16. Bargaining

3.7K 295 11
                                    

 "Stop it, Fania!"

Bukannya terharu dan senang karena ucapan Fania, Dito justru mulai panik. Ia meninggalkan balkon untuk menjauh dari Fania, tetapi wanita itu langsung bangkit dan bergegas menyusul Dito. Sama sekal tidak mau melepaskannya begitu saja.

Mendengar langkah-langkah kaki di belakangnya, Dito berbalik dan kembali menghadap Fania. Mereka berdua bertukar pandangan. Saling menatap tajam.

   "Why did you do this to me?! You make me suffer, Fania. Masih nggak puas juga kamu?" erang Dito dengan frustrasi.

"Damn it, Dito! I wanna be with you. Harus berapa kali aku ulang-ulang?"

Dito mengangkat tangan. Meminta Fania untuk berhenti. Lalu mengepalkan tangannya sebelum kemudian menghempaskannya kembali ke sisi tubuhnya

"Please, Fania, jangan begini. Kamu tahu, kan, kalau ini sangat nggak masuk akal? Kemarin-kemarin kamu bersikukuh kalau kita nggak akan berhasil sampai kamu tanpa pikir panjang ngusulin kontrak yang nggak bisa aku tolak. Kenapa kamu tiba-tiba desperate banget pengen tinggal di sisi aku? Kenapa sekarang? Kalau kamu ngelakuin ini cuma karena kasihan sama aku yang baru aja kehilangan ayahku, you better stop doing that. Aku nggak butuh kamu kasihani," tukas Dito dengan sinis.

Fania sama frustrasinya dengan Dito sekarang. Fania harus mengatur napas selama beberapa saat agar tidak berteriak saat berkata, "Can we stop yelling and being cynical to each other, please? Aku mau tinggal di sisi kamu bukan karena kasihan sama kamu, Dit."

"Lalu kenapa?" lirih Dito. Ia terlihat begitu lelah.

Fania mengulurkan kedua tangan untuk merangkum wajah Dito. Laki-laki itu sempat mengelak, tetapi Fania kembali melarikan tangannya di wajah Dito, memaksa laki-laki itu agar tidak menghindari tatapannya.

   Kemudian dengan serius Fania berkata, "Karena aku istri kamu. Dan aku juga mau kita memperbaiki semuanya."

   Dito menjauhkan tangan Fania dari wajahnya dan mundur dua langkah untuk memperlebar jarak.

"Memperbaiki apa? Kamu akhirnya sadar apa yang udah kamu rusak?" tantang Dito yang kembali bertahan dengan kesinisannya.

Fania menabahkan hati. "Setidaknya kamu bisa coba buat lebih peduli kalau aku di sini juga lagi berusaha, Dit. Believe me, I don't wanna ruin our marriage."

Dito dan Fania kembali bertukar pandangan. Mereka berdua menghentikan perdebatan mereka sejenak untuk mengambil napas dan menenangkan diri.

"How about Ferdi?" tanya Dito dengan senyum pahit menyertai. "Kalau kamu mau tinggal di sisiku, itu artinya kamu nggak bisa balikan sama Ferdi."

Ini kali pertama Dito menyinggung soal Ferdi lagi setelah pertengkarannya dengan Fania beberapa hari lalu.

"Aku nggak berniat balikan. Aku nggak berniat kasih kesempatan untuk orang yang pernah memilih pergi dan datang sesuka hati, seolah-olah aku selalu punya tempat untuk dia hanya karena aku udah memaafkan kelakuannya di masa lalu," jelas Fania.

Dito menghela napas panjang. "Tapi kenapa sekarang, Fania? Apa kamu lupa kalau selama kita menikah kamu selalu memaksa aku buat menuruti seluruh kegilaan kamu? Kamu lupa bagaimana kamu merendahkan aku dengan bilang kalau kamu cuma mau kasih tubuh kamu ke aku? Kamu lupa kalau kamu bahkan sudah berencana meninggalkan aku setelah setahun pernikahan kita? Dan sekarang kamu mau apa? Kamu mau tinggal di sisiku?"

   "Dit, apa salah kalau akhirnya aku sadar mana yang terbaik buat aku?"

   "Kamu nggak salah. Tapi situasi kita yang salah. You don't want me! You don't want us! So, please, just let's stick to that. Jangan terus-terusan mempermainkan aku, Fania. Aku nggak mau kita berdua mengharapkan sesuatu yang hanya akan berakhir menyakiti kita berdua."

NIKAH KONTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang