Seperti anak-anak sekolah pada umumnya, tiba di sekolah tepat waktu, dan menikmati waktu belajarnya dengan diselingi canda tawa bersama teman sekelas atau segengnya. Itulah yang Emy lakukan bersama dengan Aya dan Vina di dalam kelas sekarang ini, bersenda gurau membicarakan terkait hal apa saja yang mereka lakukan ketika kemarin mereka liburan. Ya kemarin adalah hari minggu, dan ini adalah hari senin. Upacara sekolah sudah selesai sejak 10 menit yang lalu, Emy, Aya dan Vina sedang menantikan kedatangan guru mata pelajaran Fisikanya yang mengisi di jam pertama.
"Lu udah ngerjain PR Fisika Em?" tanya Aya.
"Udah, kenapa? Mo nyontek lu?" Emy tertawa melihat ekspresi Aya yang terlanjur kesal karena ternyata dia lupa tidak mengerjakan PR tersebut.
"Boleh nggak?" Aya memasang puppy eyes andalannya untuk meluluhkan hati Emily.
"Gak masalah, yang rugi kan bukan gue." Sambil mengambil buku Prnya dari dalam tas, Emy juga mengambil alat tulis yang lainnya.
"Nih, selamat menyalin sahabatku."
Aya buru-buru segera mengerjakan PR, ralat menyalin PR dari buku Emy daripada guru Fisika itu segera masuk ke dalam kelas. Bel sekolah sudah berbunyi, biasanya 5 menit setelah bel berbunyi guru mata pelajaran pertama sudah nongol di depan pintu.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, sepertinya itu adalah kiasan yang menggambarkan kondisi kelas saat ini, guru Fisika yang terkenal galak itu sudah berdiri di depan pintu kelas 11 IPA 1.
"Ya, mending lu buruan nulisnya, Pak Broto udah depan pintu noh lu liat." Bisik Vina pada Aya yang masih berkutat di soal nomor 5, iya secepat itu dia menyalin jawaban punya Emy. Bak kesetanan jari-jarinya bekerja dengan cepat supaya tidak kena hukum guru tersebut.
"Ah udah lah biarin aja, gue nggak ngerjain 1 soal doang." Aya langsung mengembalikan buku PR milik Emy pada empunya.
"Thanks ya Em, istirahat nanti gue traktir."
"Sans aja Ay, kayak sama siapa aja." Emy dengan santai menyimpan buku PRnya di atas mejanya.
Dan pelajaran pertama pun di mulai.
⚜⚜⚜
Berbeda dengan suasana kelas 11 IPA 3, Ethan dan teman-temannya sedang bermain UNO. Guru biologinya katanya gak akan masuk ke kelas, atau biasa di kenal sebagai jamkos (jam kosong). Mana pelajaran berikutnya Seni, jadi sudah dipastikan mereka semua sudah berleha-leha di pojok kelas sambil bercanda. Hari senin yang indah untuk kelas IPA 3.
Ketika Ethan sedang asik bersenda gurau dengan temannya, Giska datang menghampiri Ethan, duduk tepat di samping Ethan.
"Kagak ada permisinya, udah kayak jaelangkung aja ini mak lampir satu." Tama menyindir kedatangan Giska yang asal duduk tanpa menyapa mereka semua yang ada di sana.
"Lu bisa duduk di tempat lain gak Gis, risih gue sama lu." Ethan masih menatap kartu-kartu uno yang ada di genggaman tangannya, takut keburu disalip sama anak-anak yang lain.
"Emang kenapa sih Than, gue cuma mau ikut nimbrung aja lho."
"Ya kan bisa di tempat lain, gak harus di samping gue banget gini kali." Ethan masih berusaha untuk tidak emosi saat menjawab pertanyaan dari Giska. Sedangkan gadis itu masih bertahan dengan posisinya.
Dengan terpaksa, Ethan berpindah tempat di tengah-tengah Tama dan Ryan.
"Ish gitu aja lho masa gak boleh deket-deket sama lo sih Than." Giska lantas pergi dari perkumpulan tersebut.
Dan anak laki-laki yang masih asik nongkrong di pojok ruang itu melanjutkan permainannya yang terganggu sedikit tadi oleh perdebatan Giska dan Ethan.
"Serius sih Than, mending lu cepetan jadian sama siapa kek gitu supaya si Giska nggak gatel terus sama lu." Ujar Andre menasihati.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Emy
Teen FictionPerpindahan ini sangat janggal untukku, apakah ini benar-benar terjadi, tapi kenapa? Kenapa aku berpindah ke tubuh perempuan ini? Aku kan tadi sedang tertidur di kamar. Ah, mungkin aku bisa kembali lagi ke tubuh asalku. Sekarang yg paling terpenting...