LDR 3

43.2K 2.4K 221
                                    

Baru kemarin dipuji sekarang sudah mulai lagi, Kimi lagi-lagi bete. Kelar kelas Inggris dia memilih duduk di foodcourt meminum es buah campur durian bersama Kila.

Kila yang lihat muka Kimi ditekuk terus tiap hari lama-lama kesel juga sama Gava. Pacar tapi nggak pernah perhatian.

"Kimi."

"Hem...." jawab Kimi tak bersemangat.

"Udah sih jangan mikirin Gava mulu, masih banyak cowok di Jogja istimewa ini yang lebih dari Gava. Lama-lama aku kesel juga sama dia. Kalau aku jadi kamu, udah kuputusin dari kemarin-kemarin tuh," ucap Kila dengan menggebu-gebu.

"Bukan aku mau nyaranin jelek cuma aku tuh geregetan sendiri tahu lihat kamu lemes terus, bete terus," tambah Kila.

"Atau kalau kamu nggak mau putus ya udah cuekin balik, kan gampang. Biar dia rasa tuh gimana dicuekin, biar ngerasa kehilangan."

"Iya kalau dia ngerasa kehilangan, kalau nggak? Terus aku diputus dia punya pacar baru gimana?"

Kila yang geregetan makin geretan denger jawaban Kimi, dijitaknya kepala Kimi dengan sendok yang dia pegang.

"Bodoh, kalau dia nggak ngerasa kehilangan berarti dia nggak cinta. Buat apa mertahanin orang yang nggak cinta, masih banyak cowok yang siap jadi pacarmu. Jangan kayak anak alay deh yang cinta buta sampai rela disakitin terus-terusan," cerocos Kila gemas.

Kimi makin pusing denger omongan Kila yang ada benernya, tapi kata Abra dia harus sabar. Kimi bingung mesti gimana lagi, pacaran jarak jauh itu emang rumit. Sesuatu yang sepele bisa jadi masalah besar.

"Pokoknya kamu ngg boleh ngehubungi Gava duluan mulai detik ini. Janji?" ucap Kila.

"Tapi--"

"Nggak ada tapi-tapian, sekarang kamu harus fokus kuliah. Jangan jadi ababil karena cinta."

"Siap madam."

"Dikasih tahu malah gitu."

"Iya, iya aku usahain," ucap kimi.

"Jangan cuma diusahain, tapi dilaksanain. Jangan hubungi Gava, titik nggak pake koma."

"Iya, iya."

"Kamu juga mesti bersikap tanpa Gava hidupmu menyenangkan. Update DP BBMmu dengan gambar yang asyik, misal foto lagi jalan kemana gitu."

"Buat apa, bales pesanku aja nggak sempet mana sempet dia buka-buka recent update BBM."

"Ya pokoknya gitu, kamu mesti nurut sama aku sekarang kalau pengen Gava itu peka jadi cowok."

Akhirnya Kimi mencoba nurut, dari siang dia belum menghubungi Gava sama sekali sampai malam ini. Tapi Gava juga nggak ada kirim pesan atau telpon. Yang ada Kimi malah jadi makin uring-uringan dan galau sebentar-sebentar lihat ponselnya. Jangan-jangan Gava memang udah nggak cinta, jadi mau Kimi kirim pesan atau nggak itu sama aja. Karena kehadirannya itu nggak berarti buat Gava.

Seusai makan malam Kimi mengurung diri di kamar menangisi kenyataan kalau Gava memang nggak peduli dengannya. Sesak saat menyadari kenyataan ternyata orang yang dicintai nggak membutuhkannya bahkan nggak peduli. Padahal tiap harinya dia semakin cinta dan semakin rindu.

Seseorang akan selalu berusaha mengelak saat kenyataan tak sesuai harapan. Seperti yang Kimi rasakan. Tetap bertahan meski tahu kenyataan sudah terlihat jelas di matanya, dia merasa bodoh dan cengeng.

Sebuah ketukan di pintu kamar membuatnya cepat-cepat mengusap air matanya. Mengerjapkan mata dan mengambil nafas panjang berkali-kalai agar nggak ketahuan habis nangis.

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang