"Young blood things there's always tomorrow."
Benda pipih persegi panjang bergetar, melantun kan lagu Justin Bieber - Ghost yang di setel untuk nada panggilan.
Alih-alih yang mempunyai benda itu menarik ponselnya di dalam saku celana jins yang ia kenakan.
Menatap layar ponselnya, melihat siapa yang memanggil nya di pagi hari ini.
Ubay anaknya Iman is calling...
Nama yang sudah bertengger di layar ponselnya. Ia pun mengangkat panggilan itu.
"Hallo. Elu dimana Lan? Jemput gue kek, kampret motor gue ban nya bocor gue bakal telat ini ke kampus." Keluh suara di seberang sana.
"Ah anjir nyusahin Lo dasar!"
"Ah pelit lu Heri, gc kalo ga jemput gue kena lu nanti." Ancam nya yang sama sekali tidak membuat lawan bicaranya ini takut.
"Bawel Iman."
Arlan menutup panggilan telpon nya, dan menggunakan sepatu untuk berangkat ke kampusnya.
Padatnya jalan pagi hari di kota Jakarta memang tidak heran lagi. Polusi-polusi udara dari asap knalpot dan bunyi bising motor sudah menjadi suara khas kota ini.
Arlan terus menatap lurus jalanan memfokuskan diri agar cepat menjemput sahabat masa kecil nya itu.
Setelah sampai di tempat bengkel motor, teman nya langsung naik ke motor.
"Gue laper banget Lan, nanti di kampus makan dulu lah. Angga sama Ferdi udah nunggu di kantin."
Arlan tetap acuh, tidak menjawab ucapan Ubay, dan tetap fokus pada kendaraannya.
- - -
"Maniac.!"
"Sekali lagi woy bantu gue ini mau savage." Arlan menekan-nekan layar ponselnya.
"Victory!"
"Ah anjirr padahal kalo ga di end gue dapet savage ." keluhnya sambil meminum teh pucuk yang ia ambil di meja.
Arlan, Ubay, Angga, dan Ferdi sedang memainkan game yang sudah menjadi kesukaan kalangan entah anak muda atau dewasa manapun , yakni game mobile legend.
Mereka kini sedang menikmati diri dikamar Ferdi. Karena kamarnya lebih besar dan lebih nyaman di bandingkan kamar-kamar yang lain nya.
Wajar saja, Ferdi anak konglomerat yang hartanya tidak akan habis tujuh turunan. Rumah megahnya bak istana.
"Lan, gue mau izin mau masukin temen gue ke squad boleh ga?" Izin Ubay, "dia cewe sih." Lanjutnya.
"Wah siapa tuh? Bolehlah kenalin ke gue, cantik kaga?" Kata Angga sambil ketawa dan melahap Snack yang ia makan.
"Alah giliran cewe aja Lo cepet bangat." Ferdi menoyor kepala Angga. Jelas cowo ini Memang paling suka berkenalan dengan lawan jenis, lalu dia akan mengajak jalan kenalannya. Setelah itu dia akan menggoshting cewe yang ia kencani jika tidak cantik, dan bertubuh semok.
Arlan hanya mengangguk tanpa membalas ucapan Ubay.
"Temen gue ini dia bego banget dah sumpah." Spontan Ubay.
"Kenapa emang?" Tanya Ferdi penasaran.
"Dia udah di sakitin sama cowoknya tetep aja di pertahanin. Asli gue juga kalo ketemu tuh cowok nya yang kaya bangsat pengen gue injek batang lehernya." Ubay nampak kesal menceritakan tentang temannya.
"Emang Napa dah?" Arlan yang awalnya tidak peduli kini ikut penasaran sama dengan temannya yang lain.
"Lo tau ga sih? Cowoknya tuh cemburuan over banget tai. Temen gue aja pernah di chatt sama tuh cowo cuman gara-gara komen story Dayana tentang game yang jelas-jelas cuman hal sepele."jelas Ubay masih dengan raut wajah kekesalan.
Arlan mengangguk karena dia tahu siapa nama cewek yang Ubay ceritakan.
"Ya ceweknya juga goblok, ngapain cowok cemburuan over gitu di pertahanin, sama-sama bego lah." Timpal Angga.
"Entahlah, kayanya dia udh putus sih. Lo coba deketin deh Lan, tuh dia cewek baik-baik kok." Arlan mengerutkan keningnya sambil menatap sinis ke Ubay.
"Alah jangan dia Bay, udh sama gue aja sini. Lo kan tau sendiri si Arlan itu ngondek sama Ferdi. Dia ga demen wadon, demenan nya Lanang." Angga terkekeh meledek sahabatnya itu yang raut mukanya mungkin sudah dua kali lipat lebih sinis dari sebelumnya.
"Gue tabok Lo nyet! Gue masih demen cewek ya, gila." Ferdi melempar kacang ke wajah Angga yang aga jauh darinya.
"Kaga percaya deh gue sama lu pada, gue rasa cuman Arlan yang paling bener diantara Lo berdua."
"Alah kaya lu sendiri bener aja. Lu aja ga bisa lupain Nayla bertahun-tahun." Ferdi menedang kecil kaki Ubay.
"Anjing lu, diem!" Ubay memang paling sensitif membahas soal cewek yang di sebut oleh Ferdi tadi. Lantaran dia belum juga move on dari gadis itu sudah dari jaman SMP sampai mereka kuliah seperti ini.
Arlan terkekeh melihat Ubay yang di pojokan oleh Angga dan Ferdi.
"Diem nggak David gue tabok mulut lu ya lama-lama." Ubay sudah merasa kesal dengan Ferdi sampai menyebut nama bapaknya.
Ya, persahabatan mereka memang unik. Mereka tidak menyebut nama masing-masing, melainkan menyebut nama bapak dari mereka. Itulah mengapa persahabatan mereka yang sejak SD sampai sekarang tetap akur, meskipun selalu ada pertengkaran sedikit seperti yang di lakukan ini.
"Lan gimana? Mau ga gue kenalin? Siapa tau dia bisa ngubah pikiran Lo itu? Ngga semua cewe gitu kok percaya deh sama gue." Lagi-lagi Ubay tidak menyerah mempromosikan teman ceweknya.
Arlan mengangkat kedua bahunya sambil mengambil kunci motor di meja belajar Ferdi. "Kenapa ngga elu aja yang deketin dia? Biar lu bisa lupain Nayla. Ga capek bertahun-tahun ga bisa move on sama dia?" Arlan sudah menghilang dan pergi.
"Kampret Heri. sama aja kaya lu-lu pada." Bukannya mendapatkan jawaban yang enak, justru Ubay malah mendapat jawaban menohok dan sensitif dari temannya yang pendiem, dan cuek itu.
Angga dan Ferdi tertawa lepas mendengar penuturan Arlan yang membalas dengan jawaban sangat memuaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day 06
RomanceArlan Akeno Saputra. Cowok berusia 20 tahun, mahasiswa jurusan informatika. Arlan paling malas berurusan dengan yang namanya cinta setelah di selingkuhi mantan pacarnya kala SMA dulu, juga keegoisan ibunya membuat Arlan sangat menjauh dengan yang n...