Chapter 01.

47 5 2
                                    

Cuss tinggal jejak!

--------

Seminggu sebelumnya~

"Zee lo tau gak sekarang banyak penculikan tau, mana yang di culik anak gadis semua." keluh Resya, teman dekat dari Zee.

"Umm gitu ya," Zee mengangguk anggukan kepalanya dan mengusap dagu mungilnya.

"Lo kenapa? Pusing mikirin penculiknya?" tanya Resya.

"Enggak."

"Terus?"

"Mikirin, kalau mereka culik Zee pasti mereka rugi." jawab Zee dengan polos.

"Masya allah, tobat gue nanya lo." Resya kembali memakan makanannya.

Saat ini mereka berada di kantin, memakan makanan mereka dengan tenang. Zee yang di kuncir dua dan Resya yang kuncir satu.

Zee layaknya anak kecil, dan Resya layaknya ibu Zee.

"Zee, makan jangan terlalu banyak kecap. Eneg gue liatnya," Resya menatap horor mangkuk Zee yang berisi bakso dengan lautan berwarna hitam.

"Enak kok, manis. Kan yang makannya Zee bukan Resya, kenapa Resya yang repot repot?"

Resya menggelengkan kepalanya, di banding mangkuk Zee yang berwarna laut hitam seperti got miliknya malah seperti lautan darah.

Kalau Zee 90% kecap, maka Resya 90% cabe.

"Dari pada Resya noh, ihh serem makanan apa itu warnanya merah gitu ihh!"

"Bacot lo bocil!"

"Eitss, jangan panggil aku bocil Tante! Panggil aku Zee!" Resya melotot tidak percaya dengan ucapan Zee.

Gila nih anak. Pikir Resya.

"Heh mulut lo, siapa yang ngajarin?!"

"Emm, shiva Res..." Zee kembali memasukkan baksonya ke dalam mulutnya.

"Ampun dah gue, bagus gue mau berteman ama lo. Kalau gak, gak tau lagi dikata culun malah gue yakin."

"Nyam nyam nyam..." Zee tak mendengar ucapan Resya, ia asik memakan baksonya.

"Ck, nyebelin banget sih anak Sanjaya!"

"Diem deh Rendi!"

Resya melotot kembali, astaghfirullah kalau matanya copot tolong maafkan segala dosanya karena suka liat yang uwu uwu!

"Bapak gue hiks...,"

--------

"Jangan lari Zee, nanti lo jatuh!" Resya mengantar Zee sampai depan rumahnya, Zee menatap Resya.

"Ay ay captain!"

Resya menggelengkan kepalanya, dulu dia ingin sekali punya adik perempuan tapi setelah bertemu Zee permintaannya seketika lenyap.

Dari mulai Zee yang ikut MOS waktu itu bukannya membawa perlengkapan sekolah, dirinya malah membawa mainan masak masakan.

Tingkahnya yang lucu, polos, dan lugu. Membuat Resya mendengus pasrah, ia tidak pernah bisa mengalah karena jika ia sama seperti Zee yang keras kepala.

Maka bisa di bayangkan akan ada tangisan dewi cempreng, ya siapalagi kalau bukan Zee. Gadis cantik, manja, dan selalu menjeplak jika ngomong.

Banyak hal yang masih awam bagi Zee, dan Resya harus sabar dalam menghadapi pertanyaan pertanyaan konyol dari Zee. Zee seperti anak berusia tiga tahun yang apa saja di tanya, seperti contohnya:

"Resya, Zee mau nanya."

"Hm" Resya mendehem sebagai jawaban.

"Kalau kepompong itu isinya kupu kupu atau ulat?" pertanyaan konyol selalu saja melontar dari bibir mungil Zee.

"Isinya ya gak tau deh, lo buka aja atau gak lo searching di google." saat itu Resya abai dengan pertanyaan konyol Zee.

Tapi saat Resya pergi, Zee menatap dalam kepompong itu bahkan ia mencoleknya. "Uuu, apa ini kok gini ya rasanya aneh?"

Zee mencolek colek hingga memijat mijat dan,

Crotttt

Kepompong itu benyek, keluarlah ulat yang sudah meninggoy karena ulah Zee. "Aaaaaaa! Apa ituu!"

Resya mendengar teriakan Zee langsung kembali ke tempat tadi dan matanya melongo melihat kejadian di depannya.

"Zee! Lo ngapain sih?!"

"Itu Res, ternyata isinya ulat tapi dia punya sayapnya satu doang masa." Resya menggeleng tak percaya.

"Namanya juga belum jadi dodol!" Rezya menatik tangan Zee segera menjauhi benda aneh aneh.

Karena apa? Karena akan banyak pertanyaan bahkan tingkah Zee yang selalu di luar nalar. Resya saja sudah kelimpungan bagaimana kekasihnya Zee nanti?

"Modar kayaknya."

---------

Setelah seminggu saat Zee di culik, Zee di letakkan di mobil Aldo. Mobil jeep, atau bisa di sebut dengan julukan 'mobil penculik' bagi anak anak.

"Fyuhh.... Gak terlalu susah ternyata." Aldo menyetir dengan mudah, ia menatap gadis di sebelahnya yang tertidur tenang.

Tapi lama kelamaan tidurnya berbunyi, Aldo pikir itu ponselnya yang bergetar namun ia salah Aldo menatap Zee dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Ngrokkkkk! Fyuhhh, ngrookkk fyuh..."

"Buset, dia ngorok?"

"Ngrokkk fyuh..."

"Gak nyangka gue, gak salah kan gue nyari korban?" Aldo bertanya pada dirinya sendiri.

Perasaan Aldo menyuntikan obat bius pingsan, bukan tidur. Zee malah tertidur bahkan ngorok di mobil Aldo.

Dan sampailah Zee dan Aldo di suatu tempat yang jauh dari pusat kota, Aldo keluar dari mobil dan berjalan memasuki rumah besarnya dengan menggendong Zee ala bridal style.

"Berat juga ni anak, padahal badannya mungil." gumam Aldo yang sedikit lelah saat menggendong Zee.

Aldo segera masuk ke ruang bawah tanah melewati pintu ruang pribadinya, menyusuri jalanan yang gelap dan hanya ada beberapa obor yang menggantung di dinding sebagai penerangan.

Tap tap tap

"Hmmppt! Hmpptt!"

Bruk bruk

Ada lima kursi dengan empat gadis yang duduk di atasnya dengan ikatan di seluruh tubuhnya, dan mulut yang di sekap agar tidak berisik.

"Shutt, jangan berisik kasian korbanku yang baru nanti dia ketakutan." layaknya psikopat Aldo bersuara lembut namun berat, membuat ke empat gadis itu merinding ketakutan.

Aldo meletakkan Zee di kursi yang kosong, lalu ia mengikat tubuh Zee dan tak lupa membekap mulutnya.

"Ngrokkkk fyuhh... Ngrookkk fyuhh..."

Semua pandang mata menatap aneh pada Zee yang masih bisa ngorok di situasi yang sangat mencekam, Aldo saja dari tadi sampai sekarang belum selesai tercengang.

"Hmpttt!" salah satu dari mereka menatap Zee melotot.

"Hmmptt!" gadis itu berontak dari kursinya hingga,

Brukk

Ia pun terjatuh, palanya terbentur lantai yang dingin nan keras. Aldo menatap dingin ke arah gadis yang terjatuh, ia mendekatkan diri ke gadis itu.

Menatap tajam gadis itu, "sudahku bilang bukan? Jangan berisik, nanti teman baru kalian terganggu."

Tangan Aldo menarik rambut gadis itu, lalu ia lepaskan dan mengangkat kursi itu berdiri lagi. Aldo kembali menatap Zee, entah mengapa ia merasakan aneh pada dirinya saat melihat Zee.

Tapi, dirinya tidak mengenal atau mengerti kenapa begini. Jadilah ia bersikap acuh dan kembali naik ke atas meninggalkan ruang bawah tanahnya.

"Jangan membuat kebisingan, kalau tidak... Kalian tau apa yang akan ku lakukan."

---------

Tbc

Female Kidnapper (PINDAH KE KBM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang