10 tahun telah berlalu, tak terasa kini Jeno tumbuh menjadi pemuda manis dengan senyuman bulannya.
Namun, kehidupannya berubah. Ia mendapat diskriminasi dari sekitar, mulai dari tetangga sampai teman sekolah.
Kini ia telah menduduki bangku menengah atas, ia kira semakin lama berita tentang ayahnya akan tenggelam termakan waktu, tapi sayangnya tidak.
Tampaknya perbuatan yang dulu dilakukan Lee Younghe benar-benar dibenci hingga dikenang. Jeno dan neneknya yang mendapat dampaknya.
Jeno sering dirundung, dijauhi serta dipukuli. Itu membuat kepribadiannya menjadi tertutup dan takut menghadapi orang lain yang mengintimidasinya.
Dengan kehidupannya yang kini begitu susah, ia bersyukur setidaknya masih mampu bersekolah. Jeno amat menyayangi neneknya yang rela banting tulang untuk menghidupi kebutuhan mereka meski diusia tua.
Terkadang Jeno merasa bersalah dan tak enak hati.
"Halmeoni, biar Jeno saja." Jeno yang baru saja keluar dari bilik kamar tidur setelah mengenakan seragam sekolah lantas mengambil alih pekerjaan neneknya yang tengah memasak disebuah kuali yang cukup besar.
Aroma nasi goreng buatan neneknya benar-benar menggoda perut kosongnya yang kini telah berbunyi.
Nenek Lee menepuk pundak Jeno pelan dengan tangan ringkih terlihat kurus, beralih mempersiapkan kotak-kotak pembungkus.
Ya, nenek Lee bekerja sebagai penjual nasi goreng kotak, berkeliling jalanan mencari pembeli dengan sepeda tua.
Jeno sudah berulangkali meminta agar berhenti melakukan itu, neneknya keras kepala dan menolak permintaan Jeno.
"Sarapan dulu, nak." Nenek Lee mendekati cucunya dan menyuruh Jeno agar makan sarapan yang telah disiapkan dimeja bundar.
Tanpa banyak bicara Jeno menuruti permintaan nenek, kebetulan nasi gorengnya telah matang dan siap untuk di bungkus.
Tugas itu kembali dilakukan oleh sang nenek, sedangkan Jeno duduk dilantai depan meja bundar dan menyantap sarapannya khidmat.
Jam menunjukkan pukul 7 lewat 10 menit, Jeno harus segera berangkat sekolah jika tidak ingin terlambat dan dihukum.
"Halmeoni, Jeno berangkat dulu ya. Tolong jangan memaksakan diri, istirahatlah jika capek," oceh Jeno pada nenek Lee, jujur ia begitu khawatir.
Ia tak bisa berhenti sekolah, meski sangat ingin melakukannya. Tak mau pengorbanan ciri payah sang nenek malah sia-sia yang sudah berjuang membelikan seragam dan perlengkapan sekolah.
"Iya nak, sudah sana berangkat." Nenek Lee seperti biasa tersenyum lembut, mengelus pipi Jeno lalu mengecup keningnya penuh sayang.
Dengan berat hati Jeno mulai memasang sepatu dan beranjak menuju pintu keluar. "Jeno-ya," panggil sang nenek menghentikan langkah Jeno yang sudah diambang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hated || Jaemjen Ft. Tenno
Fanfic"Terlahir kedunia adalah sebuah kesalahan." Just Fiction! Karangan semata. Jadilah pembaca bijak. BxB/Yaoi. Pembullyan/perundungan. Pelecehan. Adegan cabul Homoseks