Part 3

92 3 1
                                    

Tanganku sibuk menggapai-gapai sebuah buku di rak atas. Ibu bilang, rak setinggi ini dibuat seiring harapannya pada tinggi badanku. Aku mau menangis, badanku memang tak setinggi yang diharapkan.


Derap langkah kaki tak asing tertangkap indraku. Dia pasti datang untuk mengejek lagi.


"Ternyata kau disini", Mino mengunyah cookies buatanku yang sudah jadi.


Aku mencoba tak mempedulikannya dan terus berusaha berjinjit dengan kedua kakiku. Sial, Song Mino suka saja mengganggu konsentrasi. Bau coklatnya membuatku manja.


"Mau kubantu tidak ?", tanyanya sambil menyandarkan tubuh menjulang itu di sebuah lemari usang. Aku mendengus. Mengabaikan seringai mengejeknya. menyebalkan.


Tiba-tiba kurasakan kakiku terangkat, "Song Mino ! yaa", seruku. tanganku bertumpu pada kepalanya, mencari keseimbangan. degup jantungku meledak-ledak liar. Cepat-cepat kuambil barang yang kucari, aku memejamkan mataku dan berkata perlahan. "Turun",ucapku berusaha tegas.


"Tolong jangan habiskan cookies-ku, oke ?", kakiku tergesa-gesa menjejak anak tangga dan mencari tempat teraman. Blam


aroma kayu mahoni di belakangku mencium penderitaannya. Tapi, penderitaanku lebih parah. dadaku bergolak panas, mencari kesempatan untuk berirama teratur. Astaga, lengan Song Mino benar-benar berbahaya.


Aku harus melenyapkannya. Perasaan aneh semacam ini.


—-

Headset berdendang keras, mencoba membuat otakku mengikuti buku dihadapanku. Fisika, lebih buruk dari pelajaran manapun dan lebih jelek daripada barbie yang kunistakan. Percuma, lambang-lambangnya hanya mengambang di udara, lambang-lambang itu menari seperti ikan. Seolah mengejek kelemahanku.


kuremas rambutku frustasi, astagaaaaa berhenti bermain denganku

kurasa sekarang aku bukan orang waras.


menebas pikiran gila itu, aku menggerakkan kepalaku ke arah samping. Mencari kewarasan yang lebih 'waras'.


Oke, dia memang lebih 'waras'.

kacamata bertengger di hidungnya, kepalanya bergoyang-goyang seperti kau-tahu-gayanya. Sok hip-hop. Ia memakai hoodie yang kubelikan bulan lalu. hoodie terkonyol yang ada di lemarinya. tudung hoodie itu ia naikkan, oke, sekarang aku ingin memegang perutku. kau tahu ? hoodie itu hoodie hello kitty.


aku membuka jendelaku dan melemparinya kertas-kertas tak berguna. strike !

kertas tak beguna mendarat tepat di kepalanya. Ayolah, ini namanya praktek fisika. lebih berguna daripada lembaran penuh dengan simbol 'ikan' itu.


Mino menoleh, tawaku meledak memenuhi udara malam. Cepat-cepat kuangkat kameraku. siapa bilang aku kenal ampun ? wajahnya harus dikenal oleh seluruh orang di dunia.


balas dendamku musim semi lalu lunas.


kutulis besar-besar di kertasku


1-1


—-

TBC


oke, ini ceritanya sependek tali rambut /?

aku bener-bener gapunya inspirasi gimana caranya bikin duo dumber diatas jadi seru. daann, plugin di internet resek banget huaa #bantingkeyboard


sekian curcolnya, tunggu apdet yaa^^

[Song Mino fanfiction] : SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang