2. I'm Glad, If She's Hate Me

107 7 0
                                    

"Huang Renjun terlihat sangat menggemaskan memakai baju-ku." Gumam Haechan yang saat ini tengah memerhatikan Renjun, yang sedang berolahraga di lapangan. Basket adalah pelajaran Renjun hari ini. Renjun sangat menggemaskan memakai baju Haechan, yang sangat kebesaran di tubuh mungilnya.

"Kau serius memberikan baju olahraga itu ke Huang Renjun? Dia tidak menolak?" Tanya Jeno, menatap Haechan dari samping dengan tatapan tak percaya.

"Tentu saja awal-nya ia menolak. Namun ia tidak bisa terus-terusan menolak bukan? Ia bisa di hukum kalau tidak membawa baju olahraga di saat pelajaran olahraga. Huang Renjun itu suka bermain aman dan berada di jalurnya. Jadi, daripada dia di hukum. Lebih baik memakai baju-ku bukan?" Seru Haechan yang saat ini sudah menampilkan senyuman-nya, saat Renjun berhasil mencentak 3 point untuk tim-nya.

"Memang-nya benar baju Renjun itu kau yang sembunyikan?" Tanya Jeno lagi. Pasal-nya tadi Renjun terlihat sangat marah sekali.

"Tentu saja tidak! Aku tidak menyembunyikan-nya. Aku menaruh-nya di kamarnya kembali." Ucap Haechan.

Yups benar! Tadi Haechan sempat merogoh tas milik Renjun sebelum berangkat sekolah. Ia sempat menaruh baju olahraga Renjun, masuk ke dalam lemarinya. Setelah itu, Haechan langsung melarikan diri dari perbuatan-nya. Takut ulahnya ketahuan sama Renjun. Tapi ternyata ulahnya tidak ketahuan sampai sekolah.

Renjum itu memang tipikal orang yang pelupa, dan kadang suka berhalusinasi. Padahal dia tidak menaruh baju olahraga itu ke dalam lokernya.

Iya! Tadi Haechan langsung membawa Renjun ke lokernya, setelah makanan Haechan habis.

Haechan langsung membuka lokernya, mengambil baju olahraga miliknya yang ia bawa tadi, dan langsung memberikan-nya ke Renjun.

Awalnya Renjun menolak, dan memaksa Haechan untuk memberikan baju olahraga milik Renjun.

Namun Haechan langsung menjelaskan kalau baju Renjun itu masih ada di rumah. Haechan meyakinkan Renjun, agar Renjun percaya dengan ucapan-nya.

Tak tanggung-tanggung, Haechan menyuruh Renjun untuk melihat cctv, untuk memastikan apakah Haechan mengumpati baju Renjun, atau tidak. Haechan bahkan menyarankan Renjun untuk menelepon Eomma-nya, untuk mencari baju olahraga Renjun yang ada di rumah.

Haechan yang sudah jengah karena Renjun tidak menjawab tawaran yang ia berikan pun kesal, dan hendak memasukkan kembali baju olahraga-nya. Namun dengan cepat Rennun menahan, dan mengambil baju itu. Sukses ulah Renjun membuat Haechan tersenyum.

"Aish! Terong-terongan itu!" Rutuk Haechan kesal.

Jeno yang mendengar rutukan Haechan, ia pun langsung melihat arah pandang Haechan. "Yak! Itu bukan terong-terongan! Itu kekasih-nya Huang Renjun!" Ralat Jeno.

Bagaimana bisa Haechan berkata kalau kekasih Renjun itu terong-terongan, sedangkan pria itu kekasihnya Renjun?

"Aish, kekasih apanya? Tepos gitu apa enaknya. Kau lihat, dari wajah, dan bokongnya, serta tubuhnya sangat tepos. Tubuhnya sangat kurus seperti zombie kekurangan makan. Hanya aku yang pantas menjadi kekasih Renjun." Ucap Haechan, yang mulai beranjak dari kursi penonton, dan langsung menghampiri Renjun.

Jeno yang melihat Haechan turun, ia pun segera mengikuti Haechan. Ia takut Haechan berbuat hal gila lagi.

"Hai tepos!" Sapa Haechan yang saat ini sudah berada di hadapan Huang Renjun, dan Mark Lee, kekasih Renjun.

Mark dan Renjun yang mendengar suara Haechan, mereka pun menoleh. "Haechan, cari siapa?" Renjun, menatap sekitar.

"Tentu saja mencari kekasih-ku." Ucap Haechan.

Mark yang mendengar itu pun bingung. "Siapa? Apakah dia ada di sini?" Tanya Mark penasaran.

"Di depan kamu itu kekasih aku." Ucap Haechan, yang langsung mendapatkan hadiah tertawaan dari Mark.

"Candaan kamu sangat lucu." Ucap Mark, seraya memegangi perutnya geli.

Haechan yang mendengar itu pun hanya bisa mendengus kesal. "Injuniee. Cepat kembalikan seragam olahraga punyaku!" Titah Haechan.

Mark memberhentikan tawa-nya, menatap Haechan dan Renjun secara bergantian. "Baju olahraga-mu?" Tanya Mark.

"Iya! Huang Renjun yang sangat mini ini meminjam baju-ku, karena dia lupa membawa baju olahraga-nya." Ucap Haechan.

"Kok kamu tidak meminjam baju aku saja? Kebetulan baju olahraga-ku masih ada di loker, dan baru ingin aku pakai tadi. Tapi tidak jadi karena aku tiba-tiba di panggil untuk lomba olimpiade." Ucap Mark.

"Mana sudi dia memakai baju kekurangan bahan-mu." Sahut Haechan.

"Aish! Kau berisik sekali! Bisa tidak sih kau pergi dari hadapan kami? Aku hanya ingin berbicara berdua dengan Huang Renjun, kekasih-ku." Usir Haechan kepada Mark, sebelum pria itu berkoceh lebih banyak.

"Sayang, kamu masuk kelas lebih dulu ya. Aku harus menyelesaikan urusan-ku sama Haechan." Ucap Renjun.

"Oke. Kalau gitu aku masuk kelas duluan ya! Bye sayang! Bye Haechan!" Seru Mark, pamit kepada Renjun dan Haechan.

Haechan yang memutarkan kedua bola matanya jengah. "Cuci dulu bajunya! Jangan coba-coba mengembalikan baju itu, kalau baju itu belum di cuci." Ucap Haechan, lalu pergi meninggalkan Renjum.

Renjun speechless menatap Haechan. Bisa-bisanya Haechan langsung pergi sebelum Renjun berkata?! Padahal Renjun ingin bilang kalau diri-nya akan mengembalikan baju Haechan, setelah baju itu di cuci. Tapi apa yang Haechan lakukan? Sungguh di luar batas kemampuan otak-nya.

Renjun hanya bisa mendesah pasrah, lalu pergi meninggalkan lapangan indoor, dengan kepala yang terus menggeleng karena ulah Haechan.

Berbeda dengan Haechan yang saat ini sedang berada di atas rooftop bersama dengan Jeno, temannya.

"Kamu beneran suka sama Renjun?" Tanya Jeno penasaran.

"Tentu saja samson! Bukan kah aku sudah katakan padamu tadi? Kalau aku itu menyukai Huang Mini Renjun. Harus berapa kali aku mengatakan hal itu kepada dirimu, agar kamu mengerti?!" Tanya Haechan yang sudah jengah, atas pertanyaan yang terus di lontarkan Lee Jeno, sahabat-nya.

"Yak! Jangan mengatai diriku samson! Hanya saja tumbuh kembang aku itu sedikit lebih cepat dari orang lain!" Peringat Jeno.

"Aku heran saja kepada dirimu. Kau ini kan menyukai Huang Renjun, tapi kenapa kau sering menjahili dirinya? Seharusnya kau mendekati dirinya, dan mendapatkan perhatian-nya, agar Renjun ini dapat melihat-mu." Ucap Jeno.

"Aku tidak suka mengejar wanita. Memang sudah menjadi kodrat wanita untuk di kejar. Tapi aku gak suka memperlihatkannya langsung kepada Huang Renjun, hanya untuk mendapatkan perhatian-nya? Lebih baik aku menjahili-nya." Seru Haechan.

Haechan tuh gak suka cara yang lembut, guna menarik perhatian wanita. Ia lebih menyukai option lain untuk menarik perhatian wanita semacam Huang Renjun.

"Tapi itu bukan-nya malah membuat Huang Renjun benci kepada diri-mu, Chan?! Dia sangat marah begitu kau menjahili diri-nya." Peringat Jeno.

"Bagus kalau dia membenci diri-ku. Kau tau pepatah tidak sih Jen?" Tanya Haechan yang langsung di jawab gelengan kepala oleh Jeno.

"Tidak. Pepatah apa memang-nya?" Tanya Jeno penasaran.

"Pepatah yang mengatakan kalau benci jadi cinta. Jadi ya gapapa kalau misalkan Renjun membenci diriku. Semakin membenci, bukankah semakin cepat mengubah rasa benci itu menjadi cinta?"

TO BE YOUR BOYFRIEND - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang