Akhir

121 0 0
                                    

Langkah Gladys seketika terhenti setalah ia baru saja keluar dari mobil.

Ia diam sejenak, ketika melihat adanya bendera kuning yang terpasang tepat di depan halaman rumah, Sean. Lidah nya sangat kelu dan enggan untuk menanyakan apa yang terjadi di dalam rumah tesebut.

Gladys mengingat bahwa, kemarin sore di mana hampir seharian full ia bersama Sean berada di taman.

Gladys masih enggan untuk bertanya kepada orang-orang yang berlalu lalang di depan nya.

Tiba-tiba pundak nya di pukul pelan. "Neng, dari tadi saya liatin Eneng diem aja di sini," ujar orang itu "Eneng gak mau masuk?"

Gladys sedikit terkejut dan membalikkan badannya ke belakang."Oh, Pak. Anu, yang meninggal siapa ya?" Gladys bertanya gugup dan sedikit membungkukan badannya.

Seketika raut wajah orang itu berubah dan menunduk, "Mas Sean, Neng..." ucapnya dengan lirih.

Mendengar apa yang baru saja keluar dari mulut orang tersebut, tanpa aba-aba Gladys berlari masuk ke dalam rumah Sean.

Saat ini Gladys sedang menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sini.

Sesampainya di depan pintu, betapa terkejutnya ketika ia melihat bahwa benar Sean lah yang sedang di tutup dengan kain putih di wajahnya.

Lutut Gladys terasa lemas, dengan hitungan berapa detik saja ia sudah terjatuh berlutut sambil menangis meraung-raung.

Gladys mengguncang pelan badan Sean, "Sean, bangun. Lo udah janji sama gue hari ini mau cari bunga, Sean." Gladys meracau.

"Lo bohong, Sean. Lo gak tepatin janji lo, kita bentar lagi lulus. Lo tinggalin gue sendirian" Gladys berkata sambil menangis dengan histeris,"padahal hari ini gue udah pake jepit rambut yang baru aja lo beliin kamarin. Waktu itu lo bilang pengen liat gue pake aksesoris di rambut kan?! Ini Sean, Ini. Gue udah pake..." lirihnya. "Bangun, Sean"

Kedua orang tua Sean tak mampu menahan air mata ketika melihat sekacau apa Gladys saat ini. Ibu Sean kembali menangis, sambil memeluk suaminya dari samping.

Kedua orang tua Gladys sengaja belum memberitahu tentang keadaan Sean. Sean meninggal yang di akibatkan karena ia terjatuh dari motor ketika ingin menjemput Gladys sesuai dengan jadwalnya hari ini. Yaitu, membeli bunga.

𓂃◞ 𓂃 ◞ 𓂃◞ 𓂃◞ 𓂃◞ 𓂃◞ 𓂃◞

Wajah Gladys terlihat gelisah dan mulai menggerakkan jari tangan nya secara perlahan.

Gladys mendesah berat karena terlihat merasa sangat tidak nyaman, serta mengeluarkan peluh yang banyak.

Bi Sumi terkejut melihat dan menghampiri Gladys. "Dok, dok" Bi Sumi berteriak, kemudian berlari keluar kamar "suster, suster"

Suster tersebut berlari kecil menghamiri Bi Sumi yang terlihat panik dan kebingungan. "Itu sus, si non" ucap Bi Sumi memberi jeda, "gerak gerak sus."

Suster yang biasa menangani Gladys bergegas masuk ke dalam ruangan dan mengecek keadaan.

Karena Bi Sumi kepalang panik ia sampai tak tahu harus berbuat apa. Saat ini ia hanya diam si ambang pintu sambil meremas ujung bajunya.

Tak lama dari itu, Gladys membuka mata dan menangis. "Bi, Sean Bi, Sean meninggal" ujar Gladys dengan histeris

Bi Sumi kebingungan. "Siapa, Sean?" batinnya.

"Non istighfar non. Non baru bangun dari koma" ucap Bi sumi.

Benar, apa yang baru saja di katakan oleh Bi Sumi. Gladys baru saja bangun setelah koma selama hampir 9 bulan yang di akibatkan oleh kecelakaan yang di timpa dirinya.

Ia koma yang di akibatkan oleh benturan hebat di area kepala. Yang mengakibatkan dirinya harus berbaring di atas ranjang rumah sakit selama kurang lebih 9 bulan.

Namun naas, kejadian tersebut merenggut nyawa Ayah Gladys. Ia mati di tempat.

Saat ini Ibu Gladys tidak ikut menemani Bi Sumi menjaga Gladys di rumah sakit, karena adanya urusan mendadak dengan klien.

Suster terkejut ketika Gladys memanggil nama 'Sean'. Pasalnya baru beberapa minggu sebelumnya, ada seorang remaja laki-laki meninggal akibat kecelakaan hebat yang mengakibatkan nyawanya tidak dapat di selamatkan.

END

ini sengaja gue bikin endingnya jdi ga jelas ngegantung paruyy✌🏻☝🏻

S E M P U R N A | minovTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang