Setelah pertemuan tak terduga di cafe itu, friska memutuskan pindah ke meja kami, kami sempat berbincang sebentar, tentang keadaan SMA yang katanya sudah dipasang AC masing-masing kelas, atau tentang pergantian guru baru, pembangunan kelas baru yang hampir rampung, semua sekolah sepertinya memang selalu begitu, terlihat jauh lebih indah ketika kita lulus.
"oh iya, kamu ke kafe ini lagi ngapain? kok sendirian? pacarmu agus mana?" jawabku yang baru ngeh dia ke cafe ini sendirian
"ohh enggak kak, aku rencana kesini cuma pengen beli minumannya lalu langsung pulang, gak ada niat nongkrong, dan untuk agus, kami baru-baru ini putus kak, soalnya dia bilang mau berlayar, dan dia bilang gak mau memberatkan aku, aku setuju dan kami berpisah" jawabnya panjang lebaraku terdiam, entah ini perasaan iba atau senang, tapi yang pasti ini kesempatanku, ini keahlianku menemani wanita yang baru saja putus.
setelah berbincang tentang ini dan itu, friska pamit pulang duluan, dan kami pun lanjut pulang beberapa menit kemudian.
Aku pulang ke rumah dengan perasaan sumringah, kenapa tidak? setelah harapanku pupus oleh kakakku sendiri, semesta mengirimkan seseorang yang tidak kalah cantik dan manisnya.
"halo" aku mencoba mengetes nomor yang dia berikan tadi.
"iya?" tanyanya di ujung HP disana
"aku wahyu dek, simpan ya nomorku" balasku tak lupa dengan emoticon senyum
"malesssss" jawabnya membuat jengkel
"yaudahh aku pastiin kamu gak dapet martabakku seumur hidupmu hahaha" jawabku bercanda
"aaaa...jangannn, yaudahh iya aku bakal save" jawabnya khawatirkami pun berbincang satu-dua pesan sampai aku mengakhirinya karena aku harus bergegas untuk pesawatku malam nanti.
aku memulai perjalanan untuk kembali ke bali, diantar ke bandara oleh bapakku, sampai di bandara langsung ke counter desk pesawat dan naik ke ruang tunggu boarding, dan setelah beberapa menit menunggu aku bergegas menaiki bandara, sampai di bali, memesan gojek dan sampailah di kos.
rutinitas yang cukup membosankan, tapi mau tak mau harus dilakukan, kadang aku berpikir, kalo di madura enak ya? tapi setelah di madura, aku bingung mau ngapain, akhirnya ingin cepat kembali, tapi setelah di bali rasanya ingin pulang, seperti siklus setan yang tiada tepi.
aku mengecek hp ku, tak ada pesan dari sapa-sapa, tak ada yang benar-benar peduli, aku masih belum terbiasa tidak punya pacar, tak ada yang peduli rasanya benar-benar kesepian.
dua minggu berlalu...
komunikasiku dengan friska bisa dibilang cukup lancar, dia sedikit demi sedikit mulai terbuka padaku, dengan upaya yang seadanya, dia dengan sukarela menceritakan semua hal tentangnya, khususnya alur bagaimana dia bisa putus dengan agus
"memangnya, kamu ngerasa bisa tah kalo LDR dek?" tanyaku memancing
"lah kenapa enggak? yang penting kan komitmennya kak, aku ini tipe wanita mandiri, jadi bukan tipe yang menye-menye jika tidak pernah bertemu dengan pacar, tapi agus gak percaya itu, dia selalu memperlakukanku seperti wanita yang rapuh, yang akan tersiksa jika tidak bertemu dia dalam waktu 1-2 bulan, dia gak pernah mau mendengarkan pendapatku, dia selalu memutuskan semuanya sendiri, lama-lama aku tidak tahan, untuk apa berhubungan jika tidak bisa mempertimbangkan pendapat pasangannya?" jawabnya panjang lebar
"jadi kamu pacaran selama ini, semuanya dia yang memutuskan dek?" tanyaku lagi
"iya kak, awalnya aku pikir dia ingin lebih dominan, jadi aku ngalah aja, tapi kalo sampe membuat keputusan untuk putus hanya karena pendapatnya sendiri tanpa melibatkan aku, sepertinya itu sudah keterlaluan, mangkanya aku iyakan saja saat dia minta putus" jawabnya
"kamu gak pernah bilang kalo yang dilakukannya itu membuatmu ngerasa gak nyaman?" tanyaku lagi
"menurut kakak? dia bakal dengerin? aku udah di titik males nyoba karena sudah tau hasilnya kak" jawabnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Must Go On
Romancesetelah putus dari shila, wahyu kini harus kembali melanjutkan hidup nya sambil memungut sisa puing-puing hatinya yang kemarin hancur setelah 4 tahun hubungan wahyu sudah banyak menemui berbagai macam tipe wanita, sialnya, tidak ada dari sekian bany...