-𝓔𝓲𝓰𝓱𝓽-

9 1 0
                                    

B ᴀ ʙ  D ᴇ ʟ ᴀ ᴘ ᴀ ɴ


ˢᵉˡᵃᵐᵃᵗ ᵐᵉᵐᵇᵃᶜᵃ༼ つ ◕◡◕ ༽つ
Hari-hari pun berlalu, semuanya tampak biasa saja bagi semua orang, ah ya kecuali Sawamura Daichi. Hanya dia yang merasa ada kejanggalan antara Sugawara dan Shimizu yang semakin ... dekat? Selama dua minggu terakhir, mereka sering pulang bersama, bahkan saat istirahat Sugawara tak semalu dulu untuk mengajak Shimizu makan siang bersama. Sampai-sampai dirinya dilupakan.

"Kenapa?" Lawan bicaranya kini menatap Daichi dengan alis terangkat. Merasa heran dengan cowok itu yang menatapnya lekat. Daichi menghela napas cukup panjang sebelum menggelengkan kepala.

"Seru banget kencannya ya sampai lupa temen sendiri?" Sugawara tersedak es teh yang tersisa setengah itu, wajahnya tampak bersemu malu dan sukses membuat Daichi mendengus kasar.

"Sorry."

Daichi tidak memberi tanggapan, dia lebih memilih melahap ramennya yang tersisa sebelum bel masuk berbunyi.

"Kami cuman pulang sama makan siang bareng. Udah gitu aja. Oh ya, hari ini aku mau ajak dia ke rumah."

"Mau ngapain?"

"Dia mau pinjem komik OP, ternyata dia juga suka kayak gituan."

Daichi mengangguk, tidak berkomentar lagi. Dia menegak es nya hingga menyisakan es batu kecil. Bertepatan dengan suara bel yang membuat mereka berdua langsung beranjak dari kursi.

***

Shimizu memandang jendela di sampingnya, melamun pada birunya langit yang menandakan cuaca cerah. Jam ini kelasnya tidak ada pelajaran, hanya diberi tugas sejak satu jam lalu, tentu saja gadis itu sudah selesai hingga bisa bersantai menikmati pemandangan saat ini.

Hari ini, dia akan berkunjung ke rumah Sugawara. Berharap mendapat petunjuk lain tentang kematian 'dia' sekaligus apa hubungannya dengan Sugawara.

Senja mulai menyapa, jalanan mulai dipenuhi hiruk pikuk manusia serta berbagai kendaraan yang bersalip-salipan. Shimizu tiba di rumah Sugawara yang terlihat minimalis namun asri dengan bunga-bunga di halaman depan. Ibunya menyambut dengan senyum hangat, mempersilakan gadis itu untuk duduk di ruang tamu sementara beliau mengambil cemilan. Meski menolak pun, Shimizu tidak bisa mencegah saat wanita paruh baya itu kembali dengan nampan penuh cemilan juga dua gelas es jeruk.

"Maaf ya tante, jadi ngrepotin."

"Haha enggak apa-apa kok, kamu cantik banget, ya." Shimizu tersenyum kikuk, dia hanya mengucapkan terima kasih lalu kembali duduk di sofa. Tak berselang lama, Sugawara kembali dengan sebuah tote bag kecil. Dia menebak, tas kecil itu berisi komik-komik yang akan dia pinjam.

Mereka bertiga berbincang sebentar sampai ibu Sugawara beranjak lebih dulu. Membiarkan kedua remaja itu mengobrol, entah membicarakan apa, karena sesekali gadis itu tertawa hingga merenggut kesal.

"Suga, toiletmu di mana, ya?"

"Lurus terus aja ke situ, nanti sebelum dapur tempatnya." Shimizu mengangguk paham, dia melangkahkan kaki seperti yang arahkan Sugawara. Dia segera menyelesaikan urusannya di toilet, dan bergegas keluar mengingat hari semakin gelap.

Kakinya baru melangkah sebentar namun sudah kembali terhenti. Tepat di depan pintu berwarna cokelat terang, dengan gantungan di tengah pintu, menunjukkan nama pemilik kamar tersebut. Satu nama yang mampu membat tubuh Shimizu membeku. Otaknya seolah berhenti bekerja, dunia gadis itu seperti berhenti untuk sesaat.

"Loh Kiyoko-chan kamu ngapain di sini?" Suara ibu Sugawara menyadarkannya, dia tampak kelabakan namun segera mengontrol ekspresinya.

"Ini kamar kakaknya Kou. Tapi dia sudah meninggal waktu kecil," ujar wanita paruh baya itu, wajahnya menunjukkan senyum tipis namun Shimizu tau, tersirat jelas kesedihan di manik abu itu.

𝓑𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓫𝓾𝓷𝓰...
𝓢𝓮𝓮 𝓾 𝓷𝓮𝔁𝓽 𝓬𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻
𝐽𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑝𝑎 𝑣𝑜𝑡𝑒 𝑑𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑚𝑚𝑒𝑛𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑘𝑘 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑘𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑠𝑢𝑘𝑎 𝑠𝑖𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑑 𝑡𝑜 𝑦𝑜𝑢𝑟 𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑟𝑦! 𝑇ℎ𝑎𝑛𝑘 𝑢:)

25 Oktober 2022
𝑏𝑦 𝑝𝑖𝑤✓

Rhythm Project | Shimizu KiyokoWhere stories live. Discover now