Man With Naked Heart

562 42 14
                                    

Himbauan, butuh tanggung jawab dalam membaca, butuh idealisme untuk menilai. Beberapa poin dalam cerita babak ini butuh pemikiran secara matang untuk diambil jadi kebenaran.

Waktu itu aku pindah ke asrama dari apartemen dengan terburu-buru, karena ketahuan oleh salah seorang pekerja bibiku minum di bar langgananku. Berakhir aku malah bertemu dengan orang lain yang selalu ada di bar juga.

Untuk sekelas lelaki yang selalu memesan minuman di bar mewah itu tiap minggu, keuangannya pasti baik. Tapi aku tak pernah bertemu dengannya sekalipun sebelum ini.

Pembiacaraannya berputar-putar stress masalah perkuliahan atau melantunkan syair-syair indah, membuatku sedikit terkekeh mendengarnya. Sampai tak disadari bahwa aku menunggunya bercerita kisah baru tentang harinya. Walau hanya beberapa kali dalam sebulan.

Kami sama-sama memiliki rahasia suka mabuk tiba-tiba jadi teman sekamar juga agak mengherankan.

Setelah cerita penyebab pindahanku yang tiba-tiba ini, ia kadang membawa wine, dan bir ke asrama. Agak aneh sebenarnya, karena tak boleh membawa minuman beralkohol di asrama.

Katanya, "Aku sudah tinggal di asrama setahun lebih. Ada lah sedikit triknya." Mengejutkan, lelaki baik-baik seperti dia dapat tips nakal seperti ini dari mana? (Jawabannya hejo)

Lagian, aku juga bukannya kecanduan miras. Hanya kurang kerjaan saja, melihat kelakuan Kazuha bisa membuatku melupakan alkohol. Walau sepertinya ia khawatir aku tak pernah ke bar itu lagi, dasar aneh. Bukannya senang aku tobat.

Saat aku menunggunya memasak ia akan mulai menceritakan kesehariannya, walau aku juga tak pernah memberikan tanggapan apapun padanya. Keperibadiannya benar-benar seperti buku terbuka, aku bahkan tak membacanya. Ia yang dengan suara lantang menyuarakannya.

Berasa mendengar audio box novel terbaru, dengan tatapannya yang menyilaukan dan senyum aneh yang membuat sekujur tubuhku bereaksi.

"Scara, kamu apa gak capek mantengin laptop mulu? Mau kentang goreng?"

Sebenarnya Kazuha juga orang yang berbahaya untuk efektifitas pengerjaan tugasku, ia selalu bertanya ini itu, memberiku makanan dan membuatku berhenti mengerjakan tugasku. Kadang juga tawarannya makin aneh.

"Kencan yuk, ada film yang mau ku tonton."

Perkataannya tak pernah serius, atau serius? Tapi dengan wajah setengah bodoh milik Kazuha aku tak bisa percaya kata 'kencan' keluar dari mulutnya. Aku tau ini semacam guyonan mahasiswi untuk mengajak teman perempuannya yang lain main.

Tapi Kazuha? Setelahnya kami memang kencan beberapa kali, mencoba restoran baru yang menarik, atau sekadar menemani Kazuha pergi ke minimarket.

Lelaki itu adalah spesies paling berbahaya karena aku tak bisa menolak ajakannya, perkataannya selalu jujur, matanya tak pernah semu dengan ambisi. Ia mengajakku hanya karena memang ingin, hatinya seolah bicara langsung lewat mulutnya.

Orang jujur tak pernah cocok denganku, hatinya benar-benar terbuka menunjukan kemauannya. Aku tak bisa mengendalikannya, tak bisa menebaknya, tak bisa mengikatnya.

Aku terus memikirnya sampai pada masa kaki-kakiku mulai berat, seolah tubuhku mulai di isi sesuatu. Pembantahan paling berani akhirnya kulakukan.

"Bibi hanya mau aku jadi seperti bibi, tapi bibi saja tak pernah jadi seperti kemauan bibi. Ibuku. Bibi tak akan pernah jadi ibuku."

Everytime With You [KazuScara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang