3. Ethan

3 0 0
                                    

Cowok berseragam lengkap dengan dua kancing teratasnya terbuka, memperlihatkan kaos hitam dibalik seragamnya itu dengan santai berjalan ke arah kantin setelah selesai dengan urusannya di ruang guru. Tadi sebelum bel istirahat berdering cowok tersebut diminta oleh gurunya membantu membawa semua buku PR teman sekelasnya. Resiko menjadi Ketua Murid (KM) ya begitu, harus siap kapanpun dibutuhkan oleh guru-gurunya.

Bisikan-bisikan dari siswa yang berjalan berlainan arah dengan cowok tampan itu mengusik pendengarannya.

'Ya masa iya sih sampe segitunya'

'Gue aja heran tau, kenapa sih si Giska tuh suka banget halu.'

'Halu apaan?'

'Ya halu jadiin Ethan pacar lah'

'Iya ya, padahal kalo gue liat interaksi Emily sama Ethan tu masih dibatas wajar gak sih? Emang dasar aja Giska tu haus validasi dari Ethan'

'Heh, sussssttt...'

Dan gadis-gadis yang tadi membicarakan hal yang sepertinya berkaitan dengan dirinya, membuat emosinya membuncah ingin segera menyelesaikan masalah ini. Tapi sepertinya Tuhan berkehendak lain. Emily sudah tidak ada di sekitaran kantin yang dituju olehnya. Matanya menyisir setiap sudut ruangan, siapa tahu ada dua sahabat baiknya Emily yang masih ada di sana. Namun nihil. Tidak ada siapapun disana, selain teman-temannya.

"Than!" Panggilan dari Andre yang sudah lebih dulu duduk di meja kantin mengisyaratkan Ethan untuk berjalan mendekatinya.

"Nyari Emy kan? Udah balik ke kelas dia." Ujar Tama yang sepertinya tahu maksud kedatangan Ethan yang terlihat terburu-buru itu.

"Kurang ajar banget sih cewek satu itu. Najis gue sama dia." Ryan bergidik jijik dengan Giska, cewek yang dimaksud olehnya.

"Lagian kenapa kalian nggak melerai mereka sih?" Ethan heran dengan teman-temannya. Tahu kalau dia dijadikan bahan rebutan cewek-cewek bukannya ditengahi malah ditonton aja.

"Lho Than, bukan kita gak mau nengahin. Galak woy! Emy jadi lebih galak lagi ini masalahnya." Ujar Ryan mencoba menjelaskan keadaan yang tadi sempat dia lihat bersama kedua temannya.

"Hah? Maksudnya gimana?" Ethan tidak mengerti maksud dari penjelasan Ryan. Karena setahu dia, Emily terkadang memang seperti itu.

"Ya coba lu pikir, Emily kan gak bisa bela diri. Terus dia anaknya ramah, gak pernah marah sama siapapun. Kok bisa tiba-tiba dia ngebanting Giska dengan sebegitu mudahnya?" Ryan menjelaskan sambil mengunyah kentang goreng yang tadi dia pesan sebelum Ethan datang ke kantin.

"Astaga, Emy bisa bela diri?" Beo Ethan dengan mata membola kaget.

"Kaget kan lu, sama kita semua disini juga kaget. Apa jangan-jangan selama ini Emy nyembunyiin kemampuannya itu. Dan lebih memilih jadi anak pendiam gitu?" Ujar Tama mengutarakan asumsinya.

"Ya siapa tau kan? Ternyata selama ini emang Emy bisa bela diri. Cuma gamau keliatan sombong aja." Andre ikut menyahuti ucapan Tama.

Sedangkan Ethan berusaha mencerna informasi yang ada. Kepalanya pusing mendengar penjelasan satu persatu dari sahabat karibnya itu. Memang Ethan mengenal Emily tidak sebentar. Mungkin Ethan sudah memperhatikan Emily sejak kelas X dulu. Dan kedekatan mereka memang murni sebatas pertemanan. Tapi siapa yang percaya dengan hubungan seperti itu? Laki-laki dan perempuan hanya berteman atau bersahabat? Sepertinya itu mitologi yang masih dipercaya sampai sekarang.

Entahlah, sulit dijabarkan sebetulnya hubungan macam apa yang dijalani oleh Ethan dan Emily. Yang jelas, mereka berteman baik. Hingga orang-orang sekitar merasa janggal akan kedekatan mereka. Dan membuat Giska cemburu akan hal itu. Menyebut nama Giska, pergi kemana perempuan satu itu. Dia juga ikutan menghilang, tidak biasanya dia begini.

I'm not EmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang