"Kalau begitu saya ke kelas dulu Pak, permisi" pamit seseorang itu.
Sarniah Quiren Angridipta, gadis pintar dan juga ramah ke orang lain berbagi senyuman ke orang sekitar membuatnya dikenal banyak orang.
Gadis itu terpilih untuk mengikuti olimpiade Nasional dan dia lah satu-satunya dari perwakilan sekolahnya, SMK HKTI 2 Banjarnegara. Dia merupakan anak yang sudah tak mempunyai Ibu sejak ia berumur 10 tahun, lantaran kecelakaan maut yang menimpa mobil yang dikendarai Ibunya pada saat itu.
Sarniah berjalan menelusuri lorong sekolahnya menuju ke kelasnya, setiap orang yang berpas-pasan dengannya pasti ia akan menyapa dengan senyumannya.
Sarniah sendiri tak mempunyai sahabat dekat di sekolah ini, hanya sekedar teman kelas biasa. Dia sendiri sedikit trauma tentang kata 'sahabat' yang terjadi pada masa lalunya.Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 5 menit lalu, namun Sarniah belum beranjak dari tempat duduknya. Ia masih merenungi apa nasib yang akan ia dapatkan tentang olimpiade ini saat di rumah.
"Sar, kenapa lu belum pulang? " tanya teman kelasnya yang baru saja menyelesaikan tugas piketnya.
"Masih nyaman duduk" balas Sarniah seraya tertawa pelan.
"Ya udah gw pulang dulu ya, bye" pamitnya seraya keluar dari kelas.
Langit terlihat mulai mendung, Sarniah pun lekas pulang ke rumah. Saat keluar kelas sudah tak ada siapa-siapa di sekolahnya saat ini, lantaran jam yang sudah menunjukkan pukul 3 sore. Ia pun mulai berjalan pulang dengan menggunakan motor peninggalan Ibunya.
Suara gelak tawa dari dalam rumah terdengar di telinga Sarniah saat baru saja sampai di halaman rumahnya, ia pun memasukan motornya ke dalam garasi karena hujan yang mulai deras.
'Ceklek'
Suara tawa itu hilang seketika saat Sarniah memasuki rumahnya.
"DARI MANA AJA KAMU! JAM SEGINI BARU PULANG! " bentak Altreza Leo Angridipta, Ayah Sarniah.
"Palingan main Mas, kan dia bisanya cuman main liat aja tuh bajunya aja ampe basah kaya gitu" ucap wanita yang berada di sebelahnya. Dia Angelika Alfranda Anora, Ibu tiri Sarniah.
Sejak Stehfania Quiren (Ibu kandung Sarniah) meninggal, Altreza atau yang biasa disebut Reza itu memilih untuk menikah lagi dan sekarang sudah dikaruniai 2 anak yang berusia 4 tahun dan 7 bulan. Namun walau begitu sifat Angel, selaku Ibu tiri Sarniah sangatlah jauh dari ekspektasi Sarniah saat awal mereka bertemu, sikap aslinya mulai muncul sejak Angel menikah dengan Ayahnya.
Sarniah tak menanggapi semua omongan dari orang yang disebut orang tua itu, ia memilih lanjut berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai 2.
"SAR KALO ORANG NANYA ITU DI JAWAB!! " murka Reza melihat tingkah anaknya itu.
"Udah lah Mas, anak kaya gitu emang bandel. Udah sekarang mending kita lanjutin rencana kita tadi" ucap Angel seraya mengelus lembut tangan Reza.
Sesampainya di kamar Sarniah langsung ke kamar mandi, ia mengguyur tubuhnya dengan air dingin, walau di luar hujan deras membuat cuacanya dingin. Itu tak membuat Sarniah kedinginan saat mandi, perlahan pertahanan nya runtuh ia mulai menangis dengan menggoreskan pecahan kaca ke lengannya, setelah puas ia lanjut menonjok dinding dengan keras membuat tangannya luka dan berdarah. Sakit dan perih sekaligus tak separah mentalnya saat ini. Ibunya meninggal serta Reza yang sikap lemah lembutnya hilang menjadi sikap keras dan juga pengekang sejak kenal dengan Angel. Hidupnya berubah sejak Stehfania meninggalkannya untuk selama-lamanya.
2 jam sudah Sarniah berada di bawah guyuran shower, perlahan tangisan dalam diamnya mulai mereda, kulitnya mulai berkeriput lantaran lamanya ia membasahi tubuhnya tadi. Setelah ia selesai menggunakan pakaiannya, ia pun beranjak ke meja belajarnya. Melihat buku-buku yang tertumpuk membuat ia kembali ingat dengan kegiatan olimpiade nya.
YOU ARE READING
SASHE
Teen FictionCerita tentang penulis dan seorang sahabat yang memiliki masalah 'hampir' sama, namun harus dipisahkan karena jarak dan waktu. Tentang cinta yang perlahan datang dan tentang masa lalu yang terus-menerus terbayang di hidup mereka. Apa mereka bisa m...