Toxication

1K 61 0
                                    

Kita tidak pernah saling tau, malam itu pun aku hanya sekilas melihatmu di bar itu, sendiri dengan satu gelas minuman entah apa namanya.

Aku tidak pernah tau namamu, ataupun siapa dirimu. Yang ku tau hanya bau tembakau yang lelaki. sukai itu sama denganku. Alunan tenang musik bar yang jarang ada pengunjungnya ini, dan asap tembakau milikmu.

Aku tidak bisa mendeskripsikannya berlebihan, tapi melihatmu yang begitu menyedihkan adalah salah satu momen eternal yang begitu saja tersimpan di otakku. Entah kenapa tidak bisa lupa.

Minumanku selalu sama, dan selalu pulang setelah dua gelas meninggalkannya.

Tidak setiap hari aku pergi ke kedai bar mewah itu, hanya beberapa kali sebulan. Tidak pasti juga jadwalnya, kadang sebulan aku tidak pergi sama sekali. Tapi kami selalu berjumpa.

Lelaki cantik ini pastinya kesepian, berada di bar seperti ini setiap hari.

Sampai sebuah takdir memalukan terjadi, kami satu kamar di asrama. Tidak pernah menjadi hal baik, karena ia mengenal sisi buruk ku. Berceloteh pada bartender betapa buruknya hariku, kadang juga pentas seni dadakan.

Diam-diam minum, dan merokok juga. Bukan hal yang baik.

"Hm, kau-" aku tidak tau harus menyebutnya siapa, kami hanya berpas-pasan saat minum. Suaranya bahkan aku tidak pernah tau.

"Scaramounche." Manik ungunya yang menawan itu hanya menatapku sejenak lalu memindahkan barangnya tanpa basa-basi apapun. Seolah tidak memperdulikan aku yang menjadi gagap ini.

"Aku Kaedehara Kazuha, Kazuha. Boleh aku memanggilmu Scara?" Ia keluar tanpa box di tangannya, lalu mengambil satu lagi.

Ada dua puluh box apa ia akan mengambilnya satu-satu?

"Terserah mu Zuha." Aku tersenyum dengan balasan singkatnya, kami sudah memiliki nama panggilan sejak pertama berbicara.

Aku punya firasat baik untuk ini, dengan semua takdir dan kemungkinan. Aku tidak pernah tau ia satu Universitas denganku.

Kotak-kotak pindahan yang berserakan itu membuat tanganku gatal, aku membawa beberapa kotak sekaligus dan membantunya. Tindakan kemanusiaan, tapi ia tidak peduli. Apa Scara tidak punya rasa kemanusiaan? Yah kalau dari fisiknya memang kurang waras kalau di deskripsikan seperti manusia. Terlalu menawan.

Aku tidak berlebihan, ia memang sangat menawan. Sungguh.

Rambut yang terlihat hitam tapi sebenarnya mempunyai sedikit gradasi ungu, warna matanya sangat kontras seperti memang membentuk color pallet sendiri, tangannya lentik kurus manis, tubuhnya yang sedikit pendek, dan ceking. Bagaimana tubuh selucu itu bisa punya wajah yang sangat menusuk, kadang Tuhan adil dalam membagikan visual.

"Btw, kamu jurusan apa?" Bibir tipisnya membuka sedikit, lalu mengatup. Apa yang ia pikirkan?

"Management, dan bisnis internasional." Aku mengerti sekarang mengapa tidak pernah bertemu dengannya, kami beda gedung fakultas.

Ia berada di gedung A, sementara aku gedung C. Bisa dibilang cukup jauh. Butuh lima belas menit dengan sepedah motor.

"Kalau aku-"

"Sastra bahasa Jepang." Ia memotong ucapanku dengan jawaban yang akan ku berikan.

Tentu saja ia tau aku kuliah jurusan apa, dari semua pembicaraan menyedihkanku dengan bartender tempo-tempo lalu yang hampir setengahnya pasti soal tugas kuliah yang menumpuk, padahal aku hanya mau buat syair.

"Kuliah ... Kuliah, berat banget ya?" Tanya Scara sambil membereskan baju yang ada dalam kotak-kotak besar itu.

Aku menghela nafas panjang lalu sedikit tertawa, "Memangnya ada yang berpikir kalau kuliah ringan? Apalagi mahasiswa prodi kompetitif sepertimu." Ia berdiam diri setelahnya, membuatku tidak enak.

Everytime With You [KazuScara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang