34. Thoriq Juga Manusia

1.1K 227 105
                                    

(Press play on mulmed cheesecakes💋)

.
.
.
.

Cuaca Jakarta yang memang sedang buruk ditambah Thoriq yang kerja lembur bagai quda dan terus - terusan memforsir tenaganya, akhirnya membuat Thoriq harus mengibarkan bendera putih karena kelelahan yang dideritanya. Toh workaholic juga manusia kan? It's okay lah libur sehari dua hari taking sick leave.

Setelah tidur seharian, perutnya yang lapar akhirnya membangunkan Thoriq sekitar jam tujuh malam. Thoriq menyipitkan matanya sambil menyesuaikan pandangannya dengan gelap kamarnya. Mami belum pulang dari rumah Oma. Begitu pikirnya, makanya kamarnya dibiarkan gelap begitu saja. Thoriq memaksakan dirinya bangkit dari kasur. Sambil meregangkan badannya, ia menghidupkan lampu kemudian membuka tirai jendela lebar - lebar sebelum berjalan ke dapur untuk membuat makan malam dan minum obat.

Diraihnya ponsel yang tergeletak di meja nakas. Tidak ada panggilan ataupun pesan yang masuk untuknya. Sepertinya orang - orang kantor benar - benar ingin memberinya waktu istirahat tanpa memikirkan pekerjaan. Lagipula, Thoriq tidak punya teman dekat, jadi wajar tidak ada yang mencemaskannya disaat ia hilang begitu.

Thoriq mengurungkan niatnya untuk meletakkan kembali ponselnya. Orang sakit juga butuh hiburan, bukan?

Dikirimnya sebuah pesan ke Lisa. Karena tak kunjung mendapat balasan akhirnya Thoriq memilih untuk menelpon Lisa.

Dering pertama terlewat begitu saja. Begitupun dering kedua. Panggilan Thoriq baru diangkat di dering keenam.

Thoriq berdeham pelan agar suaranya tidak terdengar serak di seberang sana, lalu menyapa, "Halo. ."

"Iya, Pak. Ada apa?"

Kedua sudut bibir Thoriq sedikit terangkat saat mendengar suara Lisa di seberang sana.

"Gue baru pegang handphone lagi setelah seharian tidur." Sebenernya ini TMI yang tidak perlu. Tapi, entah mengapa Thoriq tetap memilih untuk membahasnya.

"Oh, kalau gitu Bapak istirahat aja."

"Tapi gue hari ini belom ngirim apa - apa ke elo." Ingat kan? Kalau Thoriq tidak boleh mengirimkan sesuatu yang ia 'beli' untuk Lisa.

"Emangnya Bapak mau ngirim apa ke saya?"

"Cek IM lo."

Thoriq mengirim foto nasi goreng yang dibuatnya untuk makan malam.

"Udah?" Tanya Thoriq beberapa saat setelahnya.

"Udah, Pak." Jawab Lisa.

"Ya udah, gue tu. ." Thoriq pun tidak jadi mematikan panggilannya saat Lisa memanggilnya.

"Pak. ." Potong Lisa.

"Ya?"

"Saya mau."

"Nasi gorengnya?" Tanya Thoriq clueless. Kan mereka tadi bahas nasi goreng ya?

"Jadi pacar Bapak."

Kedua mata Thoriq berkedip cepat. Pikirannya mendadak kosong saat mendengar ucapan Lisa barusan.

Dia tidak salah dengar kan?

Saat Thoriq ingin kembali bicara, tiba - tiba panggilannya diputus sepihak begitu saja. Thoriq menatap layar ponselnya lama. Masih syok rupanya. To be honest Thoriq tidak terlalu berharap Lisa akan menerimanya sebelum Thoriq mengeluarkan usaha maksimalnya. But, now, what is actually happening right now?

HER [BTS Local AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang