Bright melempar asal ponselnya dan mencoba mencari posisi yang nyaman untuk kembali tidur. Ia baru saja Selesai berbicara dengan Gun mengenai dirinya yang tak bisa hadir di acara yang dimana ia harus mempromosikan filmnya. Gun tentu tak masalah bright tak datang namun gun tampak khawatir begitu tau alasannya jika saat ini bright tengah sakit. Namun, bright mencoba meyakinkan gun jika dirinya sudah berkonsultasi dengan dokter mengenai apa yang dirasakan tubuhnya. Bright merasakan kepalanya yang begitu sakit ditambah ia terus saja muntah-muntah. Ia mencoba merapatkan selimut yang menutupi tubuhnya namun lagi-lagi rasa mual membuatnya mau tak mau harus bangkit.
Tubuh yang lemas dan tak bertenaga membuatnya oleng begitu ia menginjakkan kaki di lantai dan tak sengaja tangannya menyenggol foto yang terpajang hingga jatuh. Baru saja berjalan selangkah rasa pusing yang tak mampu ia tahan membuatnya tersungkur ke lantai.
Cekrek
"Bright."
Samar-samar bright melihat seseorang masuk ke kamarnya namun ia tak melihat dengan jelas karna begitu ia mendekatinya kesadarannya hilang.
Matahari begitu terik. Win keluar dari kamar mandi dengan wajah segar. Dirinya baru saja selesai mandi di kamar mandi yang ada di samping dapur. Matanya melirik jam dinding dimana menunjukkan pukul 12:10, win mengambil nampan yang berisi bubur segelas air dan juga obat. Min sempat mengirim chat jika obat untuk bright dalam perjalanan dan tadi sebelum ia mandi ada paket atas nama Bright begitu iya buka benar saja itu berisi obat.
Win berjalan ke kamar bright, membuka pintu dengan sangat pelan takut mengganggu empunya.win melihat bright yang masih tidur, setelah meletakkan nampan di meja ia duduk di samping bright mengambil handuk yang i gunakan untuk mengompres dahi bright. Win membasahi kainnya kembali karna sudah tampak kering dan meletakkan kembali ke dahi bright.
"DAVI!."
Win tersentak karna bright terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal. Win mengambil air dan memberikannya pada Bright. Bright menerima dan meminumnya, wajahnya menatap Win yang juga menatapnya.
"Kau?."
"Ah aku datang karna diminta kak gun dan kak Min untuk merawatmu." Ucap win sambil bangkit menaruh kembali gelas air ke atas meja.
Bright mengatur nafasnya dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan.
"Kau mimpi buruk?."
Bright menatap win sedangkan yang di tatap tampak salah tingkah. Win berfikir ia mempertanyakan pertanyaan bodoh. Bright menarik pergelangan tangan win hingga empunya jatuh ke pelukan Bright. Win yang kaget hanya diam mematung dirinya terlalu syok akan aksi bright sedangkan sang pelaku tanpa rasa malu memeluk erat win.
"Biarkan seperti ini."bisik bright tepat di telinga win yang membuatnya merasa merinding.
Deru nafas yang terasa panas begitu terasa di lehernya karna bright meletakkan wajahnya menghadap leher win.
'cup'
Win mendorong bright begitu dirinya merasakan bibir bright mengecup lehernya. Ia menegakkan tubuhnya dan mencoba menetralkan jantungnya yang berdetak tak normal. Bright tersenyum miring dan terus saja menatap win. Win menghela nafas dan mengambil bubur yang ia buat dan memberikannya pada Bright.
"Makanlah kau harus minum obat." Ucapnya.
"Ah tanganku terasa begitu lemas. Apa tidak bisa kau membantuku?."
Win duduk di hadapan bright dan mulai menyuapinya. Jujur saja perutnya masih terasa mual namun bright mencoba menahan dengan terus menatap win hingga tak terasa bubur di dalam mangkuk habis. Win mengambil obat dan memberikannya kepada bright begitu pula air. Setelah selesai win bangkit namun di tahan oleh Bright.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wish You Were Here
FanfictionBright vachirawit seorang artis terkenal. Disegala penjuru namanya banyak dikenal bagaimana tidak wajahnya sangat tampan, senyumnya begitu memikat,tubuhnya atletis. tak hanya itu ia juga memiliki suara yang siapapun mendengar akan berteriak histeris...