Admirer

102 16 4
                                    

Lelaki berperawakan tampan dengan rahang yang tegas berjalan gontai di koridor kampus. Beberapa mata menatapnya kagum, seperti biasa. Jaemin selalu jadi pusat perhatian setiap hari.

Sejujurnya Jaemin gak begitu suka jadi pusat perhatian, beda dengan teman satu kampus-jurusan-kelas-kosannya yang malah suka tebar pesona. Siapa lagi kalau bukan Haechan.

Maklum sih, Haechan itu dari jaman SMA merupakan anak band jadi wajar aja dia suka dan terbiasa jadi tontonan orang banyak. Sedang Jaemin beda lagi, cowok itu terkenal karena perawakan. Sebetulnya karena oknum gak bertanggung jawab yang memposting foto dia di base kampus sih.

Sosial media dan pengagum Jaemin mendadak banyak. Dan diantara banyaknya cewek yang ngejar-ngejar dia sekarang, ada satu yang paling annoying tiada duanya.

Nakamura Hina.

Perempuan berdarah Jepang yang entah gimana caranya selalu punya cara menampakan diri di hadapan Jaemin. Padahal mereka beda prodi, jadi membingungkan juga darimana Hina tau jadwal kelas Jaemin sehingga mereka terus-terusan berpapasan.

Pagi ini, mood Jaemin dibikin jelek setelah ada seorang kakak tingkat kenalannya yang menyampaikan salam dari Hina. Itu juga Jaemin bingung, kenapa cewek itu seakan-akan dikenal banyak orang.

Awalnya Jaemin masih biasa dan memaklumi. Tapi lama-lama dia muak juga. Jaemin harus buat jarak supaya Hina berenti ganggu dia.

"Berani banget lo matkul Pak Damian malah bolos!" datang Haechan dari belakang, menepuk keras pundak Jaemin.

Jaemin yang lagi nikmatin nasi gorengnya di kantin cuma melirik Haechan tanpa minat. Dia meminum es jeruknya yang tinggal setengah lalu lanjutin makan.

"Eh gue juga laper nih. Jangan diabisin dulu, bakso gue belom dateng!" ujarnya lagi dengan heboh.

Lantas Jaemin menaruh sendoknya dan menatap Haechan. "Lo bisa gak jangan ganggu?"

Haechan beringsut mundur. "Mode senggol bacok nih kayaknya. Kenapa sih lo?"

Bukannya jawab, Jaemin malah menghela napas. Haechan mengedikan bahu gak peduli dan buka ponselnya sambil menunggu bakso.

"Oalah pantes..." ujar Haechan melirik Jaemin.

"Apa liat-liat?!" tanyanya sinis.

"Lagi-lagi artis kampus kita ini diomongin di base. Pantes aja lo gak mood gitu,"

Jaemin menyerngit. Base? Dia bahkan gak tau soal itu. Bahas apa lagi kali ini.

"Mana coba liat," Jaemin menarik ponsel Haechan. Matanya sontak melebar.

"Ini kan waktu gue di perpus kemarin sore??"

"Oh iya tah," mendengar respon Haechan, sontak Jaemin memukul kepalanya dari belakang.

"Anjing!" ini yang misuh Jaemin, bukan Haechan yang baru dipukul. Bahkan belum sempat Haechan protes, Jaemin malah bangkit dan ninggalin Haechan serta nasi gorengnya yang masih tersisa banyak.

Jaemin membuka ponselnya, mencari akun Instagram perempuan yang hampir sebulanan ini mengganggunya. Beruntung ada instastory yang baru di-upload, jadi Jaemin bisa tau keberadaan cewek ini.

Keberadaannya gak jauh. Kalau Jaemin gak salah menebak, Hina ada di cafe depan kampus mereka.

Segera Jaemin ke sana. Dengan terburu-buru menghampiri Hina ketika keliatan punggungnya dari jauh.

"Hina!" panggilnya keras membuat beberapa orang menoleh ke arahnya.

Hina menoleh ke belakang, tiba-tiba matanya berseri liat Jaemin. Perempuan itu pun bangkit dan menyapa Jaemin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝟐𝟒𝟕 ⨾ jaenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang