SL - Aku Siapa?

6 3 0
                                    

"Aku ini siapa? Arka atau Arga? Ataupun bukan kedua."
-Arka Gerald Arzeno-

•••••

Arka terbangun dari tidurnya. Ia membuka matanya perlahan, melihat langit-langit kamarnya yang terasa asing. Beranjak dari kasur yang ditidurinya. Matanya menyusuri setiap jengkal yang bisa dia lihat. Kamar itu bukanlah kamar miliknya, melainkan kamar Kakaknya.

Kamar yang bernuansa biru langit yang sejuk. Ada beberapa poster rumus matematika dan juga Kimia. Ya, Arga sangat menyukai kedua hal itu sejak kecil. Berbeda dengannya yang sangat membenci dua hal itu. Ada rak-rak buku didekat meja belajarnya, itu adalah hadiah dari Ibunya saat ulang tahun yang ke 6 tahun.

"Sedikit menyebalkan ya..."

Ia melihat sekitar lagi, benar-benar berbeda dengan dirinya. Ia merindukan dirinya sendiri di dalam rumahnya. Karena sekarang ia bukan menjadi dirinya sendiri, melainkan menjadi sosok Arga.

Sejak kejadian 8 tahun lalu, kepergian sang Kakak. Membuat Esti mengalami gangguan kejiwaan. Hendra merasa frustasi saat tau istrinya seperti itu, dan menyuruh dirinya untuk menjadi Arga.

Sosok yang sangat diharapkan kehadirannya oleh Ibunya dibandingkan dengan dirinya. Dengan senang hati pun ia terima hal itu. Waktu itu ia hanya ingin mencoba rasa sayang dari Ibunya. Ia berharap jika dia menjadi Arga, ia akan mendapatkan perhatian yang sama.

Ia menjadi Arga, hanya pada saat berada dirumah atau saat bersama Ibunya. Sedangkan jika diluar atau sekolah ia bisa jadi dirinya sendiri, yaitu Arka. Ia harus bisa menjadi dua orang dalam satu waktu.

Menyakitkan memang, tapi bagaimana lagi. Ia merasa semuanya ini salahnya. Awal karena ingin mendapatkan kasih sayang, sekarang hanya perasaan bertanggung jawab atas kesalahannya itu. Ia tak lagi berharap hal itu, karena nama yang dipanggil itu hanya Arga bukan Arka.

Arka melihat ke arah bingkai foto yang tergeletak di meja belajarnya. Berjalan kearah meja belajar, dan mengambilnya. Terlihat dua anak laki-laki yang kembar indentik. Wajah mereka sangat mirip dan sama persis. Hanya kacamata yang bertengger di hidung Arga yang membedakannya.

"Arga... Ayo makan dulu sayang." Mendengar suara Esti, ia buru-buru meletakan kembali bingkai fotonya. Memakai kacamata yang tergeletak di samping bingkai tadi.

"Tunggu sebentar, Ma." Ia berjalan keluar dari kamarnya menuju ruang makan yang berada di lantai satu.

Kakinya menyusuri setiap tangga yang dituruninya. Di tembok dekat tangga banyak sekali foto-foto kebersamaanya dengan keluarganya. Walau hanya wajah Arka yang terlihat di coret disana. "Mama, buat sarapan apa hari ini?" tanyanya saat sudah sampai di ruang makan.

Hendra sedang duduk sambil menyesap kopi hangatnya. "Mama membuat makanan kesukaan kamu sayang. Nasi goreng udang!"

Arka yang baru saja duduk, terdiam sesaat. 'udang? Sial, aku alergi udang,' bantinnya, yang berbeda sekali dengan raut wajah nya.

Senyum manis tersungging di bibirnya, "wahh nasi goreng udang... Mama tau saja yang aku suka."

"Kalo begitu makanlah sayang..." Esti duduk disampingnya, memperhatikan Arka yang terlihat lahap memakan masakannya.

Arka hanya bisa menelan semuanya makanan yang sudah masuk kedalam mulutnya. Secepat mungkin ia menghabiskannya. "Pelan-pelan saja sayang, tidak akan ada yang mengambilnya kok." Kekeh Esti melihat tingkah Arka yang makan terburu-buru.

Hendra melihat itu hanya diam dan melanjutkan menyesap kopinya. Ia juga tau jika Arka alergi dengan udang. Tapi ia hanya diam dan menyaksikan saja.

"Sudah habis, Ma!" Ia memperlihatkan piring yang sudah bersih habis dimakannya. Esti mengambilkan air minum dan meletakkannya.

Sang LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang