LDR 1

87.9K 2.9K 162
                                    

Setelah lulus SMA, Kimi dan Gava menentukan pilihan masa depan mereka. Kimi tetap tinggal di Jogja dan Gava memilih kuliah di Jakarta. Walau tak rela tapi Kimi percaya semua akan baik-baik saja.

Tiga bulan bukan hal mudah untuk menjalani hubungan jarak jauh selama ini. Apalagi awal menjadi mahasiswa mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Kimi bukan gadis yang sabaran sedangkan Gava cowok yang tergolong suka lupa daratan kalau sudah banyak kegiatan. Hasilnya Kimi sering uring-uringan dan Gava hanya bisa meminta maaf.

Seperti saat ini, sudah sejak pagi tak ada kabar dari Gava. Mata Kimi tak bisa lepas dari ponsel putihnya.

"Kenapa sih, megang hp mulu? Bakso tuh di makan jangan dianggurin katanya laper," ucap Kila  seraya menyenggol lengan Kimi.

"Gava belum bbm," gerutu Kimi lalu menghembuskan nafas berat.

"Elah, nanti juga ngabarin. Kayak nggak hapal Gava aja, dia bukannya gitu dari dulu."

"Iya sih, tapi kan bete!"

"LDR itu mesti punya stok sabar, kalau nggak ya bubar."

"Capek."

"Mau nyerah?"

Kimi menaikkan kedua bahunya, bingung. Kadang rindu mengikis sabar. Membuatnya merasa kesepian ingin menyerah tapi juga susah. Apa mampu dia berpisah? Membayangkan saja rasanya menyiksa.

Perjalanan dari halte terasa hampa, tak ada lagi tangan yang menggenggamnya, tak ada lagi cowok di sampingnya yang menemani pulang dalam diam. Tak jarang selalu ada pertanyaan yang sama setiap saatnya. Apakah Gava merindukannya juga seperti dia sangat merindukan Gava?

Tin tin...
Suara klakson mobil mengagetkannya. Kimi menoleh ke asal suara, mobil Abra tepat di sampingnya. Senyum Abra terlihat saat jendela mobil diturunkan

"Bengong aja, masuk!"

"Dari mana?" tanya Kimi yang sudah duduk di samping Abra.

"Mencari jodoh."

"Idih."

"Kayaknya ada yang lagi bete nih."

"Banget!" balas Kimi lalu berdecak sebal.

"Makanya, punya pacar itu yang deket aja. Jauh itu sama aja nggak punya pacar, alias jomblo," ucap Abra meledek Kimi dan sukses bikin Kimi makin cemberut.

"Becanda, Kimi. Sabar ya, namanya juga LDR. Nggak sabar ya bubar."

Kimi melirik Abra dan menarik pipi Abra gemas.

"Omonganmu kayak omongan Kila aja. Mungkin kalian jodoh!"

"Amin!" seru Abra cukup keras.

Kimi kembali memicingkan matanya, menatap Abra yang sedang nyetir lebih intens. Kecurigaannya tentang kedekatan Abra dengan Kila belakangan ini semakin menemukan jawaban.

"Ngapain lihat-lihat? Nyesel nggak milih aku hem?"

Jitakan kecil mendarat di kepala Abra, nggak ngerti banget ada yang lagi bete karena rindu.

Andai saja Jakarta itu sedekat rumahnya sampai Amplaz pasti sudah Kimi jabani buat datengin Gava secepatnya. Dicuekin kalau dekat itu masih bisa merasa dekat karena mudah dijangkau, tapi kalau sudah jauh seperti ini rasanya nyesek. Apa yang dilakukan rasanya serba salah. Ngehubungi terus rasanya kayak kegatelan, nggak dihubungi Gava sepertinyavlupa kalau punya pacar yang lagi rindu setengah mati.

"Aku mau ke Jakarta liburan nanti, temenin."

"Wani piro?"

"Ayolah Abra, mana berani aku sendirian di sana seperti orang ilang."

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang