Kini tiga pemuda bersaudara tengah melakukan perundingan dan perdebatan kecil. Sedangkan si bungsu Park hanya diam memangku dagu dengan sebelah tangannya, sambil memandang penuh jengah kedua sang kakak. Mau menengahi juga bakal tidak mempan, mau memberi pendapat juga bakal tidak diterima. Baiklah, maka ia memilih untuk membiarkan manusia-manusia dewasa itu saling berdebat asal tidak adu tinju. Kalau sempat hal itu terjadi, maka terpaksa Jimin ikut melayangkan tinju ke wajah tampan kakak-kakaknya.
"Sudah selesai belum adu mulutnya? Aku akan pulang sekarang."
Seokjin sebagi kakak tertua menoleh heran, apakah kepulangan adik tersayangnya itu tidak bisa ditunda? Dia loh, lagi berseru ria berdebat dengan si adik pertama, Yoongi namanya.
"Secepat itu, bro?"
"Ya, ada yang harus aku temui di rumah. Dia pasti kesepian menungguku." Jimin berucap malu-malu salah tingkah mengingat wajah menggemaskan Millie.
"Siapa? Your lady?" Kali ini Yoongi yang membuka pertanyaan untuk si bungsu.
"Heum, begitulah. Bisa dibilang seperti itu." Sebetulnya bingung juga mau disebut apa, mau di bilang kekasih tapi belum berpacaran, mau dikatakan orang lain tapi Jimin tidak bisa terima. Maka sebutan itu mungkin agak sedikit lebih cocok ya.
"Aku ikut." Ucap kedua kakaknya secara bersamaan.
Sekarang giliran Jimin pula yang heran, untuk urusan wanita saja mereka cepat dan tampak akur sekali. Tidak bisa, Millie diciptakan hanya untuknya seorang. Tidak untuk yang lain termasuk kedua saudaranya. Dan lagi, jika kakak-kakak tampannya ini ikut ke apartemen, khawatir akan ketahuan jikalau ia sudah melakukan tindakan kriminal, yaitu menculik anak gadis orang.
Jimin memutar bola mata sinis, "Tidak ada ikut-ikut."
Si bungsu melangkah keluar, akhirnya bisa menuju hunian dengan tenang, sudah tidak sabar untuk melihat kesayangan. Ingin memeluk saja nanti, itupun jika Millie mengizinkan. Ia memasuki mobil dengan perasaan senang sambil mengalunkan siulan kecil dari bibir tebalnya. Ketika menjalankan mobil perasaannya berubah menjadi tidak tenang, seperti ada yang berbisik-bisik di kursi mobil bagian belakang. Bungsu Park sontak melirik ke arah spion depan dan tahu apa?
Monolidnya mendapati Seokjin beserta Yoongi yang tengah berbisik ria sembari menahan tawa.
Astaga, dari mana dua manusia gila ini bisa masuk ke dalam mobilnya. Apakah Jimin telah diikuti secara diam-diam? Untuk kesekian kalinya Jimin menghela napas jengah melihat tingkah laku kedua saudaranya. Dasar pria-pria kesepian.
Terserah lah, memangnya mau di bagaimanakan lagi. Ini sudah terlanjur di pertengahan jalan, Jimin pasrahkan semua pada Tuhan yang Maha Esa. Andai nanti kasusnya terbongkar, Jimin akan meminta maaf dengan setulus hati. Walaupun sebenarnya tidak dapat dipungkiri, Jimin sudah gugup setengah mati, rasanya ingin pipis saja di celana. Hanya saja ia berusaha rileks saat ini.
****
Ketiganya sekarang sudah ada di apartemen, Jimin mengabaikan keberadaan sang kakak karena lebih ingin memilih cepat untuk mengecek ke dalam kamarn. Oh shit, pintu kamarnya terbuka. Jimin panik setengah mati, ia mengecek seluruh isi kamar dan kamar mandi, hasilnya tidak ada sedikit pun terlihat presensi Millie. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Beberapa kali memanggil nama Millie juga tidak ada sahutan.
Jantungnya berpacu cepat, bahkan tidak beres berdetak. Ia takut kehilangan Millie, kecintaannya.
Dilanda rasa frustasi, Jimin menarik rambut dengan kedua tangan dan menuruni anak tangga dengan langkah gontai. Terpaksa mendaratkan bokong di anak tangga untuk sekedar berpikir keras, tanpa ia sadari Yoongi mendekati dengan raut wajah penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
STOCKHOLM
RomanceSELESAI, 10 NOVEMBER 2022 Park Jimin menyukai Jung Millie. Alih-alih mengambil hati gadis Jung dengan cara baik-baik, ia lebih senang mendekati Millie dengan cara yang tidak biasa. Entah sebab apa, menjadikan pria itu sangat antusias untuk menyimpan...