4. Stomachache

316 54 107
                                    

Langkah pria Park melaju cepat-cepat seperti akan mengejar sesuatu, dengan dua kantong plastik di tangan berisikan menu sarapan beserta minuman untuk dirinya dan juga Millie. Bagai telah menciptakan masalah besar, sebelumnya Jimin meninggalkan gadis manis itu di apartemen ini seorang diri. Padahal sudah berjanji akan membawa Millie ikut ke kafe. Ia sungguh tidak mau jika Millie ikut berpergian dengannya dalam waktu dekat, mungkin ia akan memikirkan hal itu kembali untuk lain waktu. Kalau sekarang belum bisa, takut Millie lari dari dirinya.

Begitu Park memasukkan password apartemen, mata jernih Jimin langsung menemui presensi sang jelita yang terduduk merenung di lantai. Huft, lega sekali. Beruntung nasib baik masih ada di genggaman tangannya.

Sementara Millie, sama sekali tidak menggubris kedatangan Jimin, perempuan itu merasa marah karena sudah ditinggal, Jimin telah mengingkari janji. Tidak seperti yang diucapkan sebelumnya. Dasar pria pembohong!

"Maafkan aku. Bukan maksud hati tak menepati janji. Tetapi, aku jelas tahu apa rencanamu selanjutnya ketika aku berhasil membawamu ikut bersamaku. Lain kali kita akan keluar, sekarang makan dulu." Jimin mengatakan isi hati dengan sangat hati-hati.

"Rambutmu masih basah." Tetap menunjukkan senyum kendati ucapannya tidak pernah ditanggapi dengan baik oleh sang terkasih.

Jimin tahu Millie sedang marah, marah dengan segala yang sudah terjadi pada dirinya. Apa pun yang dilakukan pria Park, Millie tidak akan pernah mau menggubris lagi.

Meski Jimin kini tengah melayangkan aksi berbaik hati;menyuapkan sarapan untuk Millie, ia tetap hanya dihadiahkan wajah datar, seolah-olah dirinya begitu dibenci oleh dambaan hati.

Kalau tidak disuapkan mungkin sarapan ini sampai malam nanti tidak akan disentuh kesayangannya.

Awalnya Millie menolak dengan terus membungkam bibirnya walaupun sendok sudah ada di depan mulut. Tidak sampai disitu, Jimin dengan akal sehat yang sudah agak melenceng malah bertanya, mau memilih makan atau mau dicium bibirnya sekarang juga. Tak sangka itu adalah jurus yang sangat ampuh.

Dengan berat hati Millie membuka mulut, lagipula sebenarnya ia juga lapar sekali. Millie tidak bisa menunda jam makan kalau boleh jujur. Tadi itu ia berpura-pura saja melayangkan aksi jual mahal tanpa diketahui Jimin.

Jimin tersenyum senang melihat Millie menerima suapan demi suapan, hatinya tersentuh melihat perempuannya mengenakan kaus kesayangan miliknya. Tentu saja boxer miliknya juga ikut dipakai. Hanya itu yang bisa dijadikan bahan untuk dalaman.

Apa ia batalkan saja pesanan baju untuk Millie agar Millie terus menggunakan pakaiannya? Ah tidak mungkin, dasar gila. Ia bahkan sudah melayangkan senyum aneh, pasti sekarang sedang memikirkan hal yang iya iya di dalam otaknya.

Sadar lah boy Jimin!

Sembari menyuapkan sarapan untuk Millie, Jimin juga ikut menyuapkan dirinya sendiri tanpa mengganti sendok tersebut. Yang mana hal itu semakin dianggap aneh oleh Millie. Namun, siapa peduli. Millie sekarang sudah benar-benar tidak peduli dengan apapun yang dilakukan pria Park itu.

"Makan yang banyak, aku membawakanmu americano."

****

Bagaimana bisa setelah terisi nasi, perut Millie malah sakit. Dia berjalan mondar mandir di samping ranjang sambil memegangi perutnya.

Apa Jimin telah meracuninya? Tidak mungkin, begitu-begitu Jimin adalah anak baik yang tidak suka membunuh nyawa orang tidak bersalah, apa lagi gadis yang ia sukai. Sangat tidak masuk akal.

Oh, Tuhan. Millie tidak tahan lagi sekarang. Ia setengah berlari masuk ke dalam kamar mandi untuk duduk di atas closet. Berjaga-jaga kalau saja ia ingin muntah ataupun buang air.

STOCKHOLM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang