Nyanyian aneh itu terngiang di telinga Jaehyun. Saat benar-benar kembali, dia terbaring di permadani dan dikejutkan oleh sosok Rosé yang muncul di sampingnya. Gadis itu tengah memegang kuas dari botol cat kuku. Lampu di kamar agak temaram.
Beberapa lintingan di asbak jelas terlihat belum lama padam. Benaknya menduga bahwa mimpi buruk panjang yang dialaminya tadi berasal dari kandungan zat dari lintingan yang diisapnya. Secara otomatis, ia mengerang ngilu dalam posisi terduduk di permadani empuk penuh dengan bantal begitu baru sadar.
"Kau menyebut namanya selama kau tidur," sarkas Rosé. "Kurasa kau telah merindukannya karena berlama-lama denganku."
"Siapa maksudmu?"
"Elijah. Kau pasti sangat menyukainya,"
Kesunyian pun jatuh. Keempat mata saling memandang dalam refleksi perasaan masing-masing. Rosé tidak terlihat bingung, dia hanya menunjukkan wajah datarnya yang baru.
"Kau aneh, Jeff. Kau manis, peduli, peka, dan selalu ada saat aku membutuhkanmu.." jemarinya menepis sehelai benang di pundak Jaehyun. "Tapi aku takut kau akan pergi lagi, jadi bisakah kau tetap seperti ini?"
Dalam situasi sulit, Jaehyun membeku. Dia mengerutkan kening begitu keras sehingga Rosé meraih satu tangannya dan meletakkannya di pipinya.
"Atau.. apakah aku sebatas pelampiasanmu?"
Tanpa menunggu jawaban, Rosé menempelkan bibirnya ke mulutnya. Ia mengecupnya sebentar kemudian mundur, sementara matanya terikat pada Jaehyun, yang menatapnya dalam waktu yang lama.
Perasaan Jaehyun bergejolak saat mengetahui bahwa hatinya telah berhasil dirampas gadis selain Elijah. Tangannya sekarang mencoba bergerak ke arah pipi Rosé, saat dia memutuskan.
Ia memiringkan kepalanya, lalu memejamkan mata dan mendekat, membiarkan tautan bibir mereka terus berlangsung. Cukup lama untuk mencium gadis itu untuk pertama kalinya, Jaehyun kemudian melepaskan ciuman itu dan menatap mata Rosé sejenak saat mereka bernapas dengan berat.
Tak ada kata-kata yang perlu diucapkan, kini dia menciumi leher Rosé dengan penuh gairah, membiarkan gigi-giginya sesekali menggigit lembut kulit gadis itu yang membuatnya mendesah dalam kenikmatan.
"Oh, Jeff..."
Jaehyun memegang bagian belakang leher Rosé dan kembali memasukkan lidahnya ke mulutnya. Punggung gadis itu pun terjatuh ke ranjang. Dia mengangkatnya, tetap mempertahankan ciumannya.
Tangannya meremas payudaranya, sampai terusan Rosé pun terlepas.
Rosé menyentuh rambut Jaehyun dengan lembut, selama ia merasakan mulutnya menghisap putingnya, lidahnya berputar.
"Jeff," desahnya, tak bisa menahan diri lagi.
Tangannya turun ke celana dalamnya, menjelajahi area sensitifnya dengan cepat. Rosé bergidik dan mendesah. Punggunnya melengkung. Dia memejamkan mata dan menolehkan wajahnya.
Tak lama Jaehyun memegang dagunya agar dia melihat ke arahnya, sementara jemarinya terus bergerak.
• • •
"Jeff.. ahh..." desah Rosé pelan, tangannya mencengkeram erat punggung Jaehyun. Tubuhnya bergetar di bawah gerakannya yang mantap. Jaehyun terus bergerak maju-mundur. Tangannya mencengkeram pinggul Rosé dengan kuat, memastikan dirinya tetap menghantam titik yang sama berulang kali.
Kamar itu dipenuhi suara napas terengah dan desahan yang menggema di dinding. Keringat menetes dari kening Jaehyun, mengalir melewati pipinya yang merah. Tubuhnya membara.
Rosé terus mendesah, tubuhnya tersentak kencang. Air matanya turun pelan saat merasakan kenikmatan di bawahnya.
Jaehyun terus menggerakan pinggulnya dengan lebih cepat, ia mencengkeram lebih erat pinggul Rosé.

KAMU SEDANG MEMBACA
BELDAM
FanfictionJaehyun terseret ke era 70-an. Yang mengejutkan, ternyata wajahnya mirip seperti sosok muda ayah pacarnya ⎯Jeffrey. Demi bertahan, dia menyamar sebagai Jeffrey. Namun, rencananya kacau sejak gadis pirang bernama Roseanne muncul. Apakah Jaehyun berha...