2. Kidnap You

407 59 140
                                    

"Americano? Latte ?"

"Hm, Americano."

Sampai saat ini Millie belum menaruh rasa curiga apapun untuk si pemilik kafe. Yang menjadi tanda tanya hanya lah, kalau biasanya yang melayaninya adalah seorang karyawan, tetapi tidak untuk tiga hari ini. Ini adalah hari ke tiga dimana Jimin yang membuatkan minuman rutin untuknya. Mengapa tidak karyawannya yang biasa saja?

Millie tidak mau hal itu jadi panjang, berusaha untuk tidak peduli saja pada keadaan sekitar. Tidak mau hanya gara-gara itu ia tidak akan mampir lagi ke kafe yang sudah sangat nyaman baginya ini.

"Tidak ke kampus?" Jimin memberi minuman pesanan sambil memandang gadis itu dari atas hingga ke bawah. Sekedar menilai penampilannya, hari ini setelan Millie terlihat santai, tampak seperti gadis rumahan sekali dengan celana pendek dan kaus polosnya. Jimin sedikit merengut tak suka melihat Millie yang mengenakan celana pendek, takut banyak mata brengsek yang memandang, termasuk dirinya.

"Tidak, aku tidak ada kelas di hari sabtu."

'Dia tidak tahu ya kalau disini banyak mata keranjang, harusnya hanya aku yang boleh melihat ini semua, sudah diberi kode tapi tidak mengerti juga. Dasar gadis manis.' Batin Jimin, ia tak sadar sedari tadi Millie sudah memberi debit card untuk membayar pesanannya.

"Gratis hari ini untukmu." Jimin kembali tersenyum ala buaya dan mengibas kan rambut ke belakang, jurus untuk membuat gadis-gadis di belahan bumi manapun menjerit histeris.

"Oh, kenapa begitu?" Bukannya ini adalah saat yang tepat untuk Millie menaruh rasa curiga?

Tapi maaf, hal yang kurang menonjol seperti itu kurang berlaku untuk Millie yang mempunyai kadar kecepatan otak yang minim.

"Sebagai balasannya datang lah malam ini untuk makan malam bersamaku."

Apa lagi soal yang gratis-gratis begini. Soal curiga-curiga begitu bisa ia pikirkan belakangan. Namanya juga mahasiswi perantau, ya begini lah jadinya, sangat senang dan penuh rasa syukur melihat ada yang gratis-gratis.

"Sungguh? Hanya makan? Disini?"

"Right, sweetie."

"Baiklah, aku terima tawaran mu nanti malam. Aku kembali dulu." Millie memilih keluar kafe dan melambaikan tangan ke arah Jimin, namun Jimin lebih memilih memberi Millie flying kiss sebagai balasan nya.

Agak lain si Jimin ini kalau dipikir-pikir kembali oleh Millie. Ngomong-ngomong Millie tadi juga sempat menilai penampilan pria itu, hari ini dia memakai kemeja hitam. Tidak seperti hari-hari sebelumnya. Menambah kesan seksi di mata orang yang melihat, soalnya kemeja itu dipadu dengan appron yang melekat di tubuhnya, bagian lengan kemeja dilipat rapi sampai ke siku.

Dan lagi, jika dilihat dari gaya Jimin, dia bisa menilai kalau Jimin ini adalah tipe pria Musk tapi ada campuran feminim sedikit, menambah kesan garang dan lembut secara bersamaan. Gadis-gadis perawan yang berbicara langsung dengannya pasti meronta-ronta minta dinikahkan saat itu juga.

Manis dan seksi, tapi Millie tidak suka. Dia belum ada niatan untuk menyukai siapapun saat ini, beban hidupnya sudah berat, Millie tidak mau menambah masalah apa pun lagi di hidupnya.

Astaga, Millie ini kenapa. Bukan nya cepat pulang malah menilai orang dari cover-nya, kan tidak boleh seperti itu. Millie memilih cepat melangkahkan kaki setelah memukul kepalanya beberapa kali.

Menurutnya, ia harus bersyukur sebab sudah diberi rezeki nomplok hari ini oleh Jimin. Sudah diberi minuman gratis, dan di ajak untuk makan malam gratis pula. Yang mengajak juga orang yang tampan. Wahh senang sekali hatinya sampai melompat-lompat kegirangan.


STOCKHOLM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang