Chapter 5

2.6K 456 48
                                    

Keesokan hari, y/n seperti biasa mendatangi kamar sang tuan muda. Tetapi hari ini cukup berbeda, dia datang untuk meminta izin Aldrich akan berlatih pedang.

Semalam sehabis nangis Aldrich berakhir tertidur dalam pelukan y/n, namun karena pelukan nya yang tidak dapat dilepas, y/n pun dengan rela tidur disebelah sang tuan muda menjadi bantal guling nya. Bagi yang mikir tidur bareng bocah itu pedopil, BAIWON KITA ANJ-

Liat dulu niatnya!!

Juga walau sebagaimana pun dewasanya anak berumur 10 tahun, mereka masih membutuhkan perhatian orang yang lebih tua ketika sedang menangis. Y/n tidak tega meninggalkan nya yang sedang dalam kondisi jetlag.

Dia kembali ke kamar saat hari sudah subuh, syukurlah sang tuan muda begitu terlelap sampai melonggarkan pegangan pada pakaian nya, hingga akhirnya ia bisa leluasa untuk bergerak. Percayalah, lengan nya sebenarnya masih kram habis dijadikan bantalan kepala Aldrich.

Y/n mengetuk pintu, lalu segera masuk ke kamar Aldrich. Pandangannya jatuh pada tuan muda nya yang berada di kasur sedang membaca buku yang dibawa y/n.

Karena Aldrich tidak pernah diajarkan membaca, jadi pelafalan ucapan nya masih berantakan. Maka dari itu, y/n membawakan nya buku pelajaran untuk anak yang baru memulai menulis dan membaca. Namun hebat nya walau pun aldrich tidak bisa berbicara dengan benar, dia tetap mengerti apa yang orang lain ucapkan.

Dirinya belajar sendiri dari keseringan mendengar omongan para pelayan setiap hari, walaupun sebenarnya semua yang pelayan pelayan itu ucapkan adalah kalimat kasar dan berbumbu julid, tapi Aldrich berhasil mencerna kata kata pokok nya saja.

Aldrich memang anak yang jenius.

Y/n menyambut pagi hari sang tuan muda dengan senyuman.

"Selamat pagi tuan muda!" Sapa nya ceria. Aldrich mengalihkan pandangannya dari buku. Masih mempertahankan ekspresi datarnya.

Melihat hal itu y/n dapat merasakan jantungnya tertusuk panah cupid. Tangannya meremas dimana jantung nya berada, kemudian merengek pada Aldrich.

"Tuan muda!" Panggil y/n. Aldrich menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Kau bisa membuatku terkena serangan jantung dengan keimutan mu yang bertambah setiap hari nya!!" Teriak y/n blak blakan.

Pipi Aldrich memerah samar, malu atas pujian y/n yang terlalu jujur. Walau begitu ia tetap mengangguk sebagai jawaban terima kasih nya.

Y/n tersenyum, lalu beranjak duduk di pinggir kasur.

"Tuan muda, aku ingin meminta izin hari ini." Ucap y/n, netra nya yang selalu bergemerlap bagai bintang di langit malam memantul pada pupil hitam Aldrich.

"Izin..?" Beo Aldrich.

"Apakah tuan muda ingat komandan Geordan yang suka menjengukmu?" Aldrich mengangguk.

Mana mungkin Aldrich melupai pria itu, dia adalah pria yang sangat baik, sering mendatangi kamarnya untuk memberinya dua buah roti dan susu hangat. Aldrich menghormatinya, tetapi karena Geordan adalah seorang komandan yang bekerja dibawah raja untuk melindungi istana. Dirinya hanya bisa menjenguk Aldrich ketika ada waktu luang saja.

Pria itu adalah orang kedua yang Aldrich percaya setelah y/n. Uhh, sebenarnya yang pertama, tapi kini telah berubah menjadi yang kedua setelah kedatangan y/n.

Tetapi kenapa tiba tiba membicarakan komandan Geordan?

"Komandan Geordan adalah ayahku." Seakan kilat menyambar di siang bolong. Aldrich syok mendengar ucapan y/n. Sedangkan perempuan itu hanya tersenyum polos.

〘 Sweet Obsession 〙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang