Malam telah larut, Lei dan Raka sudah tidur sejak tadi.
Malam ini hujan turun dengan derasnya. Kilat, petir, dan guntur pun turut meramaikan suasana malam yang seharusnya tenang.
Lei terbangun dan ketakutan di dalam kamar lalu ia memutuskan keluar kamar untuk membangunkan Raka.
Saat membuka pintu, Lei melihat Raka tertidur pulas. Lei sangat tidak enak hati kalau harus membangunkan Raka, tapi ia sendiri sedang sangat ketakutan.
Akhirnya Lei memberanikan diri untuk membangunkan Raka.
"Raka..." Lei memanggil Raka dengan suara bergetar dan Raka langsung terbangun karenanya.
Raka beranjak duduk dan Lei langsung memeluknya.
Raka sangat terkejut. Anjir. Tuhan... hambamu ini baru bangun tidur, harusnya jangan dikasih yang kaya gini.
Raka sedikit ragu untuk membalas pelukan Lei, namun karena melihat Lei ketakutan seperti itu, membuat keraguannya perlahan hilang dan ia membalas pelukan itu.
"Raka, takut..." Lei berucap lirih.
"Enggak apa-apa." Raka mengusap rambut halus Lei.
Puluhan menit telah berlalu. Hujan pun sudah reda, mereka juga telah melepaskan pelukan itu.
Lei dan Raka duduk berhadapan dengan tubuh tertutup selimut masing-masing.
"Lo takut hujan, Lei?" Ucapan Raka memecah keheningan.
"Enggak. Aku enggak takut hujan."
"Aku takut sama petir. Aku takut sama suara yang keras." Lanjut Lei dan dibalas anggukan oleh Raka.
"Pas peluk gue tadi rasa takut lo ilang gak?" Ucapan Raka ini membuat Lei merasa malu.
Lei menutupi wajahnya dengan tangan yang berbalut selimut. Ia berusaha menutupi semburat merah yang muncul di pipinya.
Raka... please jangan dibahas. Malu...
Raka terkekeh melihat Lei. "Enggak apa-apa, Lei. Gue seneng kalo dipeluk sama lo."
Eh, tuhan... ciptaanmu ini kenapa lagi? Kenapa gue ngomong itu anjir?!
Lei mengangkat kepalanya. "Hah?"
Untung saja Lei tidak mendengar jelas perkataan Raka barusan karena terlalu fokus ke perasaannya.
"Enggak." Raka mengalihkan pandangannya.
Setelahnya mereka hanya mengobrol ringan mengenai kegiatan yang ingin dilakukan ketika matahari sudah terbit.
-🤍🤍🤍-
Pagi-pagi sekali Lei sudah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan. Raka tidak membantunya karena ia ketiduran saat Lei bercerita tentang Medusa.
Sesuatu melintas di pikiran Lei, sesuatu itu membuat hatinya terasa sakit.
"Kangen mama, papa... bro Mave juga." Lei terisak.
"Aku harus lawan perasaan aneh yang ada di diri aku. Aku harus ambil jiwa Raka sekarang."
Lei berjalan meninggalkan dapur dan menyamperi Raka yang masih tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
EILEITHYA
Random"Ini yang terakhir, kenapa rasanya susah banget?" Semuanya bermula ketika Raka tersesat di Hutan Seraphic dan dijebak oleh seorang gadis. Satu hal yang pasti. Gadis itu bukanlah manusia. Akankah Raka bebas dari gadis itu dan keluar dari hutan dengan...