Bias temaram berpadu bersama cahaya lilin-lilin yang bertengger rapi di kamar megah Istana itu, menemani kesunyian yang Hyunjin rasakan. Kasim dan para Dayang memang setia menunggunya di depan pintu kamar, namun Hyunjin masih merasa kesendirian itu membuatnya hampa, kosong seperti cangkang yang telah kehilangan kehidupannya.
Hyunjin duduk dalam diam, memandang nanar pada pintu geser nan megah yang mulai malam ini akan menjadi penghalang baginya untuk menggapai kebebasan.
Haruskah ia menyerah seperti ini? Haruskah ia menerima takdir sebagai Permaisuri?
Penobatannya akan dilaksanakan esok hari, dan setelah semua itu berlalu, Hyunjin tak akan pernah punya kesempatan lagi untuk keluar dari sangkar emas ini, habiskan sisa hidupnya menjadi milik Raja.
Bangchan...
Apa yang sedang dilakukan pria itu sekarang? Hyunjin bertanya-tanya dalam hati.
Apakah dia sedang beristirahat di kamar lain?
Atau justru pergi lagi untuk berperang?
Tanpa sadar Hyunjin menunduk, dan torehkan senyum miris begitu mengingat apa yang telah ia lewati dua hari ini, bersama pria yang mengagumkan itu.
Perlahan, tubuh Hyunjin direbahkan pada tempat tidur, ia berbaring miring disana. Mencoba menghapus segala harapan yang sempat dipanjatkan melalui hatinya, Hyunjin pun pejamkan mata untuk relakan semuanya pergi.
"Yang mulia, sudah waktunya anda bangun.."
Hyunjin tersentak bangun. Setelah sekian lama, akhirnya Hyunjin merasakan lagi bagaimana paginya dilayani orang lain.
Jika dulu ia hanya dilayani oleh satu dua orang pelayan saja, kali ini ia dilayani bagitu banyak Dayang istana. Mulai dari memandikannya, hingga memakaikan hanbok mewah untuk penobatan Permaisuri.
Salah satu Kasim datang menghampiri Hyunjin, ia membungkuk hormat sebelum berkata, "yang mulia, perkenalkan, saya Kasim Han. mulai saat ini saya akan melayani anda." Karena tidak mendapat komentar dari sang calon Permaisuri, Kasim Han lantas melanjutkan, "anda harus menemui Baginda Raja untuk memberi hormat."
"Baginda Raja?" Hyunjin bergumam pelan.
"Ya, yang mulia, kita akan menuju kediaman Raja sekarang."
Kasim Han menuntunnya, menunjukkan jalan menuju kediaman Raja.
Sejenak, Hyunjin berhenti melangkah dan menoleh ke belakang, pandangi para Dayang yang berbaris panjang di belakangnya. Semua Kasim dan Dayang di istana itu terdiri dari para Beta, sehingga tak akan pernah terpengaruh pada Hyunjin yang merupakan seorang Omega.
"Yang mulia?"
Hyunjin segera berpaling lagi, menatap Kasim Han yang tampak menungguinya, "apa ada yang salah?"
Sontak Hyunjin menggeleng. "Mari lanjutkan jalannya," ucap Hyunjin, lalu kembali melangkah.
Begitu mereka sampai pada kediaman Raja, dan Hyunjin ditinggal berdua di dalam ruangan itu, ia pun memberi hormat. Sebagaimana Hyunjin diajarkan oleh keluarganya sedari kecil, Hyunjin bersujud hormat kepada Raja.
"Baginda, aku datang memberi hormat," Hyunjin berujar setelah menyelesaikan penghormatannya.
"Duduklah, angkat kepalamu."
Titah yang harus Hyunjin turuti, ia duduk sesuai perintah, dan mengangkat wajahnya untuk memandang sang Raja.
Disana, Hyunjin melihat lelaki tua yang tampak bijaksana, duduk dengan gagah, sedang menatapnya penuh kebanggaan terpancar.
"Hari ini menobatanmu sebagai Permaisuri.. Apakah kau siap melayaniku seumur hidupmu?"
Jantung Hyunjin berdegup kencang mendengar penuturan itu. Mampukah ia?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Omega
Fanficchanjin twoshot au. Ketika manusia hidup berdasarkan kasta, dibagi menjadi tiga golongan. Alpha, Beta, Omega. Kerajaan-kerajaan berdiri kokoh dengan dinding pertahanan, dilindungi oleh para Alpha terkuat disetiap garis keturunan. Namun, setelah sera...