Shit Named Gender

507 46 11
                                    

Aku membuka kenop pintu pelan karena sudah malam, kamar gelap gulita menyapaku. Pintu kaca terbuka lebar dengan nyaring lonceng angin yang bergerak kencang karena badai.

Lalu dia, lelaki itu tertidur di kasurku dengan buku hijau yang ada di tangannya.

Aku benar-benar ingin semuanya menjadi mimpi saja, dimana kita semua bisa bersama-sama. Dimana tak akan ada yang akan mengatakan cintaku ini aneh. Tanpa mata memincing, dan bisikan huru-hara yang akan menenggelamkan mu kapan saja.

Aku hanya ingin melindungimu saja.

Kesadaranku mulai kembali saat menatapnya, tubuhku terasa sangat dingin. Membuatku mengigil. Dengan segera aku mengganti pakaianku menjadi lebih layak.

Pikiranku sekarang hanya tertuju pada laci dibawah nakas kecil yang ada di samping kasurku, aku membukanya pelan tanpa melihat wajah lelap yang tidur di atasnya.

Satu kotak tembakau yang hanya terpakai tiga batang. Masih tergolong penuh, berserta pematiknya.

Sebelum menutup pintu kaca yang terhubung dengan balkon ini. Satu rokok untuk satu tekanan. Mungkin aku akan tidur setelah habis setengah. Karena kepalaku sekarang benar-benar pusing.

Angin kencang menyapu asap rokokku dengan cepat setelah ku hembuskan, pikiran ini menguasaiku lagi.

"Bukankah aneh, aku membenci dirimu sendiri hanya karena satu titik perasaan yang sebenarnya tak salah sama sekali."

"Itu hanya nafsu yang merengut kesadaranmu, cinta terlarang yang kau rasakan itu tidak nyata."

"Kalau begitu semua cinta tak akan pernah nyata."

"Konsepnya bukan seperti itu."

"Lalu bagaimana konsepmu itu?"

"Konsep ya. Sebenarnya kau bisa mencintai siapapun. Tapi semua mahluk hidup punya peran mereka."

"Dunia ini sudah terlalu banyak manusia, aku mati pun pasti akan ada gantinya. Kalau hanya mengabaikan dua manusia apa susahnya?"

"Itu penghinaan."

"Aku sangat-sangat-sangat ingin melindunginya apa itu penghinaan? Perasaan ini ilusi? Perasaan sampai membuatku pusing tak kepalang ini tak nyata?"

"Ah, tak ada untungnya sebenarnya aku galau seperti ini."

•••

Kazuha mendengar suara pintu terbuka menunjukan seorang yang masih dengan muka kucel serta rambut berantakan sehabis tertidur.

"Kau kenapa diluar malam-malam berangin seperti ini?" Scaramounce berdiri bersandar pada kanopi sepeti yang dilakukan Kazuha.

Asap rokok tetap berhembus dan menghilang tanpa ada balasan untuk pernyataan Scara. Ia sudah mulai bisa merasakan hawa kemarahan dari kaki-kakinya yang mulai menjalar. Ingin menendang Kazuha.

"Hei, kalau ada masalah bilang. Wajahmu itu membuatku tak enak hati tau." Ucap Scara yang mengurungkan amarahnya saat menagap wajah sendu yang dikeluarkan Kazuha saat ini.

Sumbu pikirannya menyulut banyak perkiraan, "Ah? Jangan-jangan kau marah aku tidur di kasur mu ya? Aku minta maaf." Kazuha akhirnya memberikan jawaban dengan menggeleng pelan.

"Tidak, kamu gak buat masalah apapun kok." Udara membuat rambut terurai Kazuha seakan melayang, walau kondisi sangat gelap cahaya redup dari lampu dapur masih dapat membuat Scara melihat penampilan Kazuha saat ini.

Everytime With You [KazuScara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang