"Ares! Maneh teh mau kemana?"
"Mau pulang ya? Nebeng dong."
Antares memutar matanya malas. Menatap sekilas pemuda yang lebih kecil.
"Gue mau kumpul sama anak-anak."
"Yaudah, aing ikut."
"Motor lo kemana?"
"Kan semalem aing cerita. Maneh mah kebiasaan, gak nyimak. Motor aing lagi di bengkel Res. Aing ikut ya?"
"Gak."
"Kenapa gak boleh? Aing kan udah kenal sama yang lain."
"Gak ya gak."
"Ihhh naha Res?" Dilan menahan lengan Antares yang sudah siap dengan motornya.
Dilan melepas tangannya saat Antares meliriknya tajam.
"Si Ares meni nyebelin pisan." Gumam Dilan kesal menatap Antares yang berlalu dengan motornya.
Berakhir Dilan yang berjalan kaki menuju halte. Niatnya sih mau pulang pakai bus. Untung kalau dapat angkot. Mana cuaca hari ini panas.
Dilan menyedot brutal minuman warna kuning yang dibungkus plastik bening. Melampiaskan rasa kesalnya untuk Antares. Berjalan di bawah terik matahari dengan minuman dingin ditangannya yang sedikit membantu menghilangkan dahaga.
Tin! Tin!
Dilan menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada mobil yang berhenti di pinggir jalan tidak jauh dari posisinya.
"Woe Kontet! Masuk!" Kepala Antares menyembul keluar pada kaca mobil yang diturunkan.
"Ares!" Pekik Dilan senang.
Ia tersenyum lebar mengetahui itu Antares. Dilan celingukan mencari tempat sampah. Lalu membuang plastik bening yang masih berisi setengah.
"Katanya mau ketemu anak-anak?" Tanya Dilan setelah masuk mobil.
"Dipake dulu sabuk pengamannya."
"Gak jadi kumpul?" Tanya Dilan lagi, sembari tangannya sibuk memasang sabuk pengaman.
"Jadi."
"Terus kenapa disini?"
"Udah tadi."
"Bentar banget ketemunya." Dilan menatap Antares bingung.
"Terserah gue lah."
"Ohh! Apa karna mau jemput aing?" Dilan bertanya jahil.
"Mana ganti mobil dulu. Takut aing kepanasan ya? Manis banget sih Ares." Lanjut Dilan heboh.
"Berisik banget sih lo!"
"Ares, gak usah malu gitu atuh."
"Diem anjing!"
Bukannya tersinggung, Dilan malah tertawa keras. Ia berhasil menggoda Antares lagi. Tangan kecil itu menepuk pundak Antares yang dengan cepat ditepis oleh sang empunya. Mengganggu Antares adalah kesukaan Dilan.
Tidak tahu saja pemuda di balik kemudi itu sedang meliriknya. Menahan untuk tidak mengembangkan senyum tipisnya. Antares membawa tangan kirinya untuk mengusak pucuk kepala Dilan.
"Hari ini nginep di rumah gue ya?"
"Belum izin bunda."
"Pulang ke rumah lo dulu. Pamitan sama bunda."
Dilan mengangguk, tawa kerasnya berganti dengan senyuman lebar. Manis.
Antares masih bingung, bagaimana bisa pemuda dengan tubuh kecil dan wajah kekanakan ini pernah menjadi pentolan geng motor? Mustahil untuk dibayangkan.
Bahkan setelah satu tahun mengenal, Antares tidak pernah melihat Dilan terlibat perkelahian atau kerusuhan seperti yang Dilan ceritakan saat masih di Bandung. Jika begini, Antares tidak salah kan, kalau ia meragukan keaslian cerita Dilan.
+++
leatherdenim nih lucu banget sjshshsjskmaaf kalo bahasa sundanya kaku/salah, tolong dikoreksi ya, aku bukan orang sunda soalnya😭👎
semoga suka ya, makasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares & Kontet | Dilantares/Leatherdenim
Fanfictionantares dan dilan ini temenan, walaupun antares gak mau ngakuin. dilan itu orangnya berisik, tapi kalo sehari antares gak denger celotehan dilan, dia bakal kelimpungan. jadi mereka ini apa? temen bukan, musuh bukan, pacar juga bukan. kalo kata antar...