4

5 1 0
                                    

Flashback

Win terus saja menghela nafas panjang perjalanan dari dirinya keluar rumah hingga ia berada di dalam bus. Matanya terus menatap amplop putih di tangannya. Entahlah ini keputusan yang tepat atau tidak untuknya namun dirinya merasa jika yang ia lakukan sekarang tak sesuai kemampuannya. Matanya menatap keluar jendela, samar-samar ia melihat seseorang yang ia kenal. Tepat pada saat itu bus berhenti, tak ingin melewatkan serta rasa penasaran win Memilih untuk turun walaupun ini bukannya pemberhentian nya. Win mempercepat langkah kakinya mencoba untuk tak ketinggalan jejak.

Seseorang yang ia lihat itu tak lain adalah Bright. Win sangat penasaran mengapa sepagi ini Bright berjalan ke tempat ya tak terbayangkan olehnya akan di datangin seorang bright. Jalanan yang mereka lewati bahkan tanah basah dan di sekitarnya terdapat tumpukan sampah yang tentunya berbau tidak sedap. Win terus saja mengikuti bright yang tampak santai dengan lingkungan sekitarnya.

"Kau siapa?."

Win mematung.tubuhnya seakan kaku ditempat. Bagaimana tidak seseorang baru sama menepuk bahunya. Apakah ia ketahuan, ya tuhan bagaimana ini. Win masih diam hingga seseorang itu berjalan kedepannya.

"Kau siapa?."

Win menatap seorang wanita parubaya yang juga menatapnya penuh tanya. Bibirnya kelu dan suaranya seakan hilang win tampak bingung sekarang. Wanita itu menoleh ke belakang dan kembali melihat win.

"Ah apa kau bersama tuan bai?."

Entah dorongan dari mana saat mendengar itu win langsung menganggukkan kepala. Wanita itu Yang awalnya berwajah datar langsung tersenyum hangat dan merangkul win.

"Ayo aku antar kau kepadanya."

Win tersenyum kikuk mengikuti langkah seseorang itu membawanya menyusuri jalan. Tampak sebuah gedung yang mirip sekolah, banyak anak kecil mengelilingi bright. Mereka tampak bahagia atas kedatanganya, senyum mereka sangatlah tulus membuat bibirnya tertarik ke atas.

"Tuan bai sangat baik. Dia membuat anak-anak itu merasakan bagaimana pendidikan. Kami orang miskin tak mampu menyekolahkan anak kami. Tuan bai bagaikan malaikat. Ia mendirikan gedung itu dan menyediakan berbagai fasilitas gratis untuk anak-anak tidak mampu."

Win menatap sang wanita yang tengah menatap ke depan. Dari wajahnya win melihat ada pancaran  kebahagian Menatap bright.

"Pria tampan dan dermawan serta Hatinya sangatlah lembut. Pertama melihatnya orang akan berfikir ia pria kaya yang sombong tapi lihatlah ia tampak nyaman memeluk serta bermain dengan anak-anak.tak memikirkan bagaimana lingkungan kami. Dirinya bahkan tak sungkan untuk makan dan tidur di rumah sederhana kami."

Win bisa melihat itu semua. Bright yang ia tau sangatlah berbeda dengan yang ia lihat sekarang. Orang yang gila kerja dan tampak angkuh bertolak dengannya yang saat ini tampak seperti tak ada beban.

"Nak."

Win menatap sang wanita yang memanggilnya dengan lembut. Sang wanita tersenyum dan membelai wajah win. Tiba-tiba wanita itu langsung memeluknya membuatnya kaget namun langsung membalas pelukan yang terasa hangat itu.

" Dibalik topeng ada wajah yang sesungguhnya. Aku berharap kau mampu mendampingi setia langkahnya. Jika ia ingin berhenti cukup kau peluk dan katakan bahwa dia mampu. Buat ia yakin! ."

▫️▫️▫️

2 Minggu kemudian

Win buru-buru menghentikan taksi yang lewat dan segera masuk. Tangannya dengan cekatan mengambil buku yang ada di dalam tasnya. Matanya dengan teliti membaca tulisan di lembar pertama dimana tertulis alamat Apartemen Bright. Ya dirinya akan pergi ke sana.

"Alamatnya tuan?."

"Tolong bawa aku ke alamat ini secepat mungkin."

Win menyerahkan bukunya ke supir dirinya terlalu panik saat ini. Matanya melirik jam di layar ponselnya yang menunjukkan pukul 09:12. Hari ini seharusnya ia menikmati hari libur setelah sekian lama ia harus terus bekerja mengikuti aktivitas bright. Saat ia masih menikmati hangatnya kasur dirinya terpaksa bangun karna dering ponselnya yang terus berbunyi. Awalnya win menganggap bahwa itu kerjaan dari Gulf atau New karna mereka berdua sedang pergi bersama, keduanya sempat memaksa win ikut namun tentunya ditolak. Setelah beberapa kali berbunyi dengan malas win menjawab dan ternyata itu telfon dari Gun. Bayangkan saja bos nya menelfon dirinya dan dirinya sempat mengatakan jika dirinya merasa terganggu. Pertama kali mendengar suara Gun, win terus mengucapkan kata maaf karna ia pikir itu temannya dan Gun tentunya memaklumi.

Karna merasa ada hal penting hingga bosnya sendiri yang menghubunginya win langsung menanyakan tujuannya dan Gun langsung memberitahu jika bright sedang sakit. Gun mengatakan jika Min sedang ada kerjaan yang tak bisa di tinggal begitupun dirinya. Gun tentu sangat khawatir anak emasnya sakit hingga meminta tolong kepadanya untuk melihat keadaannya bahkan gun mengatakan ia akan menambah gaji win. Namun bukan itu yang membuat win mau tapi ia merasa jika itu bentuk tanggung jawabnya sebagai asisten nya.

Taksi berhenti dan win buru-buru membayar dan turun. Tak pikir panjang ia langsung  berlari masuk ke dalam gedung dan berjalan cepat menuju lift. Matanya melihat ke buku memastikan apartemen nya ada di lantai berapa setelah memencet tombol dan lift mulai tertutup win menghembuskan nafas. Dering ponsel win mengalihkan perhatian nya, ia pun langsung mengangkat begitu melihat nama Min dilayar.

"Halo kak."

"Win apa kau tau jika bright sakit?."

"Ah iya.tadi kak gun yang memberitahuku."

Terdengar helaan nafas lega dari Min.karna pekerjaan dan dirinya baru diberitahu oleh gun akan kondisi bright membuatnya sedikit panik. Sejujurnya Gun sudah mengatakan perihal permintaan nya ke Win karna hal itu ia pun mencoba memastikan.

"Win maafkan aku merepotkan dirimu. Aku janji akan memberimu libur kapanpun kau mau."

"Tidak apa-apa kak. Aku tak keberatan dan merasa direpotkan."

"Terima kasih win atas pengertian mu.aku akan menghubungimu lagi nanti." Telfon pun terputus win pun memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.

Ting

Lift terbuka win pun segera keluar.
Matanya melirik sekeliling hanya ada 4 pintu dengan warna berbeda tanpa nomor. Seakan lantai ini sudah di khususkan untuk para penghuninya, win kembali melihat buku tertulis jika bright berada di pintu berwarna coklat. Matanya kembali memastikan dan pintu itu ada di sebelah kanannya. Win berdiri di depan pintu ia bimbang harus memencet bel atau membuka pintu dengan sandi yang ia sudah tau.

"Jiak aku memencet bel bukankah itu akan mengganggunya bagaimana jika ia tidur dan tidak bisa bangun tapi jika aku masuk sendiri bukankah tampak tidak sopan. Oh bagaimana ini?."

Win menggigit kuku jarinya jika ia merasa kebingungan dan gelisah. Dirinya terus memikirkan mana yang akan ia ambil. Setelah sekian lama dengan tarikan serta hembusan nafas panjang ia pun dengan pasti memencet tombol password.

Ceklek

Kunci terbuka, dengan perlahan win membuka pintunya dan masuk ke dalam.tangannya hati-hati menutup pintu, matanya menyusuri ruangan yang begitu luas. Tampak beberapa furniture mewah dan beberapa piala serta piagam penghargaan terpajang rapih diruang tamu. Kakinya melangkah menuju dapur dan ia kembali merasa terkagum-kagum. Melihat dapur yang rapi membuatnya yakin jika bright tipe orang yang suka kebersihan.win mengalihkan matanya ke kulkas yang cukup besar saat ia buka membuatnya kembali bersorak, isinya begitu lengkap ada sayur, buah, cemilan dan beberapa minuman soda.

"Apa ia suka memasak?."

BRUK

Win tersentak kaget dan matanya memandang ke 1 arah. Dengan panik ia menutup pintu kulkas dan berlari menuju pintu dimana ia mendengar suara ada yang jatuh.

I Wish You Were HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang