Rinjani. Pak Rudolf Tjiptobiantoro yang memberinya nama dengan harapan agar kelak bungsu di keluarga mereka meraih kesuksesan setinggi gunung di Nusa Tenggara. Itu doa yang bagus. Seharusnya membawa tekanan batin tersendiri untuk memenuhi ekspektasi tersebut. Namun, cita-cita Rinjani berbanding terbalik dengan harapan Pak Rudolf dan mendiang istri. Kesuksesan setinggi gunung berarti menjadi istri Yamazaki Aoki.
Sstt... Rinjani belum bilang orangtuanya mengenai rencana brilian ini. Jangankan Pak Rudolf, abang-abangnya juga belum dia beritahu. Dia berencana untuk memberi tahu Aoki dulu sebelum keluarganya. Jaga-jaga semisal ditolak.
Besok Rinjani genap berusia 21 tahun. Dia sudah dewasa. Parasnya masih kekanakan. Abang-abangnya bilang, Rinjani telah berhenti tumbuh sejak usia lima belas. Namun, Rinjani tidak terlalu memedulikan ledekan tersebut. Titel sarjana sudah didapatkannya. Yang belum hanya pekerjaan keren and hati Aoki.
"Jani!" panggil Pak Rudolf dari dalam rumah. Suaranya nyaring dan hampir memekakkan telinga. Rinjani yang awalnya sedang mengurus taman mini di depan rumah langsung membereskan peralatan berkebun. Bunga-bunganya bermekaran dengan sempurna, pohon-pohon buah tampak sehat dan mendapat cukup matahari, rumputnya masih basah, sehingga tamannya menjadi amat teduh.
Semua anggota keluarga telah berkumpul di meja makan. Pak Rudolf, Mikael, Valentino, dan Rinjani. Di antara mereka semua, hanya si bungsu yang tidak memiliki kecocokan warna kulit, paras, serta mata dengan mereka semua. Rinjani tahu dirinya diadopsi oleh pasangan Indonesia, Pak Rudolf dan mendiang istri agar mereka dapat memiliki seorang putri. Istilahnya, anak pancingan.
Nahas, ketika sang istri mengandung bayi perempuan, keduanya gagal diselamatkan dari kecelakaan maut yang menimpa keluarga mereka bertahun-tahun silam. Sampai saat ini, mereka tak pernah membahasnya. Kejadian itu sudah lama berlalu. Mereka sepakat untuk mengenang mendiang ibu dan adik yang belum sempat lahir ke dunia dengan cara masing-masing.
"To the point aja, Abang nggak suka kalau kamu minta diizinin clubbing buat hadiah ulang tahun. Clubbing nggak seseru atau sekeren yang kamu pikir," ucap Mikael sebelum menggigit garlic bread olahan Pak Rudolf.
Bibir kemerahan Rinjani langsung mencebik.
"Minta hadiah yang lain. Barang. Baju. Peralatan elektronik. Tambahan uang jajan. Apa aja. Yang penting bukan izin buat clubbing," lanjut Mikael tegas.
Rinjani merasakan rusuknya disikut ringan. Pelakunya Valentino, abangnya nomor dua. "Minta playstation keluaran terbaru," bisiknya.
"Biar abang yang main sepuasnya?" balas Rinjani sambil berbisik pula. Kemudian dia menjulurkan lidah, pertanda kalau ide itu sudah ditolaknya mentah-mentah.
Lalu Pak Rudolf berdeham. Seisi meja langsung hening.
"Ada yang ingin Papa sampaikan ke Jani," ujar beliau saat membuka pembicaraan. "Seperti yang kita ketahui bersama, Rinjani memang bukan anak kandung Papa dan mendiang mama kalian. Tapi, rasa sayang kami jumlahnya sama rata. Sejak Rinjani kami bawa ke rumah ini, maka sejak itu pula Rinjani menjadi bagian dalam keluarga. Tidak peduli dari mana Jani berasal."
Rinjani melirik kedua abangnya yang asik makan. Walau begitu, telinga mereka dipasang awas untuk mendengar kelanjutannya. Sama seperti Rinjani, keduanya juga penasaran dengan apa yang akan disampaikan papa mereka. Untungnya, basa-basi bukan kebiasaan di keluarga ini.
Pak Rudolf memberikan sebuah map yang berisi setumpuk dokumen keabsahan adopsi Rinjani serta legalitasnya untuk menjadi WNI. Rinjani menatap Pak Rudolf tak mengerti. Dia sudah tahu semua isi dokumen itu karena pernah beberapa kali melihatnya.
"Sudah saatnya kamu tahu dari mana kamu berasal, Jani."
"Panti Asuhan St. Elizabeth Ann di Caruther...?" sahut Rinjani tak yakin. "Papa bilang tempat itu ada di perbatasan Pennsylvania, tempat mendiang Mama pernah menjadi dosen di universitas sewaktu Papa dan Mama masih tinggal di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGOIRIE: Green Wood [Published by Lovrinz]
Viễn tưởngMagoirie terlahir sebagai manusia biasa yang sengaja dipilih untuk dianugerahi berkah oleh Sang Dewi agar menjadi para penyeimbang alam. Tugas utama mereka adalah mengawasi setiap elemen yang menjadi tanggung jawab masing-masing, dan berhak untuk me...