Song Mino meninggalkan Kim Je In dengan perasaan yang tak dapat dijabarkan. Begitu mata legamnya memantulkan sosok gadis itu, Mino tak dapat menahan gelitik yang merayap di batin. Dan tanpa suara, lelaki itu memilih untuk mengambil sekaleng keripik kentang dengan hoodie beraroma lavender tersampir di pundak.
matanya mencari-cari alasan untuk mengabaikan sebuah fakta, bahwa Kim Je In membuat syarafnya kacau. bukan, letupan kecil telah bergema bolak balik di bilik kecil dalam hati seorang Song Mino.
---
Je In telah bersiap-siap mengetuk pintu rumah sampingnya kala pintu tersebut memunculkan wajah Sang tuan rumah. Gadis itu mundur dengan kaget. Ia kira, lelaki itu tak bangun dari tempat tidurnya. Raut wajah Mino masih menyisakan reaksi antara bangun tidur dan terkejut. Di tangannya masih tergenggam sekotak susu coklat kesukaannya.
"Eh Halo", tanpa basa basi lelaki itu menyapa Je In meski penampilannya kacau. Tanpa segan, Je In langsung menyeret tangan besar milik Song Mino.
"Mau kemana ?"
Wajah Je In yang kebas membuat Mino tak berkutik. Isyarat diam sudah tentu membungkam pertanyaan Mino.Ia tahu Je In sangat galak saat wajahnya kebas, akhirnya kebisuan berlseling langkah kaki-kaki yang saling mengimbangi mengisi waktu fajar buta.
beberapa bintang kejora masing menggelayut pada langit legam yang tak sudi meninggalkan malam. Udara dingin membuat nafas yang berhamburan menjadi kasat mata, membuat kedua tubuh berdarah panas itu menggigil.
sekitar ratusan langkah yang ditempuh dari rumah mereka membawakan pemandangan yang pantas diselami biarpun tubuh mereka menua.
Je In menolehkan kepalanya ke arah Mino dengan raut tak terbaca, wajahnya memancarkan antara kegalakan dan kelembutan. matanya memandang Mino dengan perasaan khawatir.
"Aku membawakanmu mantel, aku lupa memberikannya", seulur tangan mungil menyodorkan mantel hangat besar.
Mino mematung, tidak tahu bagaimana mengendalikan sengatan bolak balik yang menyerangnya. Ia bahkan tahu gadis dihadapannya tak mencuci muka, tapi mengapa pagi itu membuat wajah Je In tak lagi sama ?
seperti wajah gadis itu menjadi jelas dan jernih. Membuat pemilik mata terpaku, satu sisi dari sebagaian sisi mana yang belum ia lihat ?
Mino mengacak rambut sewarna madu itu dengan tangannya yang hangat. Membuat semburat rona mekar di wajah Je In.
"Terima kasih, kupikir kau mau membuatku menjadi sekaleng tuna beku"
sepatah kata di ujung kalimat Mino membuat senyum jadis itu menjadi rengutan, tak ayal ia membanting mantel di tangannya ke wajah Mino.
"Tidak ada yang akan mau mengeluarkanmu dari kulkas jika kau menjadi sekaleng tuna beku. Lihat, mukamu saja tidak sedap dipandang !"
mendadak wajah Mino memancarkan sepercik kegeraman. setelah lengannya terbalut kehangatan jaket, ia langsung menjitak kepala Je In dengan rasa setengah-puas.
dan puas melihat wajah merajuk milik Je In.
tangan mungil Je In menarik-narik lengan Mino. "Kau tahu itu apa ? lihat !", jemari lentik milik Je In menunjuk segaris warna.
"Aku selalu menantikan fenomena ini, lihat, bagus 'kan ?"
Tangan Mino menggaruk kaku rambut kasarnya. Je In, dengan kepala kecilnya menyimpan sejuta misteri bagi otak Mino. Bahkan idenya pagi buta berjalan ratusan langkah dari rumah mereka berdua, menjadi hal yang favorit bagi Mino. Mino tak bisa mendeskripsikan Je In dalam memorinya.
Sial, kenapa Je In punya pesona seperti andromeda ?
KAMU SEDANG MEMBACA
[Song Mino fanfiction] : Sky
FanfictionYou said sky is full of wonderful thing it is ? Yes, It's you