17. Bukan Triple Date

60 27 31
                                    

Kami berenam pergi ke food court atas usulan Dino untuk membicarakan sesuatu yang penting, katanya. Seperti meeting saja, padahal kami hanya saling bertukar cerita mengenai pertemuan kami yang saling berkaitan.

Dimulai dari aku yang menceritakan pertemuan ku dengan Beni di perpustakaan. Well, pertemuan yang kebetulan, Beni menemukan buku puisi ku dan mengembalikannya padaku. Sebagai hadiah, dia memintaku untuk mentraktirnya mie dan air mineral.

Aku benar-benar tidak menyangka kalau Beni ternyata sepupunya Dino, dapat ditebak jika dia juga sepupunya Glen dan Reza. Ku ceritakan juga kalau buku puisi yang Beni temukan itu adalah buku puisi yang pernah dihadiahkan Reza padaku.

Sebelum Beni dan Dino salah paham dengan cerita ku, ku katakan kalau aku dan Asyila adalah teman satu sekolah dengan Reza di sekolah menengah atas, dan buku puisi itu sebagai hadiah tanda pertemanan kami. Walau Asyila kelepasan mengatakan kalau Reza sengaja mendekati ku dengan memberikan buku puisi itu agar aku mau membantunya mengerjakan tugas menghias limbah kayu dengan kerang-kerang kecil.

Cerita berlanjut lagi, dengan tas ku yang kecopetan, lalu Dino menolongku. Itu pertemuan pertama ku dengan cowok yang saat ini sedang ku suka. Disusul dengan penuturan ku yang menceritakan pulang bersama Dino malam itu.

"Saat itu aku nggak mungkin ngebiarin Diary pulang sendirian, apalagi setelah dia hampir kecopetan, kan?" katanya dengan memandang wajah kami secara bergantian.

Kelihatannya kami memahami apa yang dikatakan Dino. Dan saat itu, aku akhirnya pulang dengannya dan bersama Glen di dalam satu mobil. Untungnya dia juga bukan penculik yang akan meminta uang tebusan kepada Mama dan Papa.

Selanjutnya, Asyila yang mulai bercerita mengenai misi rahasianya dalam mengikuti Beni saat melihat sepatuku yang hilang dua tahun lalu. Hampir saja, dia mendapatkan sepatuku jika saja dia tidak menubruk Dino dan kehilangan jejak Beni. Namun, yang membuatnya tidak menyesal, dia mendapatkan nomor telepon Dino.

"Jadi saat itu kamu sedang ngikutin Beni?" tanya Dino, Asyila mengangguk. "Setelah mendapat nomor ku, kamu terus-menerus kirim pesan ke aku," keluh Dino.

Sebentar, sebentar. Apa yang baru ku dengar? Cowok yang bertubrukan dengan Asyila saat dia menyelidiki sepatu ku itu, ternyata Dino? Itu artinya cowok tampan yang diceritakan Asyila pada saat itu, adalah Dino? Dia tidak tahu kalau aku juga suka dengan Dino.

Cerita selanjutnya, dari Fay. Di hari pertamanya mengikuti latihan menari, motornya kehabisan bensin di jalan. Tiba-tiba Beni menawarkan bantuan sehingga dia tidak jadi terlambat datang ke tempat latihan menarinya. Fay bercerita kalau ternyata, Beni adalah anak dari coach atau pelatih tari Fay. Sungguh kebetulan yang tidak pernah dia pikirkan.

Sering bertemu dengan Beni di tempat latihan menari saat Beni menjemput Mamanya atau mengantarkan barang Mamanya yang mungkin tertinggal, membuat Fay akhirnya mulai sering mengobrol dengan Beni. Bahkan kemarin, Beni juga menemani Fay membeli perlengkapan menari untuk tugas drama musikalnya.

"Ya, dan ternyata, Diary sama Fay temenan. Aku nggak tahu kalau kalian berteman," sahut Beni, lalu melihat ke arah Asyila. "Dan sekarang, aku juga kenal sama Asyila. Nice to meet you, Syil," lanjutnya dengan tersenyum. Asyila balas tersenyum dengan menjawab. "Nice to meet you too, Ben."

Dan tentang sepatuku yang hilang dua tahun lalu, Beni memulai ceritanya. Saat itu, dia datang ke pesta ulang tahun Reza, hendak mengambil handphone nya yang tertukar dengan handphone Reza. Dia meletakan handphonenya di atas Buffett televisi dan Reza mengira handphone yang tergeletak di Buffett itu handphonenya karena casing handphone mereka yang sama.

Beni melihat ku berjalan terburu-buru hingga aku terjatuh saat menuruni tangga, dia hendak membantuku namun urung saat melihatku bertingkah aneh dengan melepas kedua sepatu ku dan melemparnya ke dinding. Ya, dia cowok yang ku lihat, sedang menatap ku dengan pandangan kebingungan. Ternyata yang ku lihat saat itu adalah Beni.

Salah ku, aku meninggalkan sepatuku begitu saja, dan berjalan tanpa alas kaki seakan aku tak butuh sandal atau pun sepatu. Aku baru ingat setelah sampai di rumah Asyila, dan sepatuku sudah tak ada lagi disana. Entah siapa yang berniat mengambil sepatu pantofel ku dan menjualnya ke pasar jual-beli barang bekas.

Beni, dia mengambil sepatuku dan menyimpannya. Katanya, kalau dia menemukan gadis yang melempar sepatunya ke dinding itu, dia akan mengembalikan sepatu itu padanya. Namun, dia tak ingat dengan muka ku dan aku juga tak ingat dengan mukanya yang bingung saat itu. Dan saat aku bertemu dengan Beni, dia mengembalikan buku puisi ku, aku tak tahu kalau Beni yang menyimpan sepatu ku yang hilang dua tahun lalu.

Detik berikutnya, Asyila kelepasan menceritakan peristiwa yang tak ingin ku sebutkan di pesta ulang tahun Reza. Dia menceritakan mengenai surat ku yang menyedihkan, itu membuat Beni, Dino, dan Fay menatap kesal ke arah Reza. Ceritanya berlanjut hingga ke pesta ulang tahun Celia dan itu membuat Reza semakin terintimidasi.

"Aku udah ketemu sama Celia," sahut ku yang membuat Asyila dan Reza melihat ke arah ku. Sungguh, aku tidak berbohong. Celia lebih cantik dari aku yang tidak keren sama sekali.

Ku amati mereka dan lanjut mengatakan kalau aku dan Beni pernah bertemu dengan Chelsea, adik Celia. Beni menolongku saat Bobi, pacar Celia, akan memukul ku menggunakan helm karena aku melindungi Chelsea di belakang ku.

"Aku baru tahu kalau Celia itu, kakaknya Chelsea. Aku tidak mirip dengannya. Dia jauh lebih keren dari aku," komentar ku dengan mengamati mereka.

"Keren atau enggak, kamu tetap keren di mataku, Dy," sahut Dino dengan membantu makanan yang disajikan waiter di atas meja kami.

Apa ini yang dinamakan, keren di mata orang yang tepat? Aku melirik ke arah yang lain, sepertinya yang lain tidak mendengar apa yang dikatakan Dino.

Apa aku sedang berhalusinasi? Baru dipuji keren saja rasanya aku ingin melayang, apalagi nanti jika dia memintaku menjadi kekasihnya. Ah, aku pasti saat itu langsung terbangun dari tempat tidur karena bermimpi.

Mataku melirik ke arah Dino, Aku ingin menatapnya lebih lama lagi, tapi nanti aku bisa ketahuan kalau sedang naksir dia. Aku takut drama penolakan itu terulang lagi.

"Ben, handphone kita tertukar," sahut cowok yang berjalan menghampiri Beni. Suara itu, sepertinya aku tahu itu suara siapa. "Dino ngasih tahu kalau kalian disin --" kata-katanya berhenti.

"Kalian lagi triple date?" tanya Glen yang membuat aku dan Fay melihat ke arah Glen dengan mulut penuh makanan.

"Dy, dia cowok yang pernah numpahin kopi ke baju kamu, kan?" komentar Asyila. Lagi-lagi dia kelepasan berucap, kali ini dengan menunjuk ke arah Glen.






== 🍭🍭🍭 ==

Terimakasih yang sudah baca cerita Cinderella Gadungan

Jangan lupa tinggalkan vote dengan meng-klik tombol bintang di bawah kalau kalian suka ceritanya ya

Ajak teman-teman kalian untuk baca cerita Cinderella Gadungan juga kalau teman-teman kalian suka cerita romance remaja

See you di bab selanjutnya

Cinderella Zaman NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang