Kejanggalan (¿)

90 1 0
                                    

Sean terbangun dan merubah posisinya yang semula tertidur menjadi duduk depan-depanan dengan Gladys. Gladys gugup.

"Sama-sama" ucap Sean sambil menggenggam tangan Gladys. "Tetep sama gue ya, Dys?"

"Pasti, Sean." Gladys semakin mempererat genggaman tangan.

Sean menatap mata dalam mata Gladys.
"Kalo gue udah gada lo sedih gak?"

Setelah mendengar penuturan yang baru saja keluar dari mulut Sean. Gladys tidak langsung merespon. Ia terpaku, "Sean, kok bilang gitu?"

Rekasi Gladys membuat Sean merasa sedikit tidak enak hati karena sudah menanyakan hal tersebut. Namun tanpa Sean sadar, ucapan tersebut keluar dari mulutnya begitu saja secara spontan.

"Enggak papa, Dya. Gue cuman nanya" ucap Sean. "Lo sayang sama gue gak, Dys?" Sean bertanya.

Gladys semakin gelisah mendengar semua ucapan yang baru saja di keluar kan dari mulut Sean. Gelagatnya aneh, tidak seperti biasanya."Sayang. Aku sayang sama kamu, Sean"

Sean menunduk, menatap jari-jari Gladys yang sedang ia genggam. Entah mengapa Sean merasa tak ingin menjauh sejengkal pun dari Gladys. Ia takut. Namun tak mengerti apa yang sedang ia takutkan.

Tanpa aba-aba dan secara tiba-tiba, Sean memeluk tubuh mungil Gladys untuk ia dekap. Ia menghirup aroma rambut Gladys dalam-dalam. Ia selalu suka dengan semua yang ada di tubuh Gladys termasuk bagian kepala.

Bagian rambut Gladys adalah bagian favorite bagi Sean.

Gladys hanya terpaku diam dan membalas pelukan tersebut sembari mengusap-usap punggung Sean.

Bermenit-menit telah berlalu, namun pelukan tersebut belum kunjung usai dan terlepas."Dys" bisik Sean. "Besok ke toko bunga yuk"

Gladys melepaskan pelukan tersebut dan kembali menggenggam tangan Sean sambil ia usap-usap punggung tangannya menggunakan jari. "Ayo, sekalian piknik lagi mau gak?" Gladys menawarkan.

Sean mengetuk ngetuk dagunya, "Boleh aja, tapi kamu bikin brownies sama cookies ya!" Sean berseru senang.

"Siap" ucap Gladys sambil mengacungkan kedua jempolnya.

𓂃◞ 𓂃 ◞ 𓂃◞ 𓂃◞ 𓂃◞ 𓂃◞ 𓂃◞

19:37 WIB.

Hari sudah malam. Sebelum meninggalkan taman, Sean mengajak Gladys ke toko pernak pernik. Sean membelikan banyak sekali aksesoris rambut untuk di pakai oleh Gladys.

Karena selama Sean berteman dan kemudian menjadi pacar Gladys, ia sama sekali belum pernah melihat Gladys menggunakan jepit dan pernak pernik lainnya. Terkecuali ikat rambut dan Jedai (jepit rambut besar). Sean ingin sekali melihat bagian favorite nya yang ada di tubuh Gladys terhias cantik akan aksesoris-aksesoris tersebut.

Walaupun, pada dasarnya ia mengetahuai bahwa Gladys tidak menyukai memakai pernak pernik seperi itu untuk rambutnya. Namun karena ini adalah permintaan Sean, maka Galdya menurutinya.

Sean membelikan 5 pasang jepit yang masing masing berisi 3-4/pcs nya, 2 scrunchie, 3 bando bermotif polos dan mempunyai efek sedikit mengkerut. Serta dua jedai bermotif kupu-kupu dan mutiara.

Pada awalnya Gladys menolak, takut mumbazir karena ia tidak akan memakai nya. Namun Sean berkata tidak apa-apa. Di pakainya kalau Gladys mau saja.

Setelah selesai berbelanja di toko aksesoris rambut. Sean mengajak Gladys ke salah satu photo booth. Untuk kenang-kenangan ujar sean.

Gladys kembali menuruti, walaupun ada rasa tidak enak di dalam hatinya. Karna tidak biasanya Sean bertingkah dan mengajak nya seperti ini. Karena bila mereka menghabiskan waktu berdua mereka akan menghabiskan waktu mereka di salah satu cafe yang terletak di tengah-tengah kota.

Gladys tak mau berfikir negatif kepada Sean.
Dan sebisa mungkin ia harus bisa terlihat enjoy dan menikmati momen-momen ini.

Tiba-tiba ponsel Gladys bergetar. Ia mengeluarkan ponselnya, dan melihat siapa yang menelfon. Ternyata Bi Sumi. Gladys meminta izin untuk keluar sebentar di ruang Photo Booth kepada Sean, dan Sean mengangguk mengiyakan.

"Halo, Bi" panggil Gladys, "Oh, oke Bi siap" Gladys menutup sambungan telfon dan kembali masuk ke dalam ruangan kecil tersebut.

"Sean, aku tadi di telfon sama Bi Sumi di suruh pulang" Gladys memberitahu sambil memasukkan kembali ponsel nya ke dalam tas, "Papa nunggu katanya."

Sean diam sejenak, ia tak bersuara namun mengangguk meng–iyakan. Kemudian barulah ia bergegas untuk segera mengantarkan Gladys pulang.

Karena hari sudah cukup terbilang malam, Sean menyematkan jaket miliknya ke tubuh Gladys.

Karena hari sudah cukup terbilang malam, Sean menyematkan jaket miliknya ke tubuh Gladys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•— Seara 🙋🏻‍♀️🫶🏻

S E M P U R N A | minovTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang