3

833 167 62
                                    

Seperti biasa, Lalisa akan memanjat tembok pembatas sekolah untuk masuk kedalam.

Tas nya telah dibuang lebih dulu oleh Lalisa. Lalu dirinya yang memanjat dengan susah payah.

Saat kakinya telah menginjak halaman belakang sekolah, Lalisa sempatkan diri untuk membersihkan telapak tangannya yang kotor.

Lalu mengambil tas hitamnya juga rompi sekolahnya yang tadi dibiarkan menggantung di bahunya.

"Menyusahkan. Kenapa sekolah harus di pagi hari sih." Lalisa menggerutu sembari melangkahkan kaki.

Kali ini ia harus cepat karena Jungkook bilang ada ulangan yang akan di langsungkan.

"Telat 30 menit. Lalisa bodoh." Lalisa merutuki dirinya sendiri berlari cepat menuju kelas.

tok tok tok

Lalisa sempatkan ketuk pintu sebelum netralkan ekspresi paniknya dan siapkan cengiran lebar. Namun saat pintu malah dibuka oleh Jungkook yang lebih dulu pasang senyuman lebar buat Lalisa membolakan matanya.

"Mana gurunya?" Lalisa bertanya dengan kepala yang berusaha mengintip ke dalam kelas.

"Haha! Aku bohong!" Jungkook tertawa keras dengan tangan memegang perutnya erat-erat.

"Jungkook sialan!" Lalisa sempatkan diri untuk memberi satu pukulan persahabatan di kepala Jungkook.

"Kau membuatku panik di pagi hari, bodoh!" sambungnya lalu melempar asal tasnya di bangku paling belakang.

"Kan aku hanya menguji coba. Ternyata kau bisa panik hanya karena ulangan." Jungkook kembali alunkan tawa nya meski dengan volume yang lebih rendah dibanding tadi.

Tampan sekali.

Lisa berdecak, "Kau pikir aku apa diuji coba? Dasar gendut!" Lalisa sempatkan diri untuk melempar ejekan pada sahabatnya sebelum meraih ponselnya.

"Eh kau tau, Lis—"

"Tidak!"

"Jangan potong ucapanku dulu, bodoh!" Jungkook beri satu pukulan di kepala Lalisa sebelum kembali melanjutkan ucapannya "Kim Taehyung tadi pagi menerima seorang gadis sebagai pacarnya!" Jungkook berujar semangat sambil tatap wajah Lalisa.

"Lisa?" Jungkook panggil sahabatnya saat Lalisa sama sekali tak menunjukkan reaksi apapun kecuali tetap fokus pada ponselnya.

"Hm." Lalisa keluarkan deheman tanpa alihkan atensinya sama sekali.

"Kau tak kesal?"

"Untuk apa?" pertanyaan yang Lalisa ajukan kembali buat Jungkook kehilangan kata kata.

"Tidak ku pikir kau—"

"Aku menyukai manusia sialan itu? ck—jangan mimpi." Dengan tanpa perasaan, Lalisa membuang ponsel tak bersalah nya keatas meja.

"Tapi kau kan pernah mengajaknya jadi pacarmu."

"Ya kan hanya main-main. Aku sedang bosan saat itu. Dan ya aku dengar para gadis membicarakan si ketua basket yang katanya tak tersentuh." Lalisa menjawab dengan malas. Tangannya kini sibuk menarik buku berwarna hijau dari dalam tas nya.

"Pinjamkan pekerjaan mu. Aku malas berfikir." kemudian dengan seenak jidatnya, Lalisa meraih buku milik Jungkook untuk menyalin pekerjaan rumah pemuda itu.

Jungkook sendiri hanya diam melihat kelakuan sahabatnya. Sudah biasa buatnya. Tapi yang belum biasa adalah jawaban kelewat santai Lalisa tentang kelakuannya waktu itu. Yang tiba-tiba mengajak si ketua basket sorotan sekolah untuk jadi kekasihnya.

"Lisa!"

Lalisa dan bahkan seluruh kelas menatap terkejutnya kearah Jungkook yang secara tiba tiba menggebrak mejanya dengan keras.

who is the main character? [LV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang