Thoriq dan kopi sebenernya bukan combo yang pas. Tapi, apa daya, tuntutan hidup sebagai workaholic dengan load kerja yang lumayan hectic membuatnya harus mengkonsumsi bergelas - gelas likuid pekat itu.Dan kalau sudah begitu, siap - siap alamat gerd kambuh. Ckck.
Dengan sebelah tangan memegangi perutnya, Thoriq menjawab panggilan seseorang yang sedang berdiri di balik pintu ruangannya.
"Bapak kenapa?" Tanya Lisa yang langsung cemas melihat Thoriq yang pucat di kursinya.
Tanpa bersuara, Thoriq menunjuk tasnya yang ada di sofa tamu ruangannya. Buru - buru Lisa langsung mengambil tas mas pacarnya itu.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak? Bapak mau diambilin apa?"
Thoriq tetap tidak menjawab dan sibuk mencari - cari yang Lisa asumsikan obat di dalam tasnya itu.
Lisa memutar bola matanya dan langsung menarik tas Thoriq sambil berkata, "Saya aja. Obat kan?"
Lisa yang tidak berhasil menemukan obat Thoriq, kemudian bertanya, "Bapak biasanya minum obat apa?"
Thoriq lalu menyebutkan nama obat yang biasa diminumnya. Untung obat itu bukan jenis obat yang harus dibeli dengan resep jadi Lisa bisa buru - buru ke apotik yang tidak terlalu jauh dari kantor mereka.
Saat Lisa kembali ke ruangan Thoriq, pacarnya itu sedang berbaring di sofa sambil masih merintih kesakitan.
Dengan sigap Lisa membuka tutup botol air mineral yang dibelinya barusan. Dibantunya Thoriq untuk duduk dan meminum obatnya. She's the eldest after all, jadi Lisa sudah terbiasa pertolongan pertama kalau di rumah ada yang sakit.
"Thanks. ." Gumam Thoriq lemah sambil bersandar di bahu Lisa.
Saat melihat gelas kopi di meja Thoriq, agaknya Lisa paham salah satu trigger kumatnya penyakit Thoriq itu.
"Bapak minum berapa gelas sih?"
"I don't know. I lost the count."
Lisa melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Kalau Lisa tidak ke ruangan Thoriq, ia yakin Thoriq mungkin akan menginap di kantor. Belakangan kantor mereka kebanjiran proyek. It's a blessing tho, yet also a curse.
"Lo kenapa belom pulang?" Tanya Thoriq saat sakit perutnya sudah mereda.
"Saya kan harusnya pulang sama Bapak. Tapi, Bapak nggak bales - bales chat saya."
"Sorry. ." Gumam Thoriq, lalu ia melanjutkan, "Lis. ."
"Hmm?"
"Kenapa lo sering banget ngeliat hal - hal yang nggak keren dari gue?"
"Ya mana saya tau, Pak. Emang lagi apes aja kali."
Tanpa mengangkat kepalanya dari Bahu Lisa, Thoriq kembali berbicara, "Lisa. ."
"Kenapa lagi, Pak? Udah Bapak is. ."
Ucapan Lisa terhenti seketika saat ia merasakan sesuatu di pipi kirinya. Lebih tepatnya bibir Thoriq.
"That's your reward." Ujar Thoriq lalu kembali merebahkan kepalanya di bahu Lisa.
Tak tau harus merespon apa, akhirnya Lisa hanya menganggukkan kepalanya. Berharap Thoriq tidak dapat mendengar debar jantungnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.HALOOOO HALOOO UDAH GITU AJAAA :)
Finally I'm back wkwkw
Come back nya segini dulu ya :') masih riweuh soalnya sama real life awokwowkwow masih sibuk sama persettlean jugaaa
Sooo yeaah, Oik Ica Sitting In A Tree, They Are K I S S I N G wkwkw
Terima kasih sudah mau membaca
Much love
Iusernem
KAMU SEDANG MEMBACA
HER [BTS Local AU]
Romance"Gue nggak ngerti kenapa kalian suka banget bikin bangunan yang bentuknya aneh - aneh. Kan yang penting bangunan itu harus kokoh dan nggak bakal cepet rusak?" - Ica "Gue juga nggak ngerti kenapa cewek itu suka ngomong A tapi maunya B." - Thorriq "N...