Season 1 - 1 ibu

16 4 0
                                    

Aku pindah ke rumah baru saat usia aku 7 tahun, lingkungan sekitar yang berubah.

Aku semakin jauh dari keluarga ibu. Sementara aku ikut bersama ayah, ayah pergi merantau keluar kota. Dan akan pulang bulan 2 atau 3 kali.

Dan saat itu aku dirawat oleh nenek. Hanya tinggal bertiga dirumah, aku dan adik bungsu ayah.

"Nenek, foto ini foto siapa?". Leana bertanya kepada neneknya, sambil menunjuk foto seorang wanita.

"Leana nggak ingat? Itu ibu Leana". Jawab nenek.

Foto seorang wanita, yang terjatuh dilantai. Saat membereskan barang-barang pindahan.

Bahkan aku lupa dengan wajah ibu aku, ini sungguh. Aku tidak mengada-ada.

Leana kecil diam menderanya, "Ini ibu Leana? Leana nggak ingat".

"Leana, wanita itu tetaplah ibumu. Leana nggak boleh bilang kayak gitu". Kata nenek.

"...".

Tibalah saatnya Leana masuk sekolah SD baru, dilingkungan baru.

"Anak-anak, kelas kita kedatangan teman baru. Berteman yang akrab ya~". Ucap bu guru.

"Ayo, kasih tau siapa sih temen baru dikelas ini".

"Leana". Jawab Leana.

"Namanya Leana, baik. Leana kamu bisa duduk di kursi kosong dibelakang ya".

Leana menurut, dan pergi ke tempat duduknya.

Hari pertama datang ia diantar oleh bibinya dari Bandung.

Leana duduk di kursi paling belakang sendirian, duduk didekat jendela. Bangku di kelas ini sudah penuh.

Leana seseorang yang pendiam dikelas, ia tidak berani mendekat, ia hanya menanti seseorang lah yang mendekat padanya.

Sampai kelas 2 Leana belum akrab dengan teman-teman sekelasnya.

Sampai datang seorang murid pindahan perempuan, yang duduk di sebelahnya. Sampai bangku kelas 2 SD pun ia masih sendiri dan duduk di paling belakang.

"Na-ma kamu Luna kan, a-aku Leana..". Mencoba memulai pembicaraan duluan.

Luna murid baru tersebut cantik, dan pemalu. Asalnya dari Bandung.

Leana tidak manis ataupun cantik sedangkan Luna perempuan kecil yang manis.

Berbeda dengan Leana, Luna langsung di ajak pergi ke kantin sekolah bersama. Luna yang pemalu tidak ikut, dan memilih dikelas.

"Aku nggak ikut". Tolaknya.

"Yah~ Kenapa?". Tanya yang lain.

Aku di kelas, hanya berdua bersama Luna, tidak ada percakapan yang terjadi.



☐☐☐


Sepulang sekolah.

Leana pulang sendirian ke rumahnya, rumahnya tidak jauh dari sekolah.

Sebenarnya Leana tidak benar-benar sendirian, ada beberapa anak yang satu arah dengan rumahnya. Namun Leana terlalu canggung.

"Aku harus apa? Manggil nama mereka, sambil lari? Terus ikut berjalan bersebelahan?". Celetuknya sambil membayangkan.

Teman yang lain sudah berbeda arah, sekarang hanya melewati gang kecil dekat irigasi, Leana pergi kearah kiri dan teman laki-laki satunya pergi kearah kanan.

"Siapa namanya..".



Keesokan harinya..

"Eh, Leana ya? Satu sekolah sama Yusuf kan". Ucap seorang wanita.

Wanita itu sedang mengobrol bersama nenek, Yusuf yang seusia dengan Leana sekaligus teman sekelasnya.

Dirumahnya banyak mainan, sehingga Leana sering bermain ke rumah Yusuf.

Dan mereka menjadi akrab, dan selalu berangkat dan pulang bersama.

Ibu dari Yusuf membuka warung dirumahnya, dan Leana juga sering kali disuruh beli di rumah Yusuf.


☐☐☐



Saat itu ayah pulang ke rumah dan menjemput aku disekolah setelah pulang.

Namun sebelum itu ibu yang hanya aku liat wajahnya dari selembar foto tiba-tiba datang ke sekolah aku.

Saat itu aku kebingungan... Aku teringat nenek bilang harus mengakui ibu aku.

Pihak sekolah menanyakan pada aku yang masih kelas 2 SD.

"Ini ibu kamu Leana?". Tanya wali kelas.

Aku menjawabnya dengan suara kecil, "i-iya".

Dibelakangnya seorang lelaki, pada awalnya aku mengira lelaki itu adalah suami baru ibu aku.

*Leana
Mungkin ayah tiri?

Ibu aku memeluk aku dengan erat, ibu menangis. Mengatakan ia sangat merindukan aku.

"Ibu kangen Leana, Leana udah besar".

"....".

"Leana, ibu itu sayang Leana. Ibu pergi kerja ke negeri orang buat masa depan Leana". Ucapnya sambil menangis.

Aku hanya diam, aku masih ingat aku benar-benar diam tidak membalas ucapan ibu aku.

Aku hanya menjawab iya dan iya. Dan aku melihat foto aku dengan ibu aku saat itu, wajah aku yang terlihat tidak nyaman, namun senyum tulus terlihat diwajahnya.

Ibu aku datang ke kelas, dan membagikan jajanan pada teman sekelas.

"Leana, itu ibu kamu?". Tanya teman lainya setelah ibu Leana pergi.

"I-iya".

"Yang dibelakangnya ayah kamu?". ...

"Bukan".

Bahkan teman sekelas aku pun tidak tau wajah kedua orang tua aku. Itu karena mereka tidak terlihat disekolah saat mereka harunya datang.

"Ibu kamu baik banget, sekelas dikasih jajanan loh". ...

"Baik ya..".

*Leana.
Kalian nggak tau apa yang aku rasain sekarang... Apa kalau kalian tau, kalian akan menganggap ibu aku baik?

Entah mengapa aku merasa terbebani saat itu, aku takut bertemu dengan ayah aku.

Entah mengapa aku takut menceritakan aku yang bertemu dengan ibu aku.

Namun pada akhirnya aku bercerita..

Aku sedikit menyesal telah memberi tau ayah.

"Ibu Leana ninggalin Leana yang masih bayi, yang masih butuh asi, kasih seorang ibu".

"....". Aku terdiam mendengarnya.

Sesungguhnya apa yang dipikirkan aku yang saat dulu, aku tidak mengingatnya.

Tetapi rasa sesak di dadaku masih terasa ketika mengingatnya lagi.

Perkataan ayah saat itu membuat dadaku sakit, namun rasa sesak itu datang lebih dalam setelah nenek pergi..

~♡♡♡~

Jangan lupa senyum, hehehe

Cerita hidupku, LeanaWhere stories live. Discover now