Lukas terbangun di atas batu karang besar yang menusuk-nusuk kulitnya. Ini bukan tempat yang tepat untuk berjemur. Kulitnya terbakar. Rasanya menyakitkan. Dia belum pernah merasakan terik matahari sepanas ini sebelumnya. Lukas coba membuka mata. Namun, otot-ototnya menolak. Dia terlalu lemah untuk itu.
"Air." Bisikan itu keluar dari bibir Lukas yang kering dan pecah-pecah.
"Sekelilingmu adalah air." Seseorang menyahut. Lukas mulai ketakutan lagi. Entah sudah berapa lama dia ditenggelamkan dan dibawa ke permukaan saat matahari sedang terik-teriknya. "Di antara para siren, hanya aku yang mengerti bahasa manusia. Kau pasti terkejut karena kuculik. Awalnya aku justru ingin memakanmu."
Lukas memaksa kelopak matanya untuk terbuka. Silau menyakitkan membuatnya mengernyit.
"Rencana kami berhasil. Para siren telah meluluh-lantakkan sebagian daratan. Kami masih perlu Magoirie untuk membuat tsunami yang lebih besar lagi," lanjutnya. "Kau bertanya-tanya tentang alasan kami melakukannya. Sederhananya, kami mengembalikan apa yang kalian buang ke laut. Sekarang manusia tahu rasanya diterpa bencana. Ini masih belum apa-apa. Ketika Magoirie kami kembali, kami akan meyakinkannya untuk menenggelamkan seluruh daratan di dunia."
Sosok itu duduk membelakanginya. Bukan dalam wujud siren, melainkan wujud manusia. Dari belakang, dia tampak seperti lelaki muda berambut panjang. Setelah memenuhi paru-paru Lukas dengan air garam, sekarang dia dijemur bak ikan asin. Lukas keheranan, mengapa dirinya belum mati? Apa predator suka mempermainkan mangsanya dulu sebelum dimakan?
"Namaku Yila. Yara adalah kakakku. Dia termasuk siren yang terpenting dalam kawanan kami. Bagaimana kau mengenalnya?"
Makhluk ini sungguh tidak punya hati nurani. Dia berbicara denganku seolah aku tidak sedang sekarat! Lukas memaki dalam hati.
"Kau kesulitan bicara, ya?" Dia berdecak. "Manusia begitu lemah. Aku heran bagaimana mereka bisa membuat peradaban semaju sekarang. Peradaban yang menghancurkan makhluk selain mereka." Yila terus bicara selayaknya orang berpidato. Ngomong-ngomong, apa semua siren selalu telanjang bulat jika berubah wujud menjadi manusia?
Rambut hitam kusut Yila bergerak sedikit, menandakan kalau dirinya menegakkan kepala. "Sejujurnya aku sedang bingung. Apa yang harus kulakukan denganmu? Aku sedang tidak berselera makan jantung manusia selemah dirimu. Aku juga tidak ingin melepaskanmu begitu saja. Terlalu besar risikonya. Meninggalkanmu sampai mati di sini juga tidak bisa karena aku cemas Ronan datang sewaktu-waktu dan memutuskan untuk memusuhi kawanan kami. Well, sebetulnya kami memang sudah bermusuhan sejak dulu." Yila terkekeh pelan.
"Tolong, beri aku... air."
Yila mengulurkan tangannya ke tepian batu karang untuk mengambil air menggunakan telapak tangan. Itu air laut. Jika Yila merasa tahu manusia dapat bertahan hidup hanya dengan air laut, maka dia salah besar.
"Air... tawar..." Lukas berbisik sekeras yang ia mampu.
Lagi-lagi Yila berdecak. "Buka mulutmu, Manusia."
Cemas dengan keselamatan nyawanya, Lukas membuka mulut dengan pasrah. Air yang berasal dari telapak Yila tidak asin. Rasanya begitu menyegarkan bagai air dari pegunungan. Lukas terus meneguk sedikit demi sedikit. Kepalanya menengadah seolah tidak rela air itu tumpah selain ke mulutnya.
"Lagi..." Lukas meminta dengan suara yang lebih jernih.
Yila menggeleng dengan raut datar. "Aku memberimu cukup untuk bertahan sampai beberapa jam ke depan." Kemudian dia menyeringai. Barisan gigi hiunya tampak ganjil dalam wujud manusia. Dia monster.
"Apa yang kamu mau dariku?" tanya Lukas. Ia masih tak kuasa bergerak bebas selagi masih dipanggang di bawah matahari. "Di mana alatku?"
"Yang kau maksud adalah alat jelek yang membuat indera para siren kacau itu?" tanya Yila tanpa antusias. "Aku sudah membuangnya. Kalau masih menginginkannya, silakan menyelam lalu temukan sendiri di dasar samudera. Aku yakin alatmu itu masih teronggok di suatu tempat di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGOIRIE: Green Wood [Published by Lovrinz]
FantasíaMagoirie terlahir sebagai manusia biasa yang sengaja dipilih untuk dianugerahi berkah oleh Sang Dewi agar menjadi para penyeimbang alam. Tugas utama mereka adalah mengawasi setiap elemen yang menjadi tanggung jawab masing-masing, dan berhak untuk me...