Prologue

1 0 0
                                    

Darah .

sesuai dengan judulnya, darah.
kombinasi plasma dan sel-sel yang beredar di seluruh tubuh.
manusia adalah mahluk paling "sempurna" , namun sifat dan keinginan mereka yang membuat kata tersebut menjadi sampah.

Namaku Freya, gadis yang bisa kalian anggap aneh.. atau banyak sekitar-ku bilang aku seorang "freak" dan benar, Aku seorang "freak" .
Di mulai dari kedua orangtua-ku. Ibu adalah perempuan desa, yang meninggalkan dunia perkuliahan-nya demi seorang pria. Benar, pria itu adalah ayah-ku.
Mereka bertemu dalam satu kampus, dan jatuh cinta, Ayah adalah anak dengan keturunan yang bisa aku bilang, sangat mewah.

Dia ingin ini-itu kedua orang tua ayah akan memberikan apa yang ayah mau. Namun ayah bukan orang yang manja, ia pekerja keras, ia menggapai juara dalam satu sekolah, juara internasional dalam mata pelajaran fisika, bahkan ayah memiliki perusahaan yang ternama sekarang.

Oh? Apa? Menurut kalian aku kurang beruntung memiliki mereka? Tidak, bukan itu.

Kedua orangtua-ku memang terlihat normal, namun, semenjak aku lahir, aku mengetahui bahwa aku adalah "down-fall" keluarga-ku.

Perusahaan ayah semakin turun beberapa bulan setelah aku lahir, dan ibu pun menjadi sasaran pukulan ayah saat marah.

Ibu mungkin hanya seorang gadis desa yang polos dan terkenal sangat tertutup dengan masalah kehidupannya, tetapi.. dugaan itu salah.

Ibu terlahir di desa yang terpencil dan memiliki kelompok okultisme bersama keluarganya. Ibu menyembah iblis bernama "Eosphoros", ibu menjulukinya sebagai "penyelamat di akhir hayat kita nanti" .

Ibu terlahir sebagai "wanita suci" di desanya, dan pada umur 14 tahun, Ibu mendapat jabaran sebagai "diaken" di dalam kelompok okultismenya, seorang pelayan yang suci untuk melayani Eosphoros.

Hari demi hari, ibu sedih dengan perlakuan ayah. Suatu hari ibu memberikan peluang yang bisa membuat nama perusahaan ayah naik lagi.

Ayah tidak percaya, "kalau ini cara-mu untuk membuat-ku lebih baik, kamu salah, aku sedang banyak pikiran Zyara, jangan ganggu aku" ungkap ayah dengan wajah kesal tanpa menatap ibu.

Ibu bersikeras, "sekali saja, aku ingin membantu-mu," ucapnya dengan suara yang begitu halus dan hangat, memeluk lengan ayah terlihat wajahnya khawatir akan suami tercintanya.

Ayah melepaskan tangan ibu sembari menggelengkan kepala, menyibukan diri menatap layar monitor dengan begitu banyak data-data serta nama-nama orang klien dalam perusahaannya.

Ibu berdiri, berjalan mengarah ke arah kamar mereka. Disitu aku tertidur dengan pulas, di dalam kasur bayi yang hangat dengan mainan yang tergantung di atas kepala.
Ibu berjalan menghampiriku perlahan-lahan, jemarinya mengelus pipiku yang mungil sembari tersenyum tipis.

"Andaikan kamu sudah besar, ibu bisa bercerita banyak bersama-mu" ungkapnya, tak lama kemudian air mengalir dari kedua matanya.

Aku mengerti, seorang yang di sayang ibu, berubah dengan orang yang sangat berbeda.

Ibu mengangkat-ku perlahan, mendekap-ku dalam pelukannya yang hangat, mengecup kening-ku sembari mencubit pelan pipi-ku.
Ibu membawa-ku keluar dari kamar, berjalan menuruni anak tangga, mengarah kebawah tangga, ada sebuah pintu yang mengarah kebawah loteng.

Ibu membuka pintu loteng tersebut. Gelap, yang menerangi ruangan itu hanya ada beberapa lilin yang berada di dasar tangga yang akan di turuni ibu.
Ibu berjalan lagi, perlahan menuruni tangga, kembali mengecup dahi-ku.

Terlihat beberapa lilin berada di lantai membentuk lingkaran, dengan gambar bintang di pertengahannya. Ibu berlutut seakan-akan ia ingin berdoa, ia mengucapkan sebuah kata-kata yang tidak aku ketahui, Berulang hingga 6 kali.

Tak lama setelah ibu mengucapkan kata-kata tersebut, pintu loteng tertutup perlahan, lilin di atas lantai berubah warna menjadi merah darah dan dalam pertengahan bintang terlihat seperti ada celah yang terbuka dan semakin lama.. terlihat begitu besar.

Perlahan, ada seseorang terlihat. Besar.. Memiliki 4 tanduk begitu lancip, kedua sayap yang hancur berwarna hitam, kedua mata berwarna merah darah namun.. terlihat seperti ia sedang menangis.

Ibu menundukkan kepalanya, sembari mendekap-ku ke dalam pelukannya lagi.

"Yang mulia, Eosphoros.. maaf jika saya hamba-mu, memanggil-mu dalam waktu yanh tidak tepat.. saya butuh pertolongan, Yang mulia" ucapnya, tanpa menatap sosok tersebut.

Mahluk itu terdiam sejenak, jari telunjuknya menunjuk diriku. "Apakah ini anakmu?"

Ibu perlahan menatap mahluk tersebut, lalu kembali menatapku, ia tersenyum, "i-iya, Yang mulia, tanpa berkatmu, saya tidak dapat melahirkan seorang anak yang begitu menawan," ungkap ibu dengan intonasi suara yang senang.

Mahluk itu menatap ibu, "Zyara, aku mendengar rintihan-mu, begitu kejamnya seorang suami terhadap istrinya," ibu terdiam sembari menatap mahluk itu, air kembali mengalir keluar dari kedua mata ibu, "aku tidak tahu harus lakukan apa, Yang mulia.. a-aku butuh bantuan-mu.."

"Perlihatkan anakmu," ucapnya. Ibu tidak segan-segan memperlihatkan-ku kepadanya, namun ibu selalu perlahan-lahan agar tidak membuat aku terbangun.

"Tidak ada bantuan tanpa imbalan, kamu tahu itu," ibu mengangguk. "Aku tahu, Yang mulia, ambil nyawa-ku, jangan anak-ku, aku ingin suami-ku dan anak-ku bahagia.."

Mahluk itu terlihat tertarik dengan ucapan ibu, namun tetap ia hanya ingin satu. "Zyara, berikan anak ini kepada-ku di saat ia menginjak umur 20 tahun, jika kamu tidak menaati perintah-ku.. aku tidak segan-segan membakar keluarga-mu, dan mengutuk generasi saudara-saudaramu"

Ibu tidak dapar berkata-kata lagi, sebagai pelayan suci sang iblis ia tidak dapat membantah perintah tersebut. Ibu hanya menatapku sedih, lalu ia kembali menatap mahluk itu, "baiklah, aku akan turuti perintah-mu, Yang mulia"

Mahluk itu mengangguk, ia mengusap dahi ibu dengan jari telunjuknya, "jika kamu menuruti perintah-ku, akan aku turuti permintaan-mu," ucapnya.

Tak lama kemudian pengelihatan ibu buram, mahluk itu semakin menjauh, menjauh, dan menghilang.

Ibu menggelengkan kepalanya berkali-kali sembari mendekap-ku erat, ia tidak mau aku terjatuh akibat dirinya. Beberapa detik kemudian pengelihatan ibu kembali membaik, ia terdiam sejenak menatapku yang masih terlelap dalam dekapannya.

"Ibu janji.. kamu akan selalu aman,"

End of prologue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Misericordia DiaboliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang