Pintu itu terbuka, menampilkan tubuh yang berbaring dengan nyaman. Harapan itu memudar, hilang menjadi buih di lautan. Aku berbalik dan menghilang, meninggalkan harapan rapuh itu.
Bertahun tahun ingatan tentangnya masih ku ingat. Pertemuan pertama, skenario pertama kami, disaat ia mengorbankan dirinya, fabel fabel yang kami dapatkan bersama, dan hal hal kecil tentangnya.
Yoo joonghyuk berlari mengelilingi kompleks industri, ini sudah menjadi kebiasaannya sejak saat itu, melihat para warga berjalan di sisi jalan, restoran yang ramai sejak pagi atau hanya sekedar melihat orang orang yang bercengkrama.
Saat melihat jam besar itu, ia berhenti, memandangnya dengan cukup lama. Benda itu tidak berubah, hanya sedikit usang disana, potret wajah han soyoung yang tampak bodoh menghibur pemandangan usang itu.
Jarum detik bergerak dengan kecepatan normal, waktu terus berjalan tak menunggu apapun atau siapapun.
Melihat pemandangan itu membuatnya mengingat perjuangannya yang sia sia, Kim Dokja-nya tidak kembali, dia ada di dekatnya namun rasanya begitu jauh. “Dikehidupan selanjutnya mari kita bertemu, Kim dokja.
Kali ini biarkan aku yang melindungimu" suaranya terdengar pelan dan penuh keputusasaan.
Saat Yoo joonghyuk berbalik hendak melanjutkan kegiatannya, tanpa ia sadari jam bodoh yang ia amati beberapa waktu lalu, berputar dengan kecepatan tinggi, jarum jarum itu tak terkendali, seakan berusaha untuk memutar waktu disana untuk kembali.
*
“Oppa, oppa, bangunlah" suara gadis kecil mengalun pelan di telinga, dengan sedikit goncangan berharap ‘oppa'nya akan segera terbangun.
Mata yang semula tertutup perlahan terbuka, pandangannya menangkap pemandangan yang familiar namun asing saat bersamaan. Gadis kecil bersurai hitam itu masih berusaha membangunkannya.
“Mia-ya?” suara itu mengalihkan atensi gadis kecil itu pada kegiatan menggoyangkan badan kakaknya.
“Hm? Sudah bangun? Oppa kau sudah berjanji akan mengantarkanku hari ini" Yoo Mia mengatakannya dengan cemberut, berfikir kakaknya pasti lupa dengan janji yang ia ucapkan sendiri.
Yoo joonghyuk bingung dan tak mengerti. Hal ia ingat terakhir kali adalah dia berlari mengelilingi kompleks industri sebagai rutinitasnya.
Dia memandang sekali lagi ke sekeliling, komputer di sudut ruangan, baju yang tertata rapi di lemari, bau khas yang tercium. Tak salah lagi ini adalah kamar miliknya sebelum skenario terjadi.
Dengan pikiran kacau ia bertanya pada Yoo Mia,
“Sekarang tanggal berapa?? Hari apa?? Ah bukan Tahun berapa? Tunggu salah, apakah skenario sudah dimulai? Dimana yang lain??” suaranya bergetar kalang kabut, ia takut ini hanya harapan palsu lainnya.
“Oppa!! Apa kau terbentur sesuatu?? Cepat ganti pakaianmu, jangan harap kamu bisa mengelak untuk mengantarkanku" Yoo Mia menarik secara paksa kakaknya yang tampak linglung untuk berdiri dan berganti pakaian.
Yoo joonghyuk memandang lama sosoknya yang terpantul pada kaca lemarinya. Itu benar benar dirinya, dirinya sebelum skenario itu dimulai. Dengan raut serius ia bertanya sekali lagi pada adiknya.
“Mia-ya, apakah skenario belum dimulai?” suaranya pelan namun penuh penekanan, Mia menjawabnya dengan sedikit takut, mengira kakak nya bermimpi aneh atau semacamnya.
“Oppa... tidak ada skenario atau apapun disini"
*
Yoo joonghyuk berlari. Setelah mengantar Yoo Mia sesuai permintaannya, ia menaiki bis menuju satu tempat dimana ia akan bertemu pria itu. Matanya gelisah, takut ini tidaklah nyata, meski begitu Yoo joonghyuk menggegam semua kemungkinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Meet again
Fanfiction"Dikehidupan selanjutnya mari kita bertemu, Kim dokja. Kali ini biarkan aku yang melindungimu" suara itu terdengar pelan dan penuh keputusasaan. Yoo joonghyuk akhirnya bertemu dengan Kim Dokja di dunia yang lain. Namun, hanya Yoo Joonghyuk yang meng...