Rambo I'm Coming

486 12 1
                                    


Seorang wanita cantik dengan wajah blesteran kini masih terlelap di tempat tidur empuknya, bahkan waktu sudah memasuki jam 7 tapi gadis ini masih saja terlelap.

"Sena bangun." teriak Sara.

Setelah anak-anak besar, teriakan Sena semakin kencang saja. Apalagi jika harus membangunkan Sena.

"Ya Tuhan, untuk salah satu anakku di Palembang. Bagaimana jika semuanya ada bisa cepat Tua aku." gerutunya.

Sara mencari kunci cadangan kamar anak gadisnya, Sena sudah berusia 17 tahun, dia bersekolah di sekolah internasional.

Gadis itu selalu bangun siang dan di hukum di sekolah karena selalu telat.

ceklek

Sara berhasil membuka kamar Sena, gadis itu masih terlelap dengan iler yang mengalir dari sela bibirnya yang terbuka.

"SENA BANGUN." teriak Sara.

Sena langsung mengerjap dan terduduk saat teriakan sang Mommy begitu menggelegar.

"Mommy apaan sih pagi-pagi sudah teriak-teriak." ucapnya sambil mengelap Iler dan beleknya.

"Bangun udah siang, kamu kan mau sekolah."

"Emang ini jam berapa?" tanyanya santai.

"Ini jam 8 Sena, cepat bangun dan Mandi." teriak Sara kesal.

"Hah apa.' sena langsung berlari ke kamar mandi. Sekarang hari senin sudah pasti ada guru BK yang mengawasi setiap dinding tempat dia melompat masuk ke dalam kelasnya.

Setelah siap, Sena mengambil sarapannya dan masuk ke dalam mobil. Suasana rumah sudah sangat sepi karena Daddy sudah berangkat bekerja dan Dion.

Iya Dion, dia adik Sena yang lahir 9 tahun lalu. Dia sangat kesal saat kembali mendapati adik laki-laki. Bahkan dia merajuk tidak makan dua jam ya kira saja tidak makan seharian. Dia kan dulu masih sangat kecil saat Dion lahir.

Mobil yang Sena tumpangi berhenti di depan sekolah.

"Sudah sampai Nona."

Sena melihat sekeliling ternyata memang sudah sampai. Dia keluar dari mobilnya, setelah supirnya pergi dia mencari tembok tempat dia masuk ke dalam sekolah.

"Aman gak ada orang." ucapnya.

Sena mulai memanjat, saat sudah berada di atas tembok teriakan melengking yang Sena kenalin memekik gendang telinganya.

"Heh mau ngapain kamu." teriaknya 30 meter dari tembok.

Laki-laki dengan tubuh gempal itu kembali memergoki Sena yang sedang memanjat tembok.

"Ampun Pak, gak lagi." Sena langsung melompat dan lari terbirit-birit.

Laki-laki yang di sebut guru Bk pun langsung mengejar Sena.

"Sena berhenti kamu." teriaknya.

"Nggak nanti bapak ngehukum saya lagi." sahutnya sambil berteriak.

Sena terus saja berlari menelusuri lorong sekolah.

"Pak jangan kejar Saya lagi. Saya cape." Sena menghentikan langkah kakinya dengan tangan seperti mengstop seseorang yang masih mengejarnya.

Replek guru BK itu pun ikut berhenti.

"Ehh kenapa Saya juga ikutan berhenti." monolognya.

Imron atau biasa di sebut guru hakim itu kembali menatap ke depan, ternyata Sena sudah tidak ada.

"Dasar gadis itu, awas saja kalau ketemu." Sena memang pintar berlari, lari dari kenyang.

Tidak ko, dia bahkan tidak lari pergi saat Rey terus saja menolaknya dia malah semakin gencar mengejar laki-laki kaku itu.

Nikah SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang