sakit.

"Sejak kapan?" Tanya Nahla ketika ia dan Regan baru saja keluar dari mobil berjalan menuju pintu masuk rumah sakit.

"Waktu gue pergi tanpa pamit sama lo."

"Gimana keadaan om Alardo?"

Regan hanya memberikan senyum kecil pada Nahla.

Ini bukan kejadian pertama kali Papa kandung Regan masuk rumah sakit. Namun sepertinya kali ini berbeda, terlihat dari raut wajah Regan yang tampak tidak bersemangat sama sekali.

Regan & NahlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang