2. Dhuha

26 4 0
                                    

Tiga tahun sudah usia Subkhi saat ini, di usianya yang masih dini Subkhi termasuk anak yang cerdas. Memiliki sifat yang ceria dan terbuka kepada orang-orang di sekitarnya. Ali melihat tumbuh kembang putranya sangat baik, begitupun dengan Aisyah ia masih tidak menyangka Subkhi sudah sebesar ini.

   "Mii..Miii... dede Ubhi.. ." Subkhi menunjuk perut Aisyah lalu mendekat dan mencium perut Aisyah.
  Aisyah mengelus kepala putranya dengan lembut lalu membungkuk dan mencium kening Subkhi,
Cup. "Mas Subkhi seneng mau punya Dede?" Tanya Aisyah pada putranya.
  Subkhi berjingkrak senang mendekat ke perut Aisyah mengecupnya berkali-kali, Aisyah tersenyum lebar.
Tin-tin-tiin...
  "Mi... Mas Subkhi... Ayo naik kita pulang."
  Ali keluar dari mobil untuk membukakan pintu Aisyah dan putranya, "Mas Subkhi mau langsung pulang apa mau ke Toko Baru dulu." Tawar Ali pada putrinya.

  "Lek Is bii...Lek Is..." Celoteh Subkhi.
  Ali menaikkan satu alisnya, ia tidak paham dengan apa yang Subkhi ucapkan.

   "Bii... Mas Subkhi mau ke rumah Lek Islakh katanya." Aisyah menjelaskan maksud celotehan Subkhi.
  "Lohhh? Mas Subkhi mau ngapain ke rumah Lek Islakh?" Tanya Ali.

  "Pirso dede ubhi... " (Lihat adek Subkhi)
Islakh merupakan saudara Ali yang ketiga, saat ini istri adiknya itu juga sedang mengandung, Subkhi selalu senang jika bersama Islakh begitupun saat ia mengetahui jika Pamannya akan memiliki anak ia pun ikut senang karena ia akan memiliki dua adik sekaligus. Ali langsung melajukan mobilnya dan segera menuju rumah Islakh.

  Di kediaman Islakh sedang diadakan acara tujuh bulanan setibanya Ali di rumah Islakh, Subkhi sudah merengek untuk minta turun dari mobil.

  Ceklek....
  Pintu terbuka, Subkhi langsung keluar dan lari ke halaman rumah Islakh.
  Bruk!! Subkhi tersandung, ia ditolong oleh seorang pria tua dengan sorban putih yang bertengger di kepalanya. Ali dan Aisyah yang melihatnya langsung bergegas menuju putranya.

  "Maa syaa Allah,,, namamu siapa Lee?." Tanya si pria tua pada Subkhi, Subkhi sendiri sudah mengulurkan tangannya meminta gendong.

  "Assalamu'alaikum Abah... Maaf ini Subkhi putra saya." Ali merasa tidak enak karena Subkhi sudah naik ke gendongan.

  "Ya keir, ini putramu toh Gus? Ma shaa Allah... Sudah besar ya." Pria tua tadi ternyata adalah Habib Hasan Alatas pembina Majelis Sholawat MAHAGE Kebumen. Beliau diundang secara khusus oleh Islakh untuk memimpin doa di acara tujuh bulanan istrinya.

  "Nggih Abah, ini putra saya Subkhi."
  Habib Hasan tersenyum lembut, di sini Ali beliau melihat Aisyah yang sudah berperut besar, "Alhamdulillah ya Gus mau nambah momongan lagi, waras, selamat, barokah nggih jabang bayi."

  "Nggih bahh... Aamiin ya rabbal alamin.. nyuwun doa ingkang saene." (Iya Abah,,, aamiin ya rabbal alamin... Minta doa bagusnya.) Jawab Aisyah, di kehamilan anaknya yang kedua ini ia sudah berada di usia tiga puluh lima tahun, bukan usia yang muda lagi.

  "Sehat-sehat cah ayuuu..." Jawab Habib Hasan.

  Ali yang merasa tidak enak pada Habib Hasan karena Subkhi semakin mengeratkan pelukannya di dalam gendongan Habib Hasan berusaha membujuk putranya untuk turun, "Mas Subkhi turun nggih, Abah Habib mau masuk sebentar lagi ngaji." Ucap Ali
  Bukannya menurut Subkhi malah menyembunyikan wajahnya di dada Habib Hasan, begitupun dengan Habib Hasan beliau malah memeluk erat dan menciumi kepala Subkhi.
  "Sudah ngga papa Gus,,,, biar Subkhi tak ajak ke dalam... Njenengan juga mau masuk juga to?."
  "Nggih bah, agunging panganpunten Kangge putra Kula." (Iya bah, minta maaf yang sebesar-besarnya untuk putra saya.)
   Di dalam sudah ramai orang-orang yang menghadiri acara, baik itu tetangga sekitar, keluarga dan beberapa tamu yang memang diundang secara khusus. Habib Hasan duduk dengan posisi memangku Subkhi, di pangkuan Habib Hasan-- Subkhi bergerak dan memberontak. Ali yang melihat putranya demikian hendak mengambil Subkhi, namun tangan Habib Hasan menginstruksikan agar Ali tetap tenang dan jangan dulu mengambil Subkhi dari pangkuannya.
  Habib Hasan membalikkan badan Subkhi supaya menghadap dirinya, "Bahhh bib..." Ucap Subkhi.
  "Dalem cah bagus." Senyuman tulus terbit dari bibir Habib Hasan, ia melihat jika Subkhi adalah anak yang istimewa.

  Jari Subkhi menyentuh hidung dan mulutnya, lalu jari telunjuknya mengarah ke wajah Habib Hasan, ia melukis wajah Habib Hasan dari mata kanan, naik ke alis dan memutari wajah Habib Hasan hingga berakhir tepat di hidung mancung Sang Pembina MAHAGE itu.
  Semua orang terkesima melihat perlakuan Subkhi, apalagi tiba-tiba tangan Subkhi terulur ke tangan kanan Habib Hasan lalu menciumnya berkali-kali, sedangkan Habib Hasan juga langsung mengambil kembali tangan Subkhi lalu menciumnya.

  Barokah ulama dapat didapatkan dengan hal-hal kecil seperti halnya yang dilakukan Subkhi. Hormat dan takdzim serta kasih sayang adalah ridho dari segala usaha.

 Hormat dan takdzim serta kasih sayang adalah ridho dari segala usaha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

@mahage.media (Habib Hasan Alatas)

Pick Gus Subkhi waktu balita(Kak Hadid Muhammad Fajar)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pick Gus Subkhi waktu balita
(Kak Hadid Muhammad Fajar)

Gus Subkhi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang