CHAPTER 22:
Fragment[Playlist: Hen – Deeply]
***
Menu makan siang setelah membenahi barang-barang ke dalam vila tidaklah muluk. Hanya beberapa box pizza dan ayam goreng pesan-antar. Mereka nikmati di ruang tengah berukuran sedang sembari duduk-duduk melingkar di atas karpet bulu dan menonton serial film pilihan Mingyu: Lima Puluh Corak Abu-abu.
Menjelang terbit adegan erotis dua main karakter, saluran televisi sengaja diganti ke tayangan kartun lokal oleh Jaehyun yang seketika dihujani sorakan tak terima, tetapi malah tertawa-tawa tanpa dosa.
"Jaehyun sialan!"
"Jaehyun! Semoga harimu selalu suram!"
"Jaehyun! Semoga cintamu bertepuk sebelah tangan."
Bukan Jaehyun bermaksud mengisengi mereka-mereka yang menikmati tayangan sebelumnya. Lebih daripada itu, Jaehyun ingin mengamankan satu orang perempuan dari belenggu ketidaknyamanan atas tontonan di layar televisi—sebab sedari tadi perempuan di ujung sana hanya sibuk menguyah potongan pizza sambil menekuri ponselnya tanpa minat.
"Kita sudah bukan bayi lagi, Jae. Kenapa pula harus nonton yang begini? Jangan sok suci kamu, Sialan! Kamu pasti sudah nonton duluan, jadi tahu letak segmen-segmen panasnya, kan?"
"Sembarangan!"
Tak mengapa, meski Jaehyun harus menanggung risiko seperti telinga yang pengang suara nyaring Jihyo, lengan yang berkali-kali jadi landasan bantal sofa dari tangan Mingyu, dan dada yang tiba-tiba jadi tempat singgah segemuruh rasa tatkala melihat Rose tertawa kecil.
Saat bersipandang sepintas lalu, Jaehyun lepaskan seulas senyum pada perempuan itu. Dibalas, meski samar. Sekali lagi, tak mengapa. Yang samar saja sudah cukup menyenangkan hati seorang Jaehyun yang sempat murung karena beberapa pekan belakangan dipaksa padatnya jadwal kerjaan untuk menihilkan si cantik dari jangkauan pandang.
Sesungguhnya, Jaehyun hampir menyerah menaruh harap setelah menerima penolakan malam silam, ketika pesan-pesannya kemudian jarang menuai balas, dan titah-titahnya pun kerap terabaikan. Terlebih, Jaehyun sadar betul bahwa—sekali lagi—Ia bukan satu-satunya laki-laki yang mengejar cinta seorang Roseanne Park.
Jadi, jangan kaget jika tengah malam Jaehyun memekik kegirangan di asramanya ketika menilik ponsel dan melihat Rose mengirimkan pesan 'aku pakai mantel' bonus mirror selfie yang Jaehyun puja 'cantik' berkali-kali. Dan, hari ini, ketika melihat Rose memakai atasan yang ia beri sebagai hadiah ulang tahun membuat Jaehyun berpikir bahwa masih ada jalan menuju Roma, meski agak terjal medannya.
"Bagaimana ini, aku lupa beli kecap asin?"
Dari toilet tempat Jaehyun mandi, terdengar suara panik Yuju di dapur. Karena toilet di dalam kamar yang Jaehyun tempati sore itu sedang digunakan oleh Donghyuk—pada kegiatan ini, mereka adalah teman sekamar—, jadi terpaksa, Jaehyun gunakan toilet yang letaknya bersebelahan dengan dapur vila.
"Aku melihat ada swalayan di persimpangan jalan."
"Ah benar. Rose, kau awasi sup-nya, ya! Aku pergi beli kecap dulu."
"Biar aku saja yang beli. Aku tidak terlalu pandai memasak makanan rumahan Korea. Maksudnya, tidak untuk disantap ramai-ramai begini. Aku tidak cukup percaya diri."
Jaehyun dengar pula suara kekehan kecil. Suara yang sedari memenggal kata pertama sudah berhasil menjeda kegiatan menggosok rambut dengan shampoo yang Jaehyun lakukan di dalam sana. Tak lagi terdengar apa-apa, maka bergegas Jaehyun membilas busa-busa di tubuh, menyambar piyama mandi hitamnya, dan—
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET
Fanfictionkamu tahu, kamu tidak boleh menerima cinta kalau tidak sepaket dengan pahitnya. ©2022 LINASWORLD START: 24/08/22 END: 3/10/23