Jailangkung Sandekala

4 1 0
                                    


oleh : Hana Soraya

Anak yang luput dari pengawasan orangtua, siapa yang bodoh?


Aku nggak sempat menonton film Ivanna bulan juli kemarin, padahal ledakan penontonnya bisa dibilang sangat dahsyat, dengan bukti bahwa film yang merupakan bagian dari Danur Universe tersebut berhasil mendapatkan lebih dari satu juta penonton dalam kurun waktu seminggu. Bravo! Tapi sayang, reaksi teman-temanku setelah menonton filmnya kurang memuaskan. Mereka berpendapat bahwa alur dan jalan ceritanya kalah jauh dibandingkan dengan seri dari Danur Universe yang lain. Terlalu banyak adegan darah, itu yang mereka katakan. Selain ingin menjaga kesehatan mental karena aku cukup sensitif perihal darah, aku sendiri pernah mengalami trauma yang disebabkan oleh suicide attempt. Aku juga kurang yakin akan puas melihat Ivanna karena pendapat-pendapat temanku yang tidak terlalu merekomendasikan filmnya. Jadi, aku memilih untuk melewatkan yang satu ini.

Namun kali ini aku tidak akan melewatkan karya yang disutradarai oleh Kimo Stamboel lagi. Tepat di hari gajian, aku bersama seorang temanku pergi membeli tiket untuk filmnya. Beruntung sekali, hanya perlu menunggu sekitar sepuluh menit, pintu studio dibuka dan kami dapat langsung masuk ke dalam sana. Hanya saja, semua keberuntungan itu menjadi menjengkelkan karena aku salah memilih tempat duduk. Kursiku tepat di samping pintu masuk, sehingga setiap ada penonton yang baru datang, mereka akan berjalan melewati dan menutup pandanganku dari layar. Sesekali sih nggak masalah, tapi karena sudah terlalu banyak terdistraksi, ini jadi sangat menjengkelkan.

Kejengkelan meningkat sepuluh kali lipat karena ulah Keenan yang benar-benar membuat darah mendidih. Selama filmnya diputar, aku berkali-kali mengumpat karena jengkel, beberapa penonton juga melakukan hal yang sama. Lagipula, siapa yang tidak akan marah melihat kebodohan yang membuat malapetaka? Sulit untuk menentukan jika kecelakaan ini adalah salah siapa atau karena siapa, semua tokohnya asli bikin gregetan. Lagipula sudah maghrib, di hutan, kok masih dibiarkan berkeliaran? memberikan kebebasan bereksplorasi kepada anak sih boleh boleh saja, tapi jangan lupa peran orang tua untuk tetap memastikan anak dalam pengawasan dan memberikan keamanan sepenuhnya. Ini kok malah dibikin kentara bodohnya? anak dibiarkan berkeliaran tanpa diawasi pergerakannya apa, tidak tahu menahu pergi kemana dan dimana. Ditambah lagi dengan entengnya si kakak meninggalkan adiknya ditengah hutan untuk buang air kecil. Kok iso.

Aku nggak bisa bilang kalau film ini nggak seru, aku bahkan berani memberi nilai 8 dari 10 untuk yang satu ini. Melalui Jailangkung : Sandekala, Kimo Stamboel membuktikan bahwa ia memiliki sesuatu yang lebih daripada sekedar adegan berdarah-darah nan brutal seperti film-film lain yang ia garap. Film horror satu ini tidak terbatas ruang dan waktu, karena terornya ada di tempat dan waktu yang tidak terprediksi, bahkan di tempat umum yang ramai sekalipun. Daripada kisah hantunya, film ini lebih mengangkat cerita keluarga, meski kurang dalam dan detail pembahasannya tapi cerita keluarga inilah yang menjadi inti permasalahannya. Karena jika tidak ada konflik antara anak dan ibu tersebut, acara ngambek-ngambekan saat family trip yang bikin si sulung susah diatur dan malah menyebabkan malapetaka itu nggak akan terjadi. Kamu sih nggak mau denger kata mama, nah kan..

Meskipun sering terdistraksi dan susah fokus, aku masih bisa mengikuti alur dan masuk ke dalam cerita. Bersama Niki dan yang lain, aku diajak mengelilingi hutan, rumah di pedalaman, kantor polisi tempat dua dunia menjadi satu yang berhasil memacu adrenalin. Studio di bioskop sangat dingin, baju yang kugunakan juga hanya kaus tipis biasa, tapi keringat mengucur menyertai rasa gugup untuk setiap adegannya. Lebih tepatnya, aku ini gugup karena takut kalau kalau ada tokoh yang akan memberi kejutan dengan melakukan kebodohan lainnya. Contohnya saja si Niki yang malah dengan sengaja melakukan kebodohan menjengkelkan di kantor polisi yang akhirnya harus membuat semua penonton patah hati karena kehilangan si lucu "Anying". 

Memang tidak diragukan lagi bahwa aku tenggelam dalam buaian kursi bioskop empuk yang nyaman dan menikmati setiap adegan yang ditampilkan, tetap saja, masih banyak hal yang menurutku perlu direvisi. To the point, aku memiliki banyak saran dan kritikan untuk Jailangkung : Sandekala ini. Bukan bermaksud menggurui atau apa, aku hanya menyampaikan pendapat personal sebagai penikmat karya. Lagipula aku bukan seorang profesional dalam bidang perfilman, mengerti seluk beluk produksi pun tidak. Namun sebagai penonton, aku menuntut sesuatu yang lebih baik lagi agar dapat sempurna nantinya. 

Tentang hantu utamanya, Inggi. Aku yakin banyak dari penonton yang kurang puas dengan cerita Inggi. Pendekatan terhadap Hantu Inggi menurutku sangat kurang, padahal sejak awal, semua malapetaka adalah karena Hantu Inggi, tapi cerita Inggi baru muncul di akhir film, mendekati klimaks, aku kurang puas dengan yang satu ini. Lalu tokoh antagonisnya terlalu kentara! dari awal kemunculannya aku sudah bertaruh "Pasti dia dalangnya, aku berani bilang, ini dalangnya." dan benar! Kan, sudah kubilang.. 

Dan kehamilan Sandra yang menurutku tidak memberikan dampak apapun terhadap filmnya. Ya sudah, dia hamil, terus apa? Aku membayangkan sesuatu seperti keguguran atau pendarahan karena tekanan dan teror, atau setidaknya transaksi dengan hantu yang mengambil anaknya, yang berpotensi membahayakan bayi dalam kandungannya. Tentu saja itu akan memberi tekanan psikologis terhadap penonton yang akan meningkatkan kualitas horornya. Tapi tidak terjadi apapun, dan kehamilannya tidak berdampak apapun terhadap ceritanya. 

I'm an anti-romantic..

Adegan Niki mencium mesra keponakan pak polisi di akhir film yang menandakan filmnya berakhir dengan bahagia alias happy ending membuatku sebal, super sebal. Bukan berarti aku naksir sama Giulio Parengkuan, soalnya aku naksirnya ke Syifa Hadju. Ini bukan masalah cemburu atau hal sejenisnya. Hanya saja cukup aneh bagiku yang sulit jatuh cinta untuk menerima adegan malu malu kucing antara dua pemuda yang baru bertemu sebentar. Mereka bahkan belum bersama selama itu, sepanjang film pun nggak menonjolkan kalau mereka tertarik secara romantis karena fokus mencari hantu saja. Lantas, kok akhirnya bisa jatuh hati? Agak aneh menurutku. Sebenarnya bisa saja dibuat lebih menarik dengan Niki dan Faisal yang berakhir berteman baik karena saling tolong saat pencarian hantu tersebut, ucapan terima kasih dan persahabata akan terasa menyenangkan. Penambahan bumbu romantisnya membuat scene terakhirnya nggak bisa aku terima. Mungkin masalahnya ada di aku saja, karena bisa kulihat kalau penonton lain kesemsem dan berteriak senang waktu NIki mencium Faisal. Walah, dasar orang-orang bucin.

Film selesai, semuanya bisa bernafas lega setelah lampu lampu kembali dinyalakan. Aku dan temanku berjalan keluar dan melihat langit petang yang berwarna ungu bercampur jingga cantik seperti aurora. Astaga! Ayo pulang sebelum ditangkap Sandekala!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kataku; Layar lakonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang