9. Turn on

401 46 79
                                    

Agak hati-hati buat pembaca ya 🙏
Soalnya ini no revisi lagi, kalau ada typo dan kalimatnya berantakan tolong akunya di peringatkan 🙏


Jimin sangat tidak menyangka kalau gadis yang tengah berbaring di sofa bersamanya ini telah kembali ke pelukan tanpa ada paksaan apapun. Gadis Jung datang dengan sendirinya, Jimin selama ini sudah mengira kalau hal itu adalah sebuah kemustahilan. Ia masih tidak percaya, sehingga masih terus menatapi kedua manik kembar itu sembari mengusap penuh sayang pipi pualam gadisnya. Tangannya turun untuk menyentuh bahu Millie secara perlahan, memastikan sekali lagi kalau ini benar-benar Millie.

"Kenapa tadi berhenti?" Tanya Millie penasaran, bukankah selama ini Jimin menginginkan hal itu?

Pria Park berdehem sejenak, telunjuknya menggaruk pelipis yang tidak gatal. Kedua mata mencoba meliar, memikirkan jawaban apa yang cocok untuk diberikan pada Millie. Tetapi rasanya ia harus jujur dalam hal sekecil apa pun.

"Ehm, aku takut melebihi batas. Tidak ingin membuatmu lari lagi dariku."

Ya, beberapa menit yang lalu mereka baru saja berciuman. Sebenarnya Jimin sangat tidak tahan kalau sudah bersentuhan dengan si cantik Millie, libidonya membuncah ketika ia mendengar jeritan tertahan dari bibir Millie, mungkin Millie merasa geli saat lidah Jimin menyentuh langit-langit mulutnya. Atau geli karena jemari Jimin memainkan cuping telinga itu ketika mereka berciuman. Bukannya Jimin tidak tahu kalau Millie sudah sempat menarik ujung baju yang ia kenakan, hanya saja Jimin dengan cepat menghentikan paksa kegiatan panas mereka. Dia berusaha waras ketika gadisnya dikabuti oleh nafsu. Ia memeluk Millie erat sambil memejamkan mata, nafasnya gusar, darahnya berdesir hebat, jantungnya memompa kuat.

Mendengar jawaban pria manis ini membuat Millie mengudarakan tawa. Jimin terkesima, ini pertama kali baginya melihat Millie tertawa lepas tanpa beban. Millie sangat mempesona saat begini, Jimin salah tingkah dan menggigit bibir bawah, keinginan menghisap bibir mungil itu kembali hadir. Entah lah, ia juga tidak tahu sampai kapan bisa menahan gejolak membara ini.

"Terimakasih Jimin." Mereka bertatapan, saling menunjukkan kerinduan satu sama lain.

"Aku lah yang harus berterimakasih padamu, sweetie."


****


Millie kembali pulang, tapi tidak seorang diri. Saat ia berpamitan, Jimin meminta ikut mengantar dengan alasan masih rindu. Permintaan itu diindahkan oleh sang gadis, mereka pulang bersama ke flat dengan mobil milik Jimin.

Ketika sampai, keduanya masuk ke dalam flat. Jimin merasa ada yang berbeda dari dalam sini, "Sweetie, kau mengubah dekor perabotan ruangan ini?" Ternyata Jimin punya ingatan yang tajam.

Millie mengangguk sebagai jawaban, "Heum, mau lihat bunga yang pernah kau tanam? Dia sangat cantik sekarang."

Mereka berdua masuk ke dalam kamar dengan riang sambil bergandengan tangan. Sudah mirip bocah berusia lima tahun yang tengah mengajak temannya berkunjung ke rumah untuk bermain.

Saat di depan jendela, Jimin memandang bunga mawar itu penuh haru. Hari ini ia dipenuhi rasa tidak menyangka yang disebabkan oleh Millie. Memangnya siapa yang menyangka jikalau gadis cantik itu mau merawat tanaman yang telah ia berikan. Gadis sebaik ini, kenapa dulu bisa sampai hati Jimin menculik? Ingatannya melayang akan tangisan Millie--meminta untuk dipulangkan pada malam pertama saat gadis itu ditahan dalam apartemen.

"Hei, kenapa melamun?" Jimin dikagetkan oleh Millie. Tanpa aba-aba mengecup lengan bagian atasnya.

Pria itu menggeleng, lalu tersenyum lembut sampai kedua matanya menyipit.

STOCKHOLM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang