1. Subuh

55 7 5
                                    


Matahari Lingsir dari timur, suara adzan menggema memanggil umat-Nya untuk bersujud.
 
  "Aisyah..! Alhamdulillah anak kita sudah lahir." Ali memeluk erat istrinya, ia tak hentinya mengucapakan rasa syukur pada Allah atas karunia yang sudah Allah berikan.  Sepuluh tahun lamanya penantian serta ikhtiar Ali dan Aisyah akhirnya dikabulkan oleh Allah SWT.

  Sebelumnya Aisyah dan Ali sudah pernah mengasuh ponakan jauh mereka bernama Salman dan Anisa saat mereka berdua masih berusia sembilan dan sembilan empat.

   Suster membawa bayi mereka yang sudah dibersihkan, "Pak silahkan diadzanin dede bayinya."
  Ali mendekat ke arah putranya, "Ya Allah terimakasih telah memberikan karunia yang begitu besar pada hamba ya Allah." Annas bersujud syukur dengan tangan kanannya yang menggendong putranya.

"Allaahu Akbar, Allaahu Akbar." Setelah bangkit dari sujudnya Ali langsung mengumandangkan adzan ke telinga putranya di dalam hati ia berteriak tak henti-hentinya bersyukur.

  Tepat seminggu setelah putra Ali lahir, ia langsung membawanya ke Pondok Pesantren Darul Mustofa di Magelang tempat dulu ia menimba ilmu.

  Umi Haji Salamah selaku sesepuh Pondok Pesantren Darul Mustofa memangku anak mereka dan mengusap wajahnya dengan halus, "Leeee.. kamu bocah bagus, mbesuk nek wis gede dadio wong kang ngurusi NU lan ngurusi umat.. Ojo mbejujag... Sing alus tutur katane, sabar kan pertikel, dunya Iki wis tua wis meh orag.. ." ( Leee.. kamu anak ganteng, besok kalo sudah besar jadilah orang yang mengurusi NU dan mengurus umat.. jangan nakal.. yang halus tutur katanya, sabar dan pekerja keras, dunia ini sudah tua hampir kiamat.) Ucap Umi Haji Salamah yang lalu menyuapi putra Ali dengan kurma.

  Bertahun-tahun ikhtiar Ali dan Aisyah untuk mendapatkan keturunan, salah satunya meminta barokah dan doa dari Umi Haji Salamah, "Mi Kulo nyuwun barokahe njenengan kagem putra kulo, paringi asma ingkang sae." (Mi saya minta barokah Umi untuk putra kula, memberikan nama yang bagus.) Bukan tidak lain Ali menginginkan barokah untuk putranya karena nama adalah doa.
  Umi Haji Salamah tersenyum lembut melihat Ali dan Aisyah, di usia mereka yang dibilang sudah tidak muda lagi mereka masih terlihat muda.

   "Cah Bagus jenengmu Althaf Muhammad Subkhi , Althaf artine alus dimaksudkan awakmu dadi bocah kang alus tumindake, manis tutur katane, Muhammad iku asmane Kanjeng nabi sing wis aweh srengenge kanggo umat manusia semoga dadi doa mbesuk awakmu bisa meneladani Kanjeng nabi. Subkhi bocah sing lair waktu subuh lan aweh semangat baru kanggo tiang sepahmu... Aamiin ya rabbal alamin." (Anak ganteng namamu Althaf Muhammad Subkhi, Althaf artinya halus dimaksudkan agar kami menjadi anak yang berperangai baik dan bertutur kata yang halus, Muhammad itu nama Kanjeng nabi yang sudah memberikan cahaya untuk umat semoga menjadi doa supaya kami bisa meneladani Kanjeng nabi. Subkhi berarti anak yang lahir di waktu subuh dan memberikan semangat baru untuk orang tuamu... Aamiin ya rabbal alamin.)

Kelahiran putra Ali disambut dengan hangat di kediaman keluarga istrinya tepatnya di Desa Mojoagung, tangis haru dan salam kebagian menyambut kedatangan Subkhi. Begitupun saat Ali dan Aisyah memboyong putra mereka ke Teluk Penyu di Kabupaten Kebumen. Ali yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda langsung mengadakan tasyakuran setelah mereka sampai di Teluk Penyu.

Salman yang saat ini sudah berusia dua puluh tahun bahkan rela pulang dari masa pelatihan TNI AD-nya hanya untuk menemui adik kecilnya itu berbeda dengan Anisa yang belum bisa pulang karena ia baru saja berangkat lagi ke pondok, "Miii dek Subkhi mirip umi banget yahh, bapak cuma kebagian mata sama hidung yang lain umi semua." Salman menoel-noel pipi Subkhi.

  Aisyah merasa bangga pada Salman yang terlihat begitu sayang pada adiknya, ya meskipun dia bukan putra kandung Aisyah dan suaminya tapi Haidar begitu menyayangi mereka.

Gus Subkhi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang