sesampainya di arena bagian barat tempat garis start balapan berlangsung, Jisung buru-buru turun dari motor Minho. Well, motor merah abu miliknya terpaksa ditinggalkan di kampus hari ini. Dengan muka tertekuk kesal ia berjalan kearah teman-temannya berada.
"Kusut amat sih itu muka Ji." Sunwoo langsung bersuara ketika netranya menangkap sosok Jisung yang berjalan kesal menenteng helmnya yang kemudian disusul Minho di belakangnya.
"Motor gue ditinggal diparkiran kampus, ngga boleh dibawa noh sama dia." Sungut Jisung kesal sambil menunjuk Minho, yang ditunjuk tak bereaksi sama sekali, sibuk dengan ponselnya.
"Tenang aja, ada yang mau turun one lap ?" Tawar Jisung kemudian.
"Gue turun nih, si Uyong sama San lagi dalam perjalanan kesini." Juyeon kemudian bersuara.
"Gue seperti biasa, nonton aja. Gebetan gue lagi gak disini." Haechan mengambil posisi menyandar pada motornya yang terparkir tak jauh dari mereka berdiri, padahal ada bangku panjang untuk duduk disana.
"Mong ? Lixie ? Ngga turun ? Ehh iya, Kak Abin gak kesini ?" Jisung memilih berjalan kebangku panjang untuk duduk, kepalanya pusing lama-lama berdiri.
"Ngga, gue gak turun kalau gak ada kak Abin, bisa digebukin gue yang ada."
"Kita kesini kan mau nonton drama lo, Jeje jadi kesini ? Udah rame nih sirquid, fans lo banyak bener." Seungmin, Felix, Juyeon, Sunwoo menyusul duduk dikursi panjang yang sama dengan Jisung.
"Kok tahu ? Oh, iya lupa, Tweet gue ya ?" Jisung kemudian mengeluarkan ponselnya, kemudian mengecek laman Twitter miliknya, ia tersenyum miring sambil melirik Minho yang masih tak mengalihkan pandangannya pada ponselnya, berdiri tak jauh dari motor merah miliknya.
Jisung kemudian kembali fokus pada ponselnya, mengetik sesuatu entah apa, kemudian memasukkan kembali kedalam saku celananya.
"Woii, gila lo ? besok habis lo dikampus gimana ? Han Jisung tolol." Seungmin memukul agak keras kepala Jisung dengan refleks setelah melihat cuitan lelaki itu di aplikasi burung biru.
"Aduh, sakit Mong, apaan sih." Keluh Jisung.
"Lo ngetweet apaan coba gue tanya diakun utama lo ? sama akun daisy ?" Felix menusuk-nusukkan jari telunjuknya pada pipi kanan Jisung dengan gemas.
"Ya, reveal diri ? Kalian cuman kenal gue 50% dari yang kalian liat gue selama ini. Gue udah janji kan bakal cerita habis dari sini ?" Jawab Jisung, sambil lurus menatap Minho yang juga sedang menatapnya.
Jisung beranjak dari duduknya, ia berjalan pelan menghampiri Minho tanpa melepas pandangan keduanya.
Tak jauh dari tempatnya, ia mendenar sorak-sorak dari orang-orang yang meneriakan nama daisy, ia tersenyum miring, Jeongin sudah datang.
Setelah berdiri didepan Minho yang menatapnya datar.
"One lap dengan Daisy mau ? Gue tahu kok kak, selama ini lo ngejer-ngejer gue kan ? Lo sebenarnya Udah lama tahu kalau gue itu Daisy, tapi lo pura-pura kaget waktu tahu identitas Daisy kebongkar ?" Jisung maju selangkah lebih dekat kepada Minho yang masih setia diam bertumpu pada motornya.
"Well, gue kayaknya harus segarin ingatan lo deh. Inget gak dulu waktu sekolah di Art school, lo dan teman-teman biadap lo pernah ngebully anak pindahan baru, kelas sepuluh, yang badannya bahkan lebih kecil dari kalian ?" Jisung terseyum miring setelah melihat reaksi Minho yang menegang ditempatnya dengan wajah terkejut.
"Iya, itu gue. Han Jisung. Anak kecil ringkih yang ditinggal adiknya sekolah akselerasi keluar negeri. Yang gak bisa apa-apa selain nangis dan masuk UKS setiap hari selama tiga tahun sekolah." Jisung mengangkat tangan kanannya membelai rahang tegas milik Minho, matanya mengikuti gerakan jemarinya yang membelai lembut wajah Minho.
"Ji ?" Panggil Minho. Jisung kemudian mengalihkan pandangannya menatap netra Minho.
"Hmm ?" Jisung hanya menjawabnya dengan dengungan.
"Jadi, Daisy itu hanya identitas lain lo ? Lo mau balas dendam sama gue ? Setelah tahu perasaan gue selama ini ke lo ?" Minho meraih pinggang Jisung mendekat, mendekap erat dengan sebelah tangannya.
"well, secara ngga langsung iya. because, what is love when I just get hurt from that stupid feeling ? Lo aneh gak ngenalin gue sama sekali, emang seberubah itu gue dimata lo ? sampai lupa sama wajah gue kayak gimana ? Gue sakit hati sama kelakuan lo, gue sakit hati lo gak ngenalin gue setelah apa yang lo perbuat dimasa lalu. Gue depresi berat, obat-obatan gak bisa gue lepas. Masa-masa paling berat gue selama itu tanpa pendamping, adek gue nempuh pendidikan jauh dari gue" Jisung bernapas sedikit memburu karena rasa sesak yang tiba-tiba menghampiri rongga dadanya.
"gue sendirian ngadepin diri gue sendiri, jauh dari orang tua. Tiga tahun, lo tahu ? Tiga tahun." Jisung mencengkram tiba-tiba leher minho dengan kedua tangannya, ingin rasanya menghabisi lelaki yang ada di hadapannya ini.
"Kak Jiji! Udah, selesai dengan cara kakak. Jangan lakuin tindakan bodoh." Jeongin mencegahnya dengan menggengam kedua tangan kakaknya itu.
Ia bisa melihat bara amarah yang kakaknya tahan selama beberapa bulan ini. Penyebab lukanya kembali tanpa permisi, masuk kedalam kehidupannya yang sudah mulai membaik, semuanya berantakan.
sifat flirty, ceria dan centil kakaknya hanyalah kedok untuk menutupi rasa sakit yang terpendam selama ini. Ia tahu semua cerita kakaknya yang dibully hingga depresi berat dan hampir mengakhiri hidupnya itu.
Tubuhnya memang serapuh itu, hatinya sudah terasah hingga sekuat sekarang. Ia juga membenci Minho, tapi ia tahu kakaknya juga mencintai orang itu, mencintai orang yang memberinya luka yang amat sangat dalam.
Jika lelaki itu ingin memperbaiki kesalahannya dimasa lalu, maka ia akan melepaskan kakaknya untuk lelaki itu. Jika tidak, jangan harap ia akan berbuat baik lebih dari ini.
"Jeje ?" Jisung kemudian melepaskan cengkramannya pada leher Minho. Jisung kemudian menerjang tubuh sang adik dengan pelukan erat, Minhk hanya melihatnya dengan sendu.
"I know it's to late to say sorry. I know it's to late to begging your forgiveness. But my love for you is real, my feeling for you is real. I will do anything for you, anything for your forgiveness." Minho berlutut dihadapan kedua adik kakak itu. Jisung hanya meliriknya dari dekapan sang adik, tak berniat melihat lelaki itu.
"Kak Ji ? Berdamai lebih baik daripada semakin menambah luka, ya ?" Jeongin melepaskan pelukan keduanya, menghapus lelehan air mata yang membasahi kedua pipi gembul kakaknya itu. Jisung mengangguk kemudian berbalik menatap Minho yang juga menatapnya dari posisinya.
"One lap, kalau kakak menang, gue bakal maafin lo, tapi kalau gue yang menang, lo harus nurutin kemauan gue." Jisung mengulurkan tangannya kemudian disambut dengan Minho, ia berdiri dari posisinya kemudian menggenggam erat tangan Jisung.
"Oke, kalau itu mau kamu, kakak lakuin. But please, don't get hurt again." Minho membelai pelan kepala Jisung. Ia kemudian tersenyum setelah menerima anggukkan dari Jisung.
keduanya bersiap di posisi masing-masing pada garis start. memakai helm dengan benar, merapatkan jaket kulitnya, kemudian menyalakan mesin.
Jeongin berdiri diantara kedua motor kakaknya itu. Menatap keduanya dengan senyuman.
"Apapun hasilnya, semoga kalian bisa berdamai."
1
2
3
GO!
setelah aba-aba dari Jeongin, kedua pengendara motor itu melesat di sirquid dengan kecepatan yang sangat laju. Saling menyalip.
Ia harap, setelah ini kakaknya benar-benar bisa bahagia dengan pilihannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/322451442-288-k751178.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IS LOVE ?
Fanfictionberisi narasi untuk AU MINSUNG yang ada di twitter aku, yang mau cek bisa buka profil ini ya, sudah terhubung ke twitter aku. makasih